Menelisik Globe Karaeng Pattingalloang

Karaeng Pattingalloang, namanya tersohor hingga Eropa. Ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan menimbulkan rasa keingintahuannya terkait perkembangan berbagai bidang ilmu termasuk kartografi. Ia menulis sebuah pesanan langka yang dikirim bersama 11 bhar kayu cendana yang memiliki nilai sebesar 60 real per batang ke Batavia, melalui sebuah kapal Oudewater yang tiba pada tanggal 22 Juli 1644. Satu diantara delapan pesanan tersebut adalah Globe atau Bola dunia. 

Nama lengkapnya I Mangangada’-cina I Daeng I Ba’le Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Tuammenanga ri Bontobiraeng. Nama yang cukup panjang dan kita lebih familiar dengan nama Karaeng Pattingalloang. Seorang penyair dan seniman Belanda terkenal di era tahun 1600-an, Joost van den Vondel, menyebutnya dengan Den grooten Pantagoule atau The Great Karaeng Pattingalloang atau Karaeng Pattingalloang yang agung. Sementara Alexandre de Rhodes dalam karyanya Divers Voyages et Missions, serta naskah-naskah Eropa menyebutnya sebagai Carim Pattingalloa. 

Kompleks Makam Karaeng Pattingaloang

Karaeng Pattingalloang merupakan anak dari Karaeng Matoayya (Sultan Abdullah Awwalul Islam) dengan I Wara’ Karaeng Lempangang, yang lahir pada tahun 1600 dan wafat di tahun 1654 di Bonto Biraeng. Ia menjadi Raja Tallo ke-9 (1641-1654)  sekaligus menjabat sebagai Mangkubumi mendampingi Sultan Muhammad Said sebagai Raja Gowa ke XV (1639-1653). Kombinasi Raja dan Mangkubumi tersebut menghasilkan Masa Emas Kerajaan Gowa-Tallo pada abad 17. Somba Opu berhasil menjadi Bandar Niaga bertaraf internasional.

Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa Ia memesan dua buah bola dunia yang kelilingnya 157 hingga 160 inci, terbuat dari kayu atau tembaga untuk dapat menentukan Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pesanan tersebut cukup lama diselesaikan, bahkan VOC beberapa kali bersurat ke Belanda agar pesanan Karaeng Pattingalloang segera diselesaikan dan secepatnya dikirim ke Hindia Belnda. Tujuannya untuk menjaga kenyamanan Karaeng Pattingalloang sebagai pemesan. Pada tanggal 4 Oktober 1647, beberapa pesanan tersebut dikirimkan, namun tidak termasuk bola dunia, dikarenakan pengerjaannya yang belum selesai. 

Pengerjaan yang lama disebabkan ukuran yang dipesan lebih besar dari pemesanan biasanya dan memiliki spesifikasi tertentu. Diperkirakan si pembuat bola dunia, Joan Bleau, akan menyelesaikan bola dunia tersebut pada awal musim semi tahun 1649. Dan ternyata sesuai perkiraan bola dunia selesai pada tahun 1649. Pada 31 Januari 1650, bola dunia dikirim menggunakan kapal De Oliphant. Kapal ini berangkat pada tanggal 12 Mei 1650 dan tiba di Batavia pada tanggal 15 November 1650. Bola dunia disimpan dalam dua peti, disertai pendamping yang akan merakitnya di Batavia. Didalam peti juga terdapat harga yang harus dibayar Karaeng Pattingalloang. 

Setibanya di Batavia, terjadi beberapa kerusakan kecil terhadap Bola Dunia tersebut, seperti lemnya terlepas. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan suhu antara Belanda dengan Hindia Belanda. Setelah perbaikan, dengan menggunakan kapal Fluyt Morgensterre, bola dunia tersebut diteruskan pengirimannya pada tanggal 13 Februari 1651. 

Selain memiliki ukuran berbeda, bola dunia yang dipesan Karaeng Pattingalloang memiliki ukiran sajak dari Joost van den Vondel, seorang penyair besar Belanda di masa itu. Harga dari bola dunia tersebut terlalu mahal, perusahaan dagang VOC mengambil keuntungan yang cukup banyak. Namun, kecintaannya akan ilmu pengetahuan membuat Karaeng Pattingalloang bersedia membayarnya. Ia membayar secara bertahap. Bola dunia tersebut tentunya digunakan dengan baik.

Beberapa literatur menyatakan bahwa pada akhir Juli 1652, Bola dunia Karaeng Pattingalloang masih dalam loji belanda. Dikarenakan Karaeng Pattingalloang merenovasi istananya. Pada tahun 1653, bola dunia telah dipindahkan ke gudang Francisco Vieira. Setelah Karaeng Pattingalloang wafat, Karaeng Karunrung mengembalikan bola dunia tersebut ke Loji Belanda, tepatnya pada tahun 1657. VOC kemudian menawarkan bola dunia ini kepada negara-negara di wilayah belahan Asia sebagai suvenir mewah para raja atau sultan. Pada tahun yang sama pedagang VOC, Zacharias Wagenaer menghadiahkan Raja dua bola dunia besar untuk Jepang dengan harga yang cukup tinggi. Hanya saja tidak diketahui, Apakah ini bola dunia Karaeng Pattingalloang atau bukan.

Pada masa itu, bola dunia merupakan suvenir mewah untuk para raja. Namun Karaeng Pattingalloang memunculkan tren bola dunia dengan spesifikasi lukisan tulisan tangan dan ukurannya yang besar. Sebagai contoh pada tahun 1666 salinan khusus dengan huruf Arab dibuat untuk Sultan Kekaisaran Ottoman. Ditahun yang sama sepasang bola dunia dikirim bersama upeti kedutaan Pieter van Hoorn kepada kaisar Cina. 

Lantas, bagaimanakah bentuk bola dunia Karaeng Pattingalloang? Ternyata bola dunia serupa dengan ukuran diameter 26 inci atau 68 cm, pernah dimiliki oleh Ratu Christina dari Swedia, lalu dikuasai oleh Tsar Peter Agung dan saat ini tersimpan di Museum Sejarah Negara di Moskow. Bola dunia dengan ukuran yang sama pernah dikoleksi oleh Pangeran Hans-Adam II dari Lichstentein dan saat ini menjadi milik The Iris Globe.Kedua bola dunia ini, dapat dijadikan referensi terkait bentuk bola dunia yang dimiliki Karaeng Pattingalloang namun dengan ukuran yang lebih besar. 

Untuk mengetahui keberadaan dari bola dunia tersebut, diperlukan kajian lanjutan… 

Yuk, Kunjungi, Lindungi, Lestarikan Cagar Budaya Kita!

Penulis: Andini Perdana

*Ditulis dari berbagai sumber