Pemetaan/Pengukuran Kawasan Sangalla Kab. Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan

sanggalla
Tongkonan, Tumbang Datu, Kecamatan Sangalla Utara

Latar Belakang

Di dalam banyak bidang pekerjaan, kita sering menggunakan sebuah peta sebagai dasar rencana kerja. kita sering tidak mengetahui bagaimana peta itu dihasilkan, siapa yang terlibat, bagaimana proses yang terjadi di dalamnya.

Pekerjaan-pekerjaan teknik sipil dan perencanaan, dasarnya membutuhkan peta-peta dengan berbagai macam jenis tema dan berbagai macam jenis skala, sedang yang dimaksud dengan pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka bumi yang disajikan.

Kemajuan dibidang teknologi khususnya dibidang komputer mengakibatkan suatu peta bukan hanya dalam bentuk nyata (pada selembar kertas, real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapat disimpan dalam bentuk digital, sehingga dapat disajikan pada layar monitor.

Berdasarkan uraian di atas salah satu tugas fungsi Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar adalah melakukan pemetaan/pengukuran terhadap objek yang dikategorikan situs cagar budaya, upaya ini dilakukan untuk mendapatkan keletakan situs baik lokasi situs maupun lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar digital menggunakan skala tertentu, dalam rangka pelestarian dan pengembangan objek cagar budaya.

Dengan terekamnya data peta keletakan, diharapkan menjadi acuan dalam rangka kegiatan perlindungan berupa zonasi, studi teknis, pemugaran, pemeliharaan dan sebagainya. Kegiatan pemetaan ini dilaksanakan pada situs cagar budaya yang berada di Kawasan sangalla Kabupaten Tana Toraja meliputi :

– Rumah Adat Kairo

– Rumah Adat Buntu Kairo

– Liang Losso,

– Liang Dulang,

– Leang Suaya,

– Rumah Adat Solo’,

– Rumah Adat Bebo’ (pagunturan),

– Rumah Adat Sarapuang

– Rumah Adat Bebo’ (Kalembang Tua)

– Rumah Adat Bokko (Tumbang Datu),

– Rumah Adat Marabiang (Sereala Pananian Bebo)

Dasar

Kegiatan pemetaan/pengukuran kawasan sangalla Tana Toraja (10 cagar budaya) dilaksanakan berdasarkan pada

● Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

● Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 52 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan pengukuran/pemetaan kawasan Sangalla (Rumah Adat Kairo, Rumah Adat Buntu Kairo, Liang Losso, Liang Dulang, Leang Suaya, Rumah Adat Solo’, Rumah Adat Bebo’ (pagunturan), Rumah Adat Sarapuang, Rumah Adat Bebo’ (Kalembang Tua), Rumah Adat Bokko (Tumbang Datu) dan Rumah Adat Marabiang (Sereala Pananian Bebo) di Kabupaten Tana Toraja untuk mengumpulkan data-datakeletakan dan kondisi lingkungan situs sekitarnya. dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keletakan situs beserta lingkungannya dalam bentuk peta digital sehingga dapat dijadikan acuan dalam upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.

 

Lingkup Kegiatan

Pengukuran/pemetaan yang dilaksanakan pada Situs di Kawasan Sangalla Kecamatan Sangalla dan Kecamatan sangalla Utara, Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.

Tahapan pelaksanaannya meliputi :

● Tahap persiapan; peralatan dan bahan yang diperlukan

● Survei lapangan / observasi

● Penyeketan Pengukuran / pemetaan

● Pemasangan titik poligon

● Pengukuran/pemetaan

● Pencatatan hasil pembacaan

● Pembacaan pesawat GPS

● Pembacaan pesawat ukur

● Pendokumentasian foto kegiatan

● Pengetikan hasil pengukuran atau daftar ukur program exel

● Penggambaran hasil pengukuran program Autocad

● Penggambaran kontur tanah program Autodesk

● Pembuatan Naskah Laporan.

Waktu dan Ketenagaan

Berdasarkan surat penugasanKepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar No……/BPCB/MKS/LL/2014, Tanggal 28 Maret 2014, pengukuran/pemetaan situs (Rumah Adat Kairo, Rumah Adat Buntu Kairo, Liang Losso, Liang Dulang, Leang Suaya, Rumah Adat Solo’, Rumah Adat Bebo’ (pagunturan), Rumah Adat Sarapuang, Rumah Adat Bebo’ (Kalembang Tua), Rumah Adat Bokko (Tumbang Datu) dan Rumah Adat Marabiang (Sereala Pananian Bebo) di Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan selama 15 hari kerja terhitung mulai tanggal 28 Maret s/d 11 April 2014,

Metode Pelaksanaan

A. Langkah teknis dalam melaksanakan pengukuran / pemetaan dimulai dengan tahapan kerja antara lain :

  1. Pemotretan lokasi
  2. Observasi lapangan guna menentukan penempatan titik polygon yang akan diukur dan luas jangkauan yang akan dipetakan
  3. Menentukan titik nol atau Datumpoin pada lokasi, dilanjutkan dengan penentuan kedudukan pesawat ukur I dan titik polygon I ke II dan seterusnya. Dalam hal ini digunakan polygon tertutup dan terbuka.
  4. Merekam data-data teknis bangunan

B. Pengukuran / Pemetaan

Untuk mendapatkan hasil peta yang sesuai dengan kondisi situs, pengukuran/ pemetaan lokasi situs Kawasan Sangalla di Kabupaten Tana Toraja dilakukan dengan menggunakan alat ukur Theodalith. Topcon TL 6G dan Theodolit Topcon tipe digital dibantu alat ukur GPS.

Alat ukur GPS digunakan untuk mengontrol titik koordinat hasil pengukuran Sedangkan pesawat theodalith digunakan untuk pengukuran detail terhadap BCB yang ada dengan sistem polygon tertutup dan terbuka.

C. Pengolahan hasil pengukuran dan laporan

–     Menghitung jarak optis sebenarnya menggunakan rumus cos²∫ dan beda tinggi dengan rumus tg²∫ antara titik- titik yang di baca.dengan mengunakan program exel.

–     Melakukan penggambaran sesuai hasil tabel dengan menggunakan program autocad dan pembuatan kontur dengan program autocad landdistop

–     Pembuatan naskah Laporan

 

Gambaran Umum

Keadaan Geografis

a.   Letak

Secara administratif wilayah Tana Toraja saat ini telah terbagi dua wilayah pemerintahan kabupaten, yaitu kabupaten Tana Toraja dengan ibukotanya Makale dan kabupaten Toraja Utara dengan ibukota Rantepao

Tana Torajaadalah sebuah nama daerah dengan status pemerintahan kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, terbentang mulai dari Km. 280 s/d Km. 355 di sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar.) Tepatnya pada 2° – 3° LS dan 199° – 120° BT, dengan luas sekitar 3.205,77 Km² atau sekitar 5% dari luas propinsi Sulawesi Selatan. Tana Toraja berbatasan dengan wilayah:

  • Sebelah utara       : Berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat
  • Sebelah timur      : Berbatasan dengan Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan
  • Sebelah Selatan   :  Berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan
  • Sebelah Barat       : Berbatasan dengan Polewali Mandar Sulawesi Barat.

 b. Topografi

Kondisi topografi kabupaten Tana Toraja terdiri dari pegunungan 40%, dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa dan sungai 2%. Kondisi tanah cenderung agak curam, yaitu kemiringan 0% – 8% (datar) seluas 26.992,26 ha, kemiringan 9% – 15% (landai) seluas 36.129,00 ha, kemiringan 16% – 25% (agak curam) seluas 59.659,40 ha, kemiringan 26% – 40% (curam) seluas 85.497,90 ha, dan kemiringan >40% (sangat curam) seluas 112.298,10 ha. Kabupaten Tana Toraja berada pada ketinggian 300 m –2.880 m diatas permukaan laut. Bagian terendah di kecamatan Bonggakaradeng dan bagian tertinggi di kecamatan Rindingallo. Temperatur rata-rata berkisar antara 16ºC sampai 26ºC dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 82% – 86%. Tana Toraja berada di atas ketinggian antara 600m – 2800 m dari permukaan laut.

c. Geomorfologi

Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar 1.565,59 Ha, yang diantaranya 48,84 % adalah jenis batuan soprin coklat kemerah-merahan. Jenis batuan di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada umumnya terdiri dari batuan soprin coklat kemerah-merahan dan soprin napalan abu-abu, batu gamping, batu pasir kwarsit, gradorir diorir.

 

Pelaksanaan Kegiatan Pemetaan

Observasi

a.   Melihat kondisi medan sebagai jangkauan pengukuran

b.   Menentukan titik-titik polygon

Pemetaan/Pengukuran

Pemetaan adalah proses pembuatan peta berdasarkan olahan data hasil pengukuranSedangkan Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Urutan kerjanya meliputi :

a. Melakukan Penyeketan titik-titik polygon hasil observasi baik dalam lokasi objek maupun lingkungan sekitar objek sesuai jangkauan yang akan dilakukan pengukuran.

b. Memasang dan menyetel Pesawat Theodhalith

Pemasangan pesawat pada beberapa titik atau tempat dengan memilih ruang bidik yang dapat mengokomodir titik detail sebanyak-banyaknya, sehingga diharapkan jangkauan pemetaan dan pengukuran dalam pembuatan peta situasi dapat diperoleh sesuai kebutuhan.

c.   Memasang Bak ukur

d.   Pencatatan Hasil Pembacaan Pesawat Theodhalith antara lain : Jarak Optik, bedatinggi dan Azimut.

e.   Pendokumentasian dilakukan baik terhadap lokasi/situs, kegiatan pemetaaan serta lingkungan situs

 Uraian Pemetaan/Pengukuran

Observasi

Tim I, observasi dimulai dari lokasi Tongkonan Bebo’ pagunturan, pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa tongkonan, lumbung, liang, dan sumur Kalimbuang,   kemudian observasi dilanjutkan menuju lokasi Tongkonan Mara’bian (sereala pananian bebo)., pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa tongkonan, lumbung, liang, selanjutnya observasi dilanjutkan ke lokasi Tongkonan Belonga., pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa tongkonan, lumbung, dan Rante (Simbuang batu), selanjutnya observasi dilanjutkan ke lokasi Tongkonan Tumbang Datu., pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa tongkonan, lumbung, liang dan Rante (simbuang batu).

tim II melakukan observasi pada lokasi Tongkonan Buntu Kalando,. pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa Tongkonan, lumbung, dan liang, kemudian observasi ke lokasi Tongkonan Kairo dan Tongkonan Buntu Kairo, pada lokasi ini terdapat potensi cagar budaya berupa Tongkonan, lumbung, rante (simbuang batu), selanjutnya observasi ke lokasi Tongkonan Buntu Tongko pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa Tongkonan dan lumbung,, selanjutnya observasi dilakukan ke lokasi Tongkonan Sarapung, pada lokasi ini tedapat potensi cagar budaya berupa Tongkonan, Lumbung, dan Baby grave, selanjutnya observasi dilakukan pada lokasi Tongkonan Solok, dilokasi ini terdapat potensi cagar budaya berupa tongkonan , lumbung dan sumur adat.

Pemetaan/pengukuran ini dilakukan dengan Polygon tertutup dan terbuka, sistim tertutup dilakukan pada lingkungan dalam lokasi sedang pembacaan system polygon terbuka dilakukan pada lingkungan luar sekitar lokasi dengan radius 400 – 700 meter. Pembacaan posisi pesawat Theodholith dari satu titik (tempat) ke titik lainnya, diberi simbol pesawat (Ps) dan pembacaan titik detail diberi simbol (a,b,c,……Z,)

 ►Pemetaan/Pengukuran lokasi Tongkonan Bebo Pagunturan

Pembacaa pemetaan/pengukuran yang dilaksanakan oleh Tim I dimulai dari Tongkonan Pagunturan, pengukuran kedudukan Ps 1 dimulai pada lokasi Tongkonan, setelah pembacaan pesawat selesai dilakukan dengan membaca titik pokok azimuth belakang, dilanjutkan dengan pembacaan titik detail (a,b,……..z) dilokas ini, pemindahan pesawat sebanyak 4 Kali (Ps2,……..Ps5) semua pemindahan pesawat dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, kemudian pesawat ukur ditempatkan keluar lokasi tongkonan, untuk menuju keluar lokasi dibutuhkan titik pokok (TP) agar pembacaan pesawat tidak terputus. Pesawat PS6 dipasang pada sudut belokan jalan dengan menembak kembali bak azimuth belakang, pembacaan pesawat kemudian dilanjtkan dengan pembacaan titik detai (a,b,………z) pada semua titik bidikan sekitar PS6, pengukuran dilanjutkan dengan menyusuri jalan menuju sumur kalimbuang untuk sampai ke keletakan susmu dibutuhkan 4 kali pemindahan pesawat (Ps 7,………Ps10), berhunbung lokasi liang To’sudu sangat berjauhan dengan lokasi tongkonan maka pengukuran tidak digabung tetapi hanya parsial (tersendiri).

Pembacaan pesawat ukur (Ps1) dimulai dijalan menuju liang yang terlebih dahulu membaca titip pokok (TP) azimuth belakang sebagai ttik pengikat, kemudian pesawat ukur dilanjutkan masuk kelokasi liang (Ps2),untuk dapat menyambung hasil pemetaan titik ikat dilakukan pembacaan kembali (TP) azimuth depan, semua pembacaan pesawat dilanjutkan pembacaan detail ke semua arah sekitar jangkuan bidikan.

 ►Pemetaan/Pengukuran lokasi Tongkonan Mara’bian (sereala pananian bebo)

Pengukuran kedudukan Ps 1 dimulai pada lokasi Tongkonan, dengan terlebih dahulu memasang titk pokok ikat (TP) azimuth belakang didepan jalan masuk, setelah pembacaan pesawat selesai dilakukan dengan membaca titik pokok azimuth depan, dilanjutkan dengan pembacaan titik detail (a,b,……..z) dilokas ini, pemindahan pesawat dilakukan sebanyak 4 Kali (Ps2,……..Ps5)

 Selanjutnya pesawat ukur diarahkan ke posisi lokasi Liang To’Semba, untuk menuju leang to’semabh dibutuh 4 kali pemindahan pesawat ukur dengan memasang Pesawat ukur (Ps6,……….Ps9), setelah kedudukan pesawat terbaca, maka dilanjutkan dengan pembacaan titik detail sekitar jangkauan didikan, kemudian pengukuran dilanjutkan dengan pesawat ukur (Ps10) di pasang disekitar Liang, untuk membaca kedudukan pesawt Ps10 terlebih dahulu memasang bak ukur sebagai titik ikat (Tp) azimuth belakang dan dilanjutkan dengan pembacaan titik detail (a,b,c,………..z) dilokas ini pemindahan pesawat ukur sebanyak 3 kali (Ps11,……..Ps12).

 ►Pemetaan/Pengukuran lokasi Tongkonan Belonga

Pengukuran kedudukan Ps 1 dimulai pada lokasi Tongkonan, dengan terlebih dahulu memasang titk pokok ikat (TP) azimuth belakang pada salah satu sudut tongkonan, kemudian setelah pembacaan pesawat azimuth belakang terbaca maka dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, selanjutnya untuk menutup pembacaan pesawat, bak ukut diopasang sebagai (Tp) yang nantinya sebagai pembacaan azimuth depan, setelah pesawat ukur dipindahkan kearah timur lokasi (Ps2) titik pokok tersebut dibaca kembali sebagai titik ikat azimuth belakang, pemindahan pesawat dilokasi tongkonan belonga dilakukan sebanyak 4 kali (Ps3,……….Ps6), semua pemindahan pesawak diikuti dengan pembacaan titik detail (a,b,……….z), pengukuran dilanjutkan dengan memasang pesawat ukur (Ps7) disudut tikungan jalan menuju Rante (Pantunuan Pa’padanunan), pemasangan pesawai PS 7 ini kembali membidik posisi titik pokok yang dipasang tepat pada bahu jalan sebagai azimuth belakang, setelah pembacaan azimuth belakang terbaca, pengukuran dilanjukan dengan membaca titik detail (a,b,…..z) disekitar kedudukan pesawat, untuk sampai ke lokasi Rante (Pantunuan Pa’padanunan) pemindahan dilakukan sebanyak 6 kali (Ps8,……Ps14), dengan memasang titik pokok (Tp) azimuth depan yang letaknya persis didepan jalan menuju rante, kemudian pesawat ukur dipindahkan kembali masuk ke lokasi rante (Ps15) yang terlebih dahulu dilakukan pembacaan (TP) sebagai titik ikat azimuth belakang dan setelah pembacaan titik detail (a,b,…….z) selesai dilanjukan dengan titik pokok penutup (Tp) azimuth depan, pemindahan pesawat pada lokasi ini sebanyak 3 kali (Ps16,…..Ps17).

►Pemetaan/Pengukuran lokasi Tongkonan Tumbang Datu

Dilokasi ini dan sekitarnya terdapat Tongkonan, Lumbung, sumur tua dan Rante (Pantunuan Pangrante), pengkuran dilakukan pada lokasi Tongkonan (Ps1) yang tepatnya dalam lokasi tongkonan, untuk pembacaan awal terlebih dahulu  menempatkan titik pokok sementara (Tp) yang sekaligus sebagai DP ±0.00 yang dipasang pada sudut Duiker. Setelah pemabacaan azimuth belakang selesai dilanjutkan dengan pembacaan titik detail (a,b,…….z), kemudian pesawat ukur dipindahkan masih disekitar lokasi (Ps2) setelah penyetelan pesawat Ps2 selesai maka titik pokok (Tp) dibaca kembali sebagai azimuth depan, jumlah pemindahan pesawat ukur dalam lokasi tongkonan sebanyak 3 kali (Ps2,……..Ps4) semua pembacaan pesawat diikuti dengan pembacaan titik detail. Kemudian pesawat ukur dpindahkan keluar lokasi sistus (Ps 5) tepatnya pada bahu jalan beton, setelah pembacaan azimuth belakang, pesawat diarahkan dengan membaca titik detail kesemua arah bidikan, pemindahan titik pesawat diluar lingkungan dan menyusuri jalan menuju sumur tua dilakukan sebanyak 2 kali (Ps6 dan.Ps7). Kemudian pesawat ukur dipasang pada lokasi sumur tua (Ps9) pesawai tersebut ditempatkan pas didepan sumur. Pengukuran dilanjutkan menuju ke lokasi rante, untuk sampai ke lokasi rante dilakukan pemindahan pesawat ukut sebanyak 3 kali (Ps10,………Ps12) selanjutnya pesawat ukur dipasang dekat jalan ke lokasi rante depan jalan masuk lokasi sebelum titik detail dibaca terlebih dahulu pembacaan (Tp) azimuth belakang, kemudian pesawat ukur dindahkan kembali (Ps13) didalam lokasi rante dan pemindahan pesawat dilanjukan dengan yang terlebih dahulu memasang titik pokok (Tp) sebagai pembacaan azimuth belakang, selanjutnya dilakukan pembacaan semua titik titik detail dan semua rante yang terdapat dalam lokasi, pemindahan pesawat ukur dalam lokasi sebanyak 2 kali (Ps14dan.Ps15), kemudian dengan menyusuri jalan menuju liang to’sudu dilakukan pemindahan pesawat sebanyak 3 kali (Ps15,……..Ps17), pengukuran dilanjutkan dengan memasang (Ps18) pas pada sudut tebing liang to’ sudu, selanjutnya pesawat dipindahkan kembali Ps19 yang dipasang di depan liang, selanjutnya dilakukan pembacaan titik detail yang berada disekitar area liang..

►Pemetaan/Pengukuran lokasi Tongkonan Buntu Kalando

Pembaca pemetaan/pengukuran yang dilaksanakan oleh Tim II dimulai dari lokasi Tongkonan Buntu kalando dilokasi ini dan sekitarnya terdapat Tongkonan, Lumbung, liang suaya dan liang Tampang Allo, Pesawat ukur (Ps1) dipasang didalam lokasi tongkonan dengan menempatkan titik pokok sementara (DP) pada sudut Duiker.yang sekaligus sebagai titik orientasi keletakan situs dan dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, kemudian pesawat ukur dipindahkan masih disekitar lokasi (Ps2), didalam lokasi tongkonan pesawat ukur dipindahkan sebanyak 4 kali (Ps3 dan Ps6) semua pembacaan pesawat diikuti dengan pembacaan titik detail. Kemudian pesawat ukur dipindahkan keluar lokasi sistus (Ps6) tepatnya pada sudut duiker jalan lokasi, setelah pembacaan azimuth belakang, pesawat diarahkan dengan membaca titik detail kesemua ara bidikan, pemindahan titik pesawat diluar lingkungan dilakukan sebanyak 3 kali (Ps7,……………Ps9). Berhubung lokasi tongkonan berjahuan dengan lokasi liang maka pengukuran dilakukan secara penggabungan dan secara parsial.

Pengukuran dilanjutkan kembali dengan memasang (Ps1) didepan liang Suaya dan memesang titik pokok (Tp) yang akan terbaca azimuth belakang, untuk melakukan pemindahan pesawat terlebih dahulu dipasang titik ikat (Tp) azimuth depan, kemudian pesawat ukur dipindahkan dekat sudut patane (Ps2). Dalam Pembacaan Ps2 terlebih dahulu kembali membidik (Tp) sebagai azimuth belakang, kemudian pesawat ukur dindahkan ke sudut tebing arah selatan (Ps3), semua pemindahan pesawat dilakukan pembacaan titik detail, kemudiasn pesawat ukur ditempatkan jalan stapak keluar liang (Ps4) Pengukuran untuk sampai ke sudut jalan beton pas dipertigaan dilakukan peminahan pesawat sebanyak 2 kali (Ps4 dan Ps5), dengan menyusuri jalan menuju liang tampang allo dibutuhkan 3 kali pemindahan pesawat (Ps6,…….Ps8), pengkuran dilanjutkan dengan memasang (Ps9) yang letaknya pas dijalan masuk ke lokasi, pembacaan Ps9 dilakukan selah azimuth belakang terbaca, setelah pembacaan azimuth telah selesai maka dilanjutkan dengan pembacaan titik detail dan memasang titik ikat (Tp) azimuth depan, selanjutnya pesawat dipindahkan masuk ke dalam liang (Ps10) penyetelan pesawat dan pembacaan sudut azimuth depan selesai maka pengukuran dilanjukan dengan pembacaan detail (a,b,……….z), kemudian pesawat ukur dipindahkan masuk kedalam lingkungan situs (Ps11) yang terlebih dahulu memasang titik pokok (Tp) sebagai pembacaan azimuth belakang, selanjutnya dilakukan pembacaan semua titik titik detail dan sarana yang terdapat dalam lokasi, pemindahan pesawat ukur dalam lokasi sebanyak 4 kali (Ps11,…………Ps14).

 ►Pengukuran Lokasi Rumah Adat Kairo, Buntu Kairo dan Simbuang Batu

Pembacaan pengukuran dimulai dari Tongkonan Buntu Kairo, dilokasi ini berupa lokasi Tongkonan dan lumbung, pengukuran kedudukan Ps 1 dimulai pada lokasi Tongkonan Kairo, serta titik pokok 1 (Tp 1) dipasang pada sudut jalan masuk, setelah pembacaan pesawat PS1 terbaca maka pebidikan pesawat diarahkan pada pembacaan titik detail didalam lingkungan tongkonan pemindahan pesawat ukur dilakukan sebanyak 3 kali (Ps2, ….Ps4), selanjutnya pesawat ukur dipindahkan keluar lingkungan situs Ps5 dipasang dibahu jalan dengan titik pokok bantu dipasang tepat disudut tiang, kemudian pesawat ukur pindahkankan sebanyak 3 kali (Ps6,…… Ps7) menuju kelokasi Tongkonan Buntu Kairo, Pembacaan pesawat 7 (Ps7) dipasang sekitar 30 m dari lokasi tongkonan yang terlebih dahulu dipasang titik pokok ikat tepatnya didepan jalan masuk ke lokasi, kemudian pesawat ukur dipindahkan kelokasi tongkonan Buntu Kairo (Ps8), setelah pembacaan titik ikat selesai dibaca dilanjukan dengan pembacaan titik detai (a,b,c,………..z) didalam lokasi ini perpindahan pesawat sebanyak 3 kali (Ps8,…….Ps10), kemudian pengukuran diarahkan kejalan menuju Rante ………….(Simbuang Batu), melalui pembacaan Ps10 dipasang titik pokok ikat didepan jalan masuk ke rante, selanjutnya PS10 dipasang didalam lokasi Rante dan dilanjutkan dengan pembacaan titik detail.

 ►Pengukuran Lokasi Rumah Adat Solok

Pemetaan/pengukuran di dalam lokasi Rumah Adat Solok (Ps1) dipasang dan titik pokok 1 (Tp1) dipasang pada jalan masuk kelokasi yang sekaligus sebagai titik orientasi keletakan situs. Kemudian pembacaan dilanjutkan dengan membaca titik detail, kemudian pesawat ukut dilanjutkan ke sudut tongkonan, lumbung, selanjutnya pesawat kembali dipindahkan (Ps2, …..Ps4) masih di dalam lokasi dan dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, setelah semua titik bidikan telah terbaca pesawat diarahkan keluar lingkungan situs (Ps5) untuk pembacaan Ps5 ini terlebih dahulu membaca titik pokok bantu TP6 yang dipasang tepat dipinggir batas, setelah titik azimuth belakang terbaca maka dilanjutkan dengan pembacaan titik detai disekitar lingkungan luar, pemindahan pesawat ukur diluar lingkungan sebanyak 4 kali (Ps6,………….Ps9).

 ► Pengukuran Lokasi Rumah Adat Pagunturan dan Baby Graff

Pembacaan titik pengukuran lokasi Tongkonan pagunturan dengan memasang pembacaan pesawat Ps1 dalam lokasi, dengan pemasangan titik pokok 1 pada pertigaan jalan, pemasangan titik pokok ditempat tersebut agar dalam pemindahan pesawat ukur menuju lokasi Baby graff titik pokok tersebut dibidik kembali selanjutnya dilanjutkan dengan pembacaan titik detail (a,b,c…..z), pemindahan pesawat ukur dalam lokasi sebanyak 3 kali (Ps1,…….Ps3), selanjutkan pesawat ukur dipindahkan yang tepatnya didepan jalan stapak menurun masuk ke lokasi baby graff (Ps4), setelah pembacaan titik detail disekitar Ps4, pengkukuran diarahkan masuk lokasi dengan pemasangan Ps5 dengan pembacaan titik pokok azimuth belakang, setelah titik detail sudah dibaca secara keseluruhan selanjutnya pesawat dipindahkan (Ps6) yang dipasang disisi barat lokasi, dan (Ps 7) di pasang pada sisi timur, pemasangan pesawat ditempat ini agar semua akses lingkungan sisi utara, dan sisi selatan lokasi terbidik keseluruhan.

 ► Pengukuran Lokasi Bebo Pagunturan dan Rumah Adat Kalembang Tua

Pembacaan pengukuran yang dilaksanakan oleh Tim II dimulai di lokasi Tongkonan bebo pagunturan, dilokasi ini dan sekitarnya terdapat Tongkonan, Lumbung dan sumur tua, Pesawat ukur (Ps1) dipasang didalam lokasi dengan menempatkan titik pokok sementara (DP) pada sudut Duiker.yang sekaligus sebagai titik orientasi keletakan situs dan dilanjutkan dengan pembacaan titik detail, kemudian pesawat ukur dipndahkan masih disekitar lokasi (Ps2) kemudian pesawat ukur dipindahkan sebanyak 3 kali (Ps3,……..Ps5) semua pembacaan pesawat diikuti dengan pembacaan titik detail. Kemudian pesawat ukur dpindahkan keluar lokasi sistus (Ps6) tepatnya pada sudut tikungan jalan, setelah pembacaan azimuth belakang, pesawat diarahkan dengan membaca titik detail kesemua ada bidikan, pemindahan titik pesawat diluar lingkungan dilakukan sebanyak 3 kali (Ps6,……………Ps8). Kemudian pesawat ukur dilanjutkan menuju lokasi sumur tua (Ps9). Pengukuran dilanjutkan ke lokasi Rumah Adat Kalembang Tua (Ps10) yang dipasang depan jalan masuk lokasi, dilokasi dan sekitarnya terdapat potensi cagar budaya berupa Tongkonan, lumbung setelah penyetelan pesawat dan pembacaan sudut azimuth depan selesai maka pengukuran dilanjukan dengan pembacaan detail (a,b,……….z), kemudian pesawat ukur dipindahkan masuk kedalam lingkungan situs (Ps11) yang terlebih dahulu memasang titik pokok (Tp) sebagai pembacaan azimuth belakang, selanjutnya dilakukan pembacaan semua titik titik detail dan sarana yang terdapat dalam lokasi, pemindahan pesawat ukur dalam lokasi sebanyak 4 kali (Ps11,…………Ps14).

 Kesimpulan

– Pemetaan adalah proses pembuatan peta berdasarkan olahan data hasil pengukuranSedangkan Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya:

–    Kondisi existing

 Saran

–  Perlu diadakan studi teknis kawasan untuk untuk melakukan kajian teknis terhadap bangunan yang terdapat pada kawasan Istana dan sekitarnya.

–   Untuk mengantisipasi batas lokasi perlu dilakukan program Zonasi yang permanen.