Pemetaan Pengukuran Kawasan Istana Datu Luwu dan Sekitarnya di Kota Palopo Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

I.1.  Latar Belakang

Kerajaan Luwu pada tahun 1935 disebut sebagai kerajaan tertua di Sulawesi Selatan. Sesuai dengan naskah “I La Galigo”, Kerajaan Luwu kemungkinan telah berdiri pada abad ke-VII atau sebelumnya. meskipun belum diketahui secara pasti tentang tahun berdirinya kerajaan ini, namun Kerajaan Luwu telah diakui pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke-XV (Bambang Suwondo, /et.al., /1976:20). Jika ditarik ke belakang, nama Kerajaan Luwu telah dikenal dalam naskah Bugis “I La Galigo”. Di sini dikenal nama tokoh Sawerigading yang berasal dari kerajaan di Sulawesi Selatan (besar kemungkinan adalah Kerajaan Luwu). Menurut beberapa ahli, kerajaan di Sulawesi Selatan ini telah berdiri pada abad ke-VII sampai XV (Suwondo, /et.al., /1976:20). Dari pendapat sementara ini, bisa diperoleh kesimpulan awal bahwa Kerajaan Luwu telah berdiri di Sulawesi Selatan pada abad ke-VII, bahkan bisa jadi sebelum abad ke-VII.

Sisa – sisa tinggalan  cagar budaya yang di tanah Luwu khususnya di Kota palopo  bangunan Istana, Masjid Tua, dan Pemakaman makam Raja-raja Luwu masih dijumpai hingga kini.

Dalam rangka melaksanakan upaya pelestarian situs cagar budaya, maka langkah awal untuk melengkapi data 6 lokasi pada kawasan situs Istana datu Luwu yaitu Istana Raja Luwu, Masjid Tua Palopo, Kompleks Makam Tompotikka, Kompleks Makam Lokkoe, Kompleks Makam Andi Tadda dan Kompleks Makam Puak To Luwu adalah melakukan kegiatan pemetaan/pengukuran, langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui gambaran lokasi situs dan lingkungan sekitarnya yang selanjutnya diharapkan menjadi acuan dalam rangka kegiatan perlindungan berupa zonasi, studi teknis, pemugaran, pemeliharaan dan sebagainya.

 I.2.  Dasar

Kegiatan pemetaan/pengukuran 6 lokasi di Kota Palopo  dilaksanakan berdasarkan pada

●Undang-undang RI. No. 11 Tahun 2010 tantang  Cagar  Budaya

●Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. PM.37/OT.001/MKP /2006 tanggal 7 September 2006 tentang Organisasi dan  Tata Kerja Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.

 I.3.  Maksud dan Tujuan

Kegiatan pengukuran/pemetaan 6 lokasi di Kota palopo yaitu Istana Raja Luwu, Masjit Tua, Kompleks Makam Lokkoe, Kompleks makam Po’To Luwu, Kompleks Makam Tompotikka dan Kompleks makam A. Tadda untuk mengumpulkan data-data keletakan dan kondisi lingkungan situs sekitarnya. dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang  keletakan situs beserta lingkungannya dalam bentuk peta sehingga dapat dijadikan acuan dalam upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.

 I.4. Lingkup Kegiatan

Pengukuran/pemetaan yang dilaksanakan pada Situs Istana Raja Luwu, Masjid Tua Palopo, Kompleks makam Andi Tadda berada di Kelurahan Ammasangeng, Kecamatan Wara Timur dan Kompleks Makam Lokkoe, Kompleks makam Puak To Luwu berada di Kelurahan Luminda, Kecamatan Wara Utara serta Kompleks Makam Tompotikka berada di Kelurahan Surutanga, Kecamatan Wata Timur, Situs-situs tersebut berada di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan.meliputi

● Tahap persiapan; peralatan dan bahan yang diperlukan

● Survei lapangan / observasi

● Penyeketan Pengukuran / pemetaan

● Pemasangan titik poligon

● Pengukuran/pemetaan

● Pencatatan hasil pembacaan

● Pembacaan pesawat GPS

● Pembacaan pesawat ukur

● Pendokumentasian foto kegiatan

● Pengetikan hasil pengukuran atau daftar ukur program exel

● Penggambaran hasil  pengukuran program Autocad

● Penggamnbaran kontur tanah program Autodesk

● Pembuatan  Naskah Laporan.

1.7  Metode Pelaksanaan

A. Langkah teknis dalam melaksanakan pengukuran / pemetaan dimulai dengan  tahapan kerja antara lain :

  1. Pemotretan lokasi
  2. Observasi lapangan guna menentukan penempatan titik polygon yang akan diukur dan luas jangkauan yang akan dipetakan
  3. Menentukan titik nol atau Datum poin pada lokasi, dilanjutkan dengan penentuan kedudukan pesawat ukur I dan titik polygon I ke II dan seterusnya. Dalam hal ini digunakan polygon tertutup dan terbuka.
  4. Merekam data-data teknis bangunan

B. Pengukuran / Pemetaan

Untuk mendapatkan hasil peta yang sesuai dengan kondisi situs, pengukuran/ pemetaan 6 lokasi situs di Kota palopo dilakukan dengan menggunakan  alat ukur  Theodalith. Topcon TL 6G dan Theodolit Nissin tipe digital dibantu alat ukur GPS, yang berguna untuk mengontrol titik koordinat hasil pengukuran Sedangkan pesawat theodalith digunakan untuk pengukuran detail terhadap BCB yang ada dengan sistem polygon tertutup dan terbuka.

C. Pengolahan hasil pengukuran dan lapor

–   Menghitung jarak optis sebenarnya menggunakan rumus cos²∫  dan beda tinggi dengan rumus tg²∫ antara titik- titik yang di baca.dengan mengunakan program exel.

–   Melakukan penggambaran sesuai hasil tabel dengan menggunakan program autocad dan pembuatan kontur dengan program auto cad land distop

–      Pembuatan naskah Laporan

 

GAMBARAN UMUM

 II.1.  Letak Geografis

Kota Palopo secara geografis. berada pada koordinat  2º 53’ 15” – 3º 04’ 08” LU dan 120º 03’ 10”  – 120º 14’ 34”  BT dengan luas wilayah sekitar 247,52 Km²

Kota Palopo berbatasan langsung dengan :

– Sebelah Utara berbatasan dengan teluk Bone

– sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Luwu

– Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Luwu

– Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tana Toraja

Kondisi georrafis Kota Palopo merupakan dataran rendah dengan bentangan daerah pesisir pantai ± 20 Km, 62,40 % dari luas kota palopo berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan air laut dan 24,76 % berada pada ketinggian 501 – 1000 m dari permukaan air laut.

Posisi kordinat masing masing situs yang telah dipetakan meliputi :

1. Istana raja Luwu berada pada posisi koordinat 2º 59’ 40,90’ LU dan 120º 11’ 44,90”.BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan…Jalahmad Yani dan kantor pos……….

– Sebelah selatan berbatasan dengan.taman kota dan jalan opu Dg Siraju

– Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Yunus arif dan rumah penduduk

– Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Andi Jemma dan pertokoan

2. Masjid Tua Palopo berada pada posisi koordinat 2º 59’ 39,7” LU dan 120º 11’ 22,70 BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan Hotel Platinum

– Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Ahmad Yani dan Sekolah

– Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Andi jemma dan Kantor pos

– Sebelah Barat berbatasan dengan pertokoan dan jalan patang

3, Kompleks Makam Lokkoe berada pada posisi koordinat 2º 59’ 32,00 LU dan 120º 11’22,70 BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan jalan Jendral Ahmad yani dan rumah pertokoan

– Sebelah selatan berbatasan dengan Ahmad yani dan SD 81

– Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Andi Makkulau dan kantor pos

– Sebelah Barat berbatasan dengan Gedung Saudenrae

4, Kompleks Makam Tompo Tikka berada pada posisi koordinat 3º 0’7,10” LU dan 120º 12’5,40 BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan Pemukiman penduduk

– Sebelah selatan berbatasan dengan Kebun dan pemukiman penduduk

– Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun dan Pemukiman

– Sebelah Barat berbatasan dengan Pemukiman padat

5, Kompleks Makam Puak To Luwu berada pada posisi koordinat 3º 0’22,40”LU dan 120º 11’8,20” BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan Pemukiman penduduk dan jalan Tociung

– Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Andi Kambo pemukiman

– Sebelah Timur berbatasan dengan Gudang bahan bangunan

– Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Jemma dan SMA Unggulan 3

6, Kompleks Makam Andi Tadda berada pada posisi koordinat 3º 59’ 48,40”LU dan 120º 11’44,50” BT

Dengan batas-batas sebagai berikut

– Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman dan gudang RSUD palopo

– Sebelah selatan berbatasan dengan Pemukiman dan Jalan jenderal Sudirman dan Pertokuoan

– Sebelah Timur berbatasan dengan BTN

– Sebelah Barat berbatasan dengan Pemukiman

 II.2.  Data Sejarah

Kerajaan Luwu disebut sebagai kerajaan tertua di Sulawesi Selatan. Meskipun belum diketahui secara pasti tentang tahun berdirinya kerajaan ini, namun Kerajaan Luwu telah diakui pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke-XV (Bambang Suwondo, /et.al., /1976:20). Jika ditarik ke belakang, nama Kerajaan Luwu telah dikenal dalam naskah Bugis “I La Galigo”. Di sini dikenal nama tokoh Sawerigading yang berasal dari kerajaan di Sulawesi Selatan (besar kemungkinan adalah Kerajaan Luwu). Menurut beberapa ahli, kerajaan di Sulawesi Selatan ini telah berdiri pada abad ke-VII sampai XV (Suwondo, /et.al., /1976:20). Dari pendapat sementara ini, bisa diperoleh kesimpulan awal bahwa Kerajaan Luwu telah berdiri di Sulawesi Selatan pada abad ke-VII, bahkan bisa jadi sebelum abad ke-VII. Nama Luwu disebut dalam karya suku Bugis, “I La Galigo”. Bersama dengan Kerajaan Wewang Nriwuk dan Tompotikka, Luwu merupakan salah satu dari tiga kerajaan pertama yang ditulis di dalam /I La Galigo/ (http://id.wikipedia.org/)

Pada bagian awal kisah dalam “I La Galigo” yang lazim disebut mula tau, dikisahkan tentang sejarah awal mula masyarakat Bugis.  I La Galigo membagi bumi menjadi tiga bagian, bumi bagian atas, tengah, dan bawah. Kehidupan masyarakat Bugis dimulai di daerah tengah yang bernama “Ware” (Wareq atau Luwu). Batara Guru dianggap sebagai leluhur orang Bugis dari dunia tengah yang menikah dengan seorang wanita dari dunia bawah yang bernama We Nyelliqtomaq. Keturunan dari keduanya kemudian berturut-turut menjadi lakon dalam kisah I La Galigo selanjutnya. I La Galigo menyajikan kisah yang terkesan sebagai suatu sejarah yang diformulasikan ke dalam karya sastra. Rafles menyebut I La Galigo  sebagai teks sejarah, khususnya pada bagian tokoh Sawerigading (Muhammad Yunus Hafid dan Mukhlis Hadrawi, 1998:12).

Tempat yang bernama Luwu memang menjadi sentral dalam I La Galigo. Luwu merupakan sebuah tempat di daerah sebelah utara Teluk Bone. Sehubungan dengan kisah yang diangkat dalam I La Galigo, sebagian orang beranggapan bahwa Luwu dianggap sebagai awal mula keberadaan orang-orang Bugis. Menurut sejarah politik pemerintahan orang Bugis, Kerajaan Luwu menjadikan Ware (Wareq) sebagai pusat pemerintahan sekaligus menjadi kerajaan tertua di tanah Bugis (Hafid dan Hadrawi, 1998:13). Kerajaan Luwu yang terbentuk dari suku Bugis ini disebut dengan beberapa nama, seperti Luwuq, Wareq, Luwok, dan Luwu? (http://id.wikipedia.org/). Bersama dengan Kerajaan Gowa dan Bone, Kerajaan Luwu disebut sebagai Kerajaan Tellu Bocco-e (dalam bahasa Bugis, tellu artinya tiga dan bocco-e artinya yang penuh atau utama). Kerajaan Luwu terletak di Teluk Bone bagian utara dan beribukota di Palopo (atau disebut juga dengan nama Wareq). Di tempat yang berjarak sekitar 380 km dari Gowa ini bermukim /datu /atau raja Kerajaan Luwu (Muhammad Abduh, /et.al/., 1981:135). Pada abad ke-XIV sampai XV, Kerajaan Luwu mencapai puncak kejayaannya (Bambang Suwondo, /et.al., /1976:20). Pernyataan ini dikuatkan oleh Gouverneur van Celebes (Gubernur Sulawesi), Braam Morri pada tahun 1889 yang menyatakan bahwa antara abad ke-X sampai ke-XIV, Kerajaan Luwu mencapai puncak kejayaannya

 

Tampak Istana Bagian Samping

Tampak Istana bagian Depan

 

 

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMETAAN

III.1 . Membuat /sketsa lokasi

  1. Penyeketan denah lokasi dan sekitarnya
  2. Pencatatan hasil pembacaan pesawat ukur
  3. Penyetelan pesawat ukur dan menentukan ketinggian pesawat ukur serta menyetel arah asimut
  4. Pembacaan tiap titik pokok atau titik-titik detail
  5. Pendokumentasian foto-foto kegiatan.
  6. Membuat sketsa denah lokasi Benteng Ba’dia, Masjid Tua dan Istana Raja serta situasi lingkungan serkitarnya.

III.2.  Memasang dan menyetel Pesawat Theodhalith

Pemasangan pesawat pada beberapa titik atau tempat dengan memilih ruang bidik  yang dapat mengokomodir sebanyak-banyaknya, sehingga diharapkan areal peta dapat diperoleh sesuai kebutuhan disekitar situs cagar budaya.

III.3. Pencatatan Hasil Pembacaan Pesawat Theodhalith antara lain : Jarak Optik, beda tinggi dan Azimut

III.4. Pemindahan pesawat Theodholith.

Pemetaan ini dilakukan dengan Polygon tertutup dan terbuka, pelaksanaan pengukuran/pemetaan sistim tertutup dilakukan pada lingkungan dalam lokasi sedang pembacaan system polygon terbuka dilakukan pada lingkungan luar sekitar lokasi dengan radius 400 – 600 m.

Pembacaan posisi pesawat Theodholith dari satu titik (tempat) ke titik lainnya, diberi simbol pesawat 1 (P1) dan pembacaan titik detail diberi simbol  a, Pembacaan pengukuran Tim I dimulai dari dalam lingkungan istana dengan memasang  pesawat I,2,…..4(PI,P2,………P4), setelah pemabacaan pesawat bagian dalam lingkungan istana telah dilakukan pengukuran diarahkan ke luar lingkungan istana dengan memesang satu titik ikat pada sisi utara jalan,  pembacaan pesawat 5,6, ……9 (P5,P6, …..P9) diarahkan kesemua titik bidikan pada sisi timur jalan, sisi selatan, sisi barat jalan, dengan membaca titik detail a,b,c,…..z, Setelah semua titik bidikan yang diukur telah sesuai dengan hasil skets gambar, pembacaan  pesawat diarahkan ke luar. Pembacaan pesawat ukur pada lokasi Istana dan lingkungan sekitarnya dilakukan sebanyak 9 (sembilan)  kali. Pemindahan pesawat.

Tim II melakukan pengukuran dimulai dari dalam lingkungan kompleks makam lokkoe  dengan terlebih dahulu menghubungkan pembacaan titik yang dipasang pada tim 1 gunanya agar satu lokasi dengan lokasi lainnya bisa terhubung. Pembacaan pengukuran dimulai dengan pesawat I,2,…..5(PI,P2,………P5), -kemudian dilanjutkan dengan pembacaan titik detail berdasarkan titik bidikan, titik detail pembacaan dimulai dari detail a,b,c,…….z dan titik detail a’,b’,c’,……z’. Setelah pemabacaan pesawat bagian dalam lingkungan makam Lokkoe telah dilakukan pengukuran diarahkan ke luar lingkungan makam dengan melanjutkan pembacaan pesawat ukur dengan terlebih dahulu memasang titik ikat disalah satu sudut jalan  memasang satu titik ikat pada sisi utara jalan,  pembacaan pesawat 5,6, ……9 (P5,P6, …..P9) diarahkan kesemua titik bidikan pada sisi timur jalan, sisi selatan, sisi barat jalan, dengan membaca titik detail a,b,c,…..z, Setelah semua titik bidikan yang diukur telah sesuai dengan hasil skets gambar, pembacaan  pesawat diarahkan ke luar. Pembacaan pesawat ukur pada lokasi Lokkoe dan lingkungan sekitarnya dilakukan sebanyak 9 (sembilan)  kali. Pemindahan pesawat.

Pembacaan pesawat selanjutnya Tim I mengarahkan pengukuiran ke lokasi Masjid Tua, pembacaan pesawat dilanjutkan dengan memesan titik pokok pada salah satu sudut masjid  dengan pembacaan pesawat 10,11,…..14 (P10,P11,……P14) dalam lokasi masjid, setiap pesawat dilanjutkan dengan pembacaan titik detai kemudian pengukuran dilanjutkan ke luar lingkungan imulai dengan pesawat 10,11,12 dan P13  atau P10masjid dimulai P4,P5,…P7 pemindahan pesawap sebanyak 7 kali.

Selanjutnya pengukuran Tim I dilakukan pada Kompleks makam Andi Tadda pembacaan pesawat ukur pada situs Kompleks makam Andi Tadda, pembacaan dimulai dari Pesawat  I (PI) didepan lokasi, selanjutnya pesawat berpindah ke P2 dan P3 dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, kemudian pembacaan diarahkan keluar lingkungan dimulai pesawat P4,,……P8, setelah pembacaan pesawat telah selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan membaca titik detail. semua titik bidikan disesuaikan dengan sketsa gambar. Pembacaan pesawat ukur pada lokasi Kompleks makam Lokkoe dan lingkungan sekitarnya dilakukan sebanyak 8 (delapan)  kali. Kemudian II masih melanjutkan pengukuran ke Kompleks Makam Puak To Luwu dimulai pemasangan pesawat1 dimulai depan lokasi jalan jenderal sudirman, selanjunya pembacaan diarahkan masuk kelokasi dengan pemindahan pesawat ukur sebanyak 2 kali (P1 dan P2) selanjunya pesawat diarhkan ke lingkungan luar ke utara, timur dan selatan kemudian semua pembacaan dilengkapi dengan pembacaan tiotik detail a,b,c,….z. Sedang TI II Melanjutkan pengukuran pada kompleks makam Tompo Tikka, pembacaan pesawt 1 (Pi) dimulai dari dalam lokasi dengan pemindahan pesawt sebanyak 3 kali (Pi,….P3) dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan titik detail a,b,c,……..z , kemudian pembacaan pesawat ukur dilanjutkan ke luar lingkungan makam dengan pemindahan pesawat sampai ke jalan raya sebanyak 5 kali ( P1,P2,……P5) kemudian dilanjutkan dengan pembacaan titik detail.

PENUTUP

Dengan selesainya kegiatan pengukuran/pemetaan  Kawasan Istana datu Luwu dan sekitarnya dan berbagai ulasan tentang rangkaian kegiatan pemetaan/pengukuran dengan ini tim berkesimpulan :

– Kodisi existing Istana Datu Luwu berdenah persegi empat, dilokasi ini terdapat bangunan istana type bangunan permanen  bahan dasar batu bata diplester dan bangunan Langkanae type rumah panggung bahan dasar kayu, serta bangunan kolam terdapat symbol patung memegang kris Sedang Kondisi existing Masjid tua berada sebelah barat bangunan Istana, lokasi masjid ini berdenah persegi empat panjang, dalam lokasi masjid terdapat bangunan masjid Tua tipe bangunan permanen bentuk persegi empat dengan atap tumpang tiga berbahan batu padas dan 2 bangunan baru permanen sekarang bangunan tersebut dijadikan sebagai tempat penyimpanan beduk dan sekolah madrasyah. Luas jangkauan pengukuran radius 700 m²

–  Kondisi existing Kompleks makam lokkoe berdenah persegi panjang didalam lokasi ini terdapat makam tua yang berbaur dengan makam baru, jumlahnya keseluruhan ± 600 bh, dari sekian banyak makam dilokasi ini terdapat bangunan makam tipe kubah yang didalamnya terdapat makam Raja-Raja Luwu sebanyak 38 bh,  di sebelah timur bangunan kubah terdapat makam Jerrae berdinding batu bata diplester yang didalamnya terdapat 15 bh makam, dan sebelah Selatan bangunan kubah terdapat makam Paccae.

Luas jangkauan pengkuran ± 500 m².

– Kondisi existing kompleks Makam Tompotikka berdenah persegi didalam kompleks terdapat bangunan makam berdinding bentuk persegi empat dengan ketebalan dinding 0.90 m, jumlah makam yang berada dalam kompleks ± 78 bh dengan luas jangkauan pengukuran radius 500 m²

–  Existing makam Puak To luwu berdenah persegi didalam kompleks terdapat 3 bangunan permanen, bangunan pertama makam Tori Saloe, bangunan kedua makam Puang Pokko dan bangunan ketiga makam Puak To luwu, luas jangkauan pengukuran ± 500 m².

– Existing makam Andi Tadda berdenah persegi, kompleks makam ini berada ditengah pemukiman warga dengan  jangkauan pengukuran ± 500 m².

dan disarankan untuk :

●    Perlu diadakan studi teknis kawasan untuk  untuk melakukan kajian teknis terhadap bangunan yang terdapat pada kawasan Istana datu Luwu dan sekitarnya.

●    Pemagaran lokasi perlu diperbaharui pada lokasi Kompleks makam Tompo Tikka

●   Untuk mengantisipasi batas lokasi perlu dibuatkan sonasi yang permanen

(IK)