Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Pada April 1951-Februari 1952 adalah masa Sukiman Wirjosandjojo sebagai Perdana Menteri. Ia berhasil membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Sukarno lebih senang daripada situasi sebelumnya. Paling tidak karena kabinet memberinya kebebasan berpidato. Kabinet Sukiman menjadi terkenal dengan usaha...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Pada 1950, para politisi di Jakarta membentuk sistem parlementer yang dianggap paling cocok, yaitu demokrasi multi partai. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat) yang jumlah anggotanya 232 orang guna mencerminkan apa yang...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Setelah KMB (Konferensi Meja Bundar) pada 1949, merupakan klimaks pertama sukses keberhasilan Sukarno sebagai pemimpin politik. Dirinya sebagai satu-satunya calon Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Kemudian setelah pelantikannya, kembali ke Jakarta—setelah 4 tahun meninggalkan ibu kota RI...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Sikap politik Sukarno terhadap PKI terjadi pada 1948. Usaha Amir Sjarifudin mendirikan FDR (Fron Demokrasi Rakyat) dan kembalinga Muso pada Agustus 1948 akhirnya memunculkan “Peristiwa Madiun”, dijawab Sukarno dengan mengampanyekan pilih Amir-Muso atau Soekarno-Hatta. Petualangan...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Perjuangan diplomasi berawal dari pemikiran praktis bahwa perjuangan fisik kurang bisa diandalkan secara penuh. Justru penyelenggaraan secara simultan dan berimbang antara perang dan diplomasi dibutuhkan dengan pemikiran cerdas atas perubahan-perubahan dunia pasca Perang Dunia kedua....
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Pada Januari 1946, pendudukan kembali Belanda atas kota Jakarta telah berjalan begitu jauh. Secara politik dan militer bagi pemerintah RI hal ini kurang menguntungkan, sehingga diputuskan untuk memindahkan ibu kota Republik ke Yogyakarta. Yogyakarta...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Pimpinan pusat di Jakarta di bawah Presiden Sukarno hanya mempunyai sedikit kesempatan dan pengaruh untuk mengatasi kekerasan Surabaya yang bertambah luas itu. Akan tetapi sosok Sukarno tetap sangat dibutuhkan sekutu di Indonesia. Bagi Indonesia...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi Kemerdekaan, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Di kota yang sedang bergolak inilah kira-kira 6.000 pasukan Inggris yang terdiri atas serdadu-serdadu India tiba pada 25 Oktober...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Tentara sekutu tiba di Jakarta pada pertengahan September 1945, dan sepanjang Oktober 1945 di Medan, Padang, Palembang, Semarang, serta Surabaya. Mereka dipimpin oleh Panglima tentara Inggris Letnan Jenderal Philip Christison. Kesatuan sekutu di Indonesia...
Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan "Balai Kirti" Euforia Revolusi segera mulai melanda Indonesia, dan kaum muda Indonesia merespons kegairahan dan tantangan kemerdekaan itu. Para komandan pasukan Jepang di daerah-daerah sering kali meninggalkan wilayah-wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukan mereka ke pinggiran...