Oleh: Ivan Efendi

Teori Edukasi

Teori edukasi di museum terdiri atas teori belajar (learning theory) dan teori pengetahuan (theories of knowledge) (Hein 1998:16). Ada dua teori pengetahuan yang bertolak belakang, yaitu teori yang mengatakan bahwa pengetahuan itu berada di luar atau terpisah dari diri si pelajar (realisme). Sementara lawanya adalah idealisme yang menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam pikiran dan dibangun oleh si pelajar (Hein 1994:73–74, 1998:17–18; dan Hooper-Greenhill 1994:68).

Behaviorisme vs Konstruktivisme

Teori belajar yang mendasari pemikiran mengenai bagaimana seseorang belajar juga terdiri atas dua pandangan. Pandangan pertama berasumsi bahwa belajar terdiri atas asimilasi incremental dari berbagai informasi, fakta dan pengalaman, hingga akhirnya menghasilkan pengetahuan (behaviorisme). Sementara konstruktivisme sebagai pandangan kedua mengatakan bahwa belajar terdiri atas seleksi dan organisasi data yang relevan dari pengalaman. Dalam hal ini mereka meyakini bahwa orang belajar dengan membentuk pengetahuannya (Hein 1994:74; 1998:21–23; dan Hooper-Greenhill 1994:21).

Menurut pandangan konstruktivis, peran edukator di museum adalah untuk memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan objek dan diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman kongkrit. Dalam konteks edukasi di museum, dengan didasarkan pada paradigma konstruktivis, museum atau edukator dapat bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, museum dapat menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam hubungan dengan publiknya (Hooper-Greenhil 1995:68).

Teori Pembelajaran

Ada empat teori tentang pembelajaran, yaitu:

  1. Teori Didaktik Ekspositori. Teori ini menerapkan pembelajaran secara tradisional, seperti guru yang mengorganisasi pelajaran yang didasarkan pada struktur dari pokok materi yang sudah disiapkan, atau menanamkan pemahaman yang baku di dalam pikiran pelajar (Hein 1998:25–26).
  2. Teori Stimulus Respon. Teori ini mirip dengan teori didaktik, tetapi menolak gagasan bahwa setiap bagian dari materi harus dikuasai (Hein dan Alexander 1998:33). Teori ini menekankan pada metode belajar daripada yang diajarkan. Formulasi belajar situmul respon merupakan inti awal dari pendekatan psikologi behavioris (Hein 1998:29).
  3. Teori Diskoveri (Discovery). Teori ini menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif, dan sering diterjemahkan sebagai aktivitas fisik yang berasosiasi dengan belajar. Dengan menarik pembelajar untuk beraktifitas secara spesifik akan memberikan rangsangan, sehingga hasil pendidikan dapat dicapai (ibid.:30).
  4. Teori Konstruktivis. Teori ini memiliki dua komponen penting. Pertama pemahaman saat belajar membutuhkan partisipasi aktif dari pembelajar. Kedua mengharuskan untuk tidak memvalidasi kesimpulan dengan standar kebenaran eksternal, tetapi oleh pembelajar. Gagasan validitas yang dibuat oleh konstruktivis tidak tergantung pada kesesuaian dengan kebenaran objektif yang eksistensinya terpisah dari orang atau kelompok yang sedang belajar (ibid.:34.).

Selain itu, ada teori Benyamin Bloom mengenai tiga ranah yang harus dipahami, yaitu ranah kognitif untuk mendapatkan pengetahuan saja; ranah afektif sebagai cara belajar yang melibatkan rasa emosionalnya dengan apa yang akan dipelajari; dan ranah motorik yang lebih diarahkan kepada kemamuan yang melatih keterampilan seseorang. Museum harus memadukan ketiga ranah tersebut, sehingga memberikan kemungkinan belajar yang efektif (Asiarto 2007:10).

Baca juga: Komunikasi Museum

 

 

Daftar Pustaka

Asiarto, Luthfi (2007). “Museum dan Pembelajaran”, dalam Museografia: Majalah Ilmu Permuseuman, Vol. 1, No. 1-September 2007, Jakarta: Direktorat Museum, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Hein, George E. (1998/2002). Learning in the Museum. London: Routledge.

Hein, George E dan Alexander (1998). Museum Place of Learning, AAM. Washington DC.

Hooper-Greenhill, Eilean,

——–  (1994). The Educational Role of the Museum. 2nd edition, London: Routledge.

——–  (1995). Museum, Media, Massage. London dan New York: Routledge.