Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan “Balai Kirti”

Pimpinan pusat di Jakarta di bawah Presiden Sukarno hanya mempunyai sedikit kesempatan dan pengaruh untuk mengatasi kekerasan Surabaya yang bertambah luas itu. Akan tetapi sosok Sukarno tetap sangat dibutuhkan sekutu di Indonesia. Bagi Indonesia ini merupakan periode untuk mendapat simpati dan dukungan internasional. Meskipun oleh pemerintah Belanda diberi tahu bahwa mereka berurusan dengan kolaborator Jepang. Di sisi lain, Sukarno terus-menerus menunjukkan kemampuannya.

Dalam kesempatan berikutnya, muncullah Sutan Sjahrir dalam struktur elit politik nasional di Jakarta. Dia terpilih karena tidak pernah bekerja sama dengan pihak Jepang, sehingga lebih dapat diterima oleh pihak Sekutu. Pada 14 Oktober 1945, Sjahrir dalam sidang KNIP pertama terpilih sebagai ketua Badan Pekerja. Dalam konstelasi politik seperti Maklumat Pemerintah No. X tentang berubahnya fungsi dan peran KNIP sebagai badan legislatif dan terbentuknya partai-partai potitik di tanah air, Indonesia dan bekas penjajah Belanda melakukan perundingan diplomasi guna melangkah menuju dekolonisasi. Akhirnya, pada 14 November, dibentuklah suatu kabinet baru. Sjahrir menjadi Perdana Menteri merangkap sebagai Menteri luar negeri. Dalam soal ini Soekarno tetap sebagai Presiden atau Kepala Negara, dan Perdana Menteri senantiasa berkonsultasi kepadanya dalam menjalankan pemerintahan.

Tim storyline Museum Kepresidenan “Balai Kirti” Bogor