Identitas Cagar Budaya
Nama  : Stasiun Radio AURI PC 2 Playen
No. SK : 267/M/2016
Lokasi : Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.

19 Desember 1948, tanggal dimana Belanda mencoba merebut kemerdekaan Indonesia dengan Agresi Militer Belanda II. Belanda melakukan penyerbuan ke Yogyakarta untuk menduduki Ibukota Negara dan menangkap pemimpin bangsa. Sekitar satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, TNI mulai menyusun strategi untuk melakukan serangan balik terhadap Pasukan Belanda yang dimulai dengan memutuskan jaringan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang konvoi Belanda, serta tindakan sabotase lainnya.

Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat mengirimkan sebuah pesan berbentuk radiogram. Pesan tersebut kemudian disampaikan ke seluruh stasiun radio AURI yang ada di Indonesia oleh Sabar Wijoyomukti melalui stasiun radio AURI yang terdapat di Terban Taman Yogyakarta. Bunyi pesan tersebut adalah :

Pemerintah Republik Indonesia Di Yogya Dikepung Musuh Dan Tidak Dapat Melakukan Tugas Kewajibannya (Koma) Tetapi Persiapan Telah Diadakan Untuk Meneruskan Pemerintah Republik Indonesia Di Sumatera (Ttk) Apapun Yang Terjadi Dengan Orang-Orang Pemerintah Yang Ada Di Yogyakarta (Koma) Perjuangan Diteruskan (Ttk Hbs)

Setelah itu, stasiun radio AURI di Terban Taman dihancurkan oleh Boediardjo guna melindungi para pejuang dari serbuan Belanda. Para pejuang itu kemudian pergi keluar kota untuk mengumpulkan kekuatan dan bergerilya melanjutkan perjuangan.

Pada awal Januari 1949, Boediardjo dengan anak buahnya, Basir, Surya, Sersan Udara Soeroso, masing-masing Komandan dan Kepala Bagian PHB Lapangan Terbang Gading mendirikan sebuah stasiun radio rahasia di Desa Banaran, Kecamatan Playen. Radio pemancar yang digunakan adalah tipe People Cooperation (PC-2). Peralatan Stasiun Radio AURI PC 2 Playen dengan callsign PC-2 itu diletakkan di dapur rumah keluarga petani milik almarhum Prawirosoetomo. Pembangkit listriknya disembunyikan di tungku tanah dan ditutupi kayubakar. Sedangkan antenanya direntangkan pada dua batang pohon kelapa, dipasang hanya pada malam hari untuk melakukan siaran. Sedangkan pada pagi hari perlengkapan tersebut disembunyikan agar tidak diketahui Belanda. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pertukaran informasi tentang kegiatan-kegiatan para pejuang di Jawa maupun di Sumatera serta menyiarkan keberhasilan perjuangan ke luar negeri.

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan penyerangan yang dilaksanakan oleh TNI pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI – berarti juga Republik Indonesia – masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk melakukan perlawanan.

Siaran berita itu dilaksanakan pada pukul 02.00 WIB tanggal 2 Maret 1949 ke seluruh jaringan radio AURI bahkan sampai ke PBB. Berita tersebut dikirimkan oleh Sersan Basukihardjo, seorang operator stasiun PHB AURI PC-2 Playen dan diterima oleh Sersan Udara Kusnadi operator radio Bidar Alam. Keesokan harinya, 3 Maret 1949, berita tersebut dilaporkan­­ oleh Opsir Udara III Dick Tamimi dan Unsur Said kepada Ketua PDRI Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Berita tersebut segera dikirim ke stasiun-stasiun radio “NBM” Tangse, “ZZ” Kototinggi. Melalui radio “NBM” Tangse berita dikirim ke stasiun radio “SMN” di Rangoon kemudian dilanjutkan ke New Delhi dan perwakilan RI di PBB di Washington, Amerika. Pejabat perwakilan RI di PBB membeberkan berita itu di depan sidang Dewan Keamanan PBB padatanggal 7 Maret 1949, sehingga membuka mata dunia terhadap keberadaan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.  Pawirosetomo, kemudian mewakafkan tanah pekarangan beserta rumah joglonya untuk dijadikan Monumen Radio PHB AURI PC-2 Playen yang diresmikan pada tanggal 10 Juli 1984 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX.