Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman — Pemasyarakatan tentang Cagar Budaya sebelumnya sudah dilakukan berulang kali lewat tayangan di televisi, radio, dan media lainnya. Kali ini Direktorat Pelestarian Cagar Budaya (Direktorat PCBM) melakukannya dengan cara yang berbeda, yakni lewat pementasan seni teater. Cara penyebarluasan informasi lewat pementasan seni tentu masih sejalan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Fitra Arda, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Saat Memberikan Sambutan Pementasan (26/11).
Fitra Arda, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Saat Memberikan Sambutan Pementasan (26/11).

Demi melancarkan misi pemajuan kebudayaan itu Direktorat PCBM berkolaborasi dengan komunitas seni Institut Teater Cinangka untuk mempersembahkan pementasan teater berjudul “Tutut Ingin Kaya” di Taman Ismail Marzuki, 26 November 2019 lalu.

Menurut Amaliya Rosyidah, Sutradara “Tutut Ingin Kaya”, ada banyak sekali hal yang dapat kita pelajari lewat cagar budaya. Mirisnya, masih banyak yang belum tahu apa itu cagar budaya, bagaimana cara menjaganya, dan seperti apa undang-undang yang melindunginya. Buntut dari ketidaktahuan ini adalah perusakan, pencurian, hingga penjualan benda cagar budaya. Lewat drama “Tutut Ingin Kaya”, Institut Teater Cinangka akan memberikan sedikit pengetahuan tentang cagar budaya lewat drama.

Sinopsis

Tutut Memandangi Arca Siwa Temuannya (26/11).
Tutut Memandangi Arca Siwa Temuannya (26/11).

‘Tutut Ingin Kaya’ mengisahkan tentang kegelisahan Tutut, seorang perempuan muda yang berkali-kali diterpa ketidakberuntungan, yang mendamba kekayaan. Lelah dengan kenestapaan, ia menjumpai seorang dukun desa agar diberi cara cepat kaya. Dukun desa yang diperankan oleh Ramon Y. Tungka itu menyarankannya agar menggali peturasan di belakang rumahnya.

Dukun Desa. Diperankan oleh Ramon Y. Tungka (26/11).
Dukun Desa. Diperankan oleh Ramon Y. Tungka (26/11).

Walaupun sempat meragukan saran dari dukun, Tutut kemudian menuruti saran yang tak cukup masuk di akalnya itu. Dari kakus itu ia temuan sebuah arca berbahan emas. Penasaran dengan harga arca itu, ia pun mendatangi temannya yang hobi mengumpulkan barang antik. Ashari namanya. Ashari terkaget-kaget karena arca itu terhitung langka dan tentunya bernilai jual tinggi. Setelah berdebat kecil, akhirnya mereka memutuskan untuk menjual arca itu ke Eropa. Mereka berdua pun kaya mendadak dan memutuskan untuk menikah. Warga kampungnya tentu penasaran dari mana asal kekayaan Tutut. Tanpa butuh waktu lama, penjualan arca itu terendus oleh pihak yang berwenang. Tutut dan Ashari pun diseret ke dalam bui.

Warga Menuntut agar Tutut dan Ashari Segera Dipenjarakan (26/11).
Warga Menuntut agar Tutut dan Ashari Segera Dipenjarakan (26/11).

Kampanye tentang cagar budaya dengan cara pementasan teater ternyata jauh dari kata membosankan. Drama dan percakapan yang ringan, sindiran halus, kerap kali mengundang tawa penonton. Tak lupa pesan-pesan tentang cagar budaya tetap diselipkan di beberapa kesempatan. Dari kisah Tutut banyak hal yang dapat dipelajari, salah satunya agar tidak dibutakan nafsu materi yang mematikan budi pekerti dan mencederai undang-undang.