Inilah Benteng Pertama VOC di Wilayah Indonesia

0
12130
Pintu Masuk Benteng Oranje, Ternate
Pintu Masuk Benteng Oranje, Ternate

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman — Maluku adalah salah satu wilayah yang menjadi destinasi utama bangsa barat yang datang ke wilayah Indonesia. Kekayaan rempah Maluku, terutama cengkeh, sempat menjadi komoditi “rebutan” bangsa barat. Tercatat bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda sempat memperebutkan kepercayaan kerajaan-kerajaan seperti Ternate dan Tidore untuk dikeruk kekayaan rempahnya. Untuk memperlancar upaya mereka, dibangunlah benteng sebagai fasilitas pertahanan. Salah satunya adalah Benteng Oranje yang dibangun oleh Belanda.

Gerbang Masuk ke Benteng Oranje circa 1924-1932 (collectie.wereldculturen.nl)
Gerbang Masuk ke Benteng Oranje circa 1924-1932 (collectie.wereldculturen.nl)

Nama Oranje

Nama Oranje memang identik dengan Belanda. Ya, Die Oranje atau Si Oranye adalah julukan sekaligus warna khas kostum tim sepakbola negeri Belanda. Sebenarnya, dari manakah asal julukan Oranje itu? Nama Oranje diambil dari nama wangsa Oranje-Nassau di Belanda. Dinasti itu memegang peran besar dalam sejarah kerajaan Belanda. Dengan kata lain, dinasti itulah yang memegang kendali kuasa di Belanda, termasuk Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang datang menjajah dan mendirikan benteng di wilayah Indonesia. Tak hanya untuk benteng berdenah segi empat ini, VOC juga menggunakan nama Oranje pada tambang pertama mereka di Indonesia yaitu Benteng Oranje-Nassau di Banjar, Kalimantan Selatan.

Bercokolnya Belanda di Wilayah Ternate

Sejarah kedatangan Belanda bermula pada tahun 1599 ketika dua kapal Belanda pimpinan Wijbrand can Warwijk menginjakkan kaki di tanah Ternate. Dalam rentang waktu 6 tahun VOC berhasil membersihkan tanah itu dari kuasa Portugis, walaupun hanya dalam setahun kemudian direbut oleh Spanyol. Kesultanan Ternate berkali-kali kalah perang melawan Spanyol. Demi mengubah nasib, Kesultanan Ternate memutuskan untuk mengajak Belanda untuk mengusir Spanyol.

Dua  tahun kemudian Cornelius Matelieff de Jonge, seorang Laksamana VOC bersama Sultan Ternate bersekongkol dan berhasil mengusir Spanyol dari Ternate. Atas jasanya itu VOC diperbolehkan untuk mendirikan benteng di atas bekas bangunan Benteng Melayu yang sudah rusak. Benteng baru itu dibangun tahun 1607 dan diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wittert. Selain mendirikan benteng, VOC juga diberikan kuasa untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Benteng Oranje dengan Banyak Meriam di Garis Pertahanan di St. Eustatius pada Tahun 1950 (collectie.wereldculturen.nl)
Benteng Oranje dengan Banyak Meriam di Garis Pertahanan di St. Eustatius pada Tahun 1950 (collectie.wereldculturen.nl)

Keberhasilan merebut hati kerajaan lokal dan mendirikan benteng betul-betul menajamkan taring VOC dan semakin merugikan Kesultanan Ternate. Pada tahun 1613 Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC yang pertama, atas perintah kerajaan Belanda menetapkan Maluku sebagai pusat VOC dan kota Ternate serta Ambon menjadi wilayah hunian.

Kondisi Terkini

Foto Udara Benteng Oranje dari Sisi Tenggara
Foto Udara Benteng Oranje dari Sisi Tenggara

Sebagai bangunan cagar budaya, Benteng Oranje menjadi salah satu penanda kehadiran bangsa Eropa yang berujung penjajahan. Benteng yang didirikan di masa awal kedatangan VOC itu berperan sebagai tonggak awal keberadaan dan pengaruh bangsa lain di Indonesia. Selain itu Benteng Oranje pernah dijadikan lokasi pengasingan Pahlawan Nasional yang bernama Sultan Mahmud Badarudin II (Sultan Palembang-Darussalam). Beliau diasingkan sejak tahun 1822 hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1852. Jasadnya dikebumikan di kompleks pekuburan Islam di sebelah barat Kelurahan Kalumpang, Kota Ternate.

Cagar Budaya Benteng Oranje, Maluku Utara saat ini statusnya dimiliki oleh negara dan dikelola oleh Pemerintah Kota Ternate. Bangunan pertahanan ini bertipe kastil, denahnya trapesium dengan empat bastion di keempat sisinya.

Bagian Dalam Benteng Oranje
Bagian Dalam Benteng Oranje

Di dalam benteng terdapat beberapa bangunan yang dibangun setelah benteng berdiri. Ada rumah Gubernur Jenderal dan Gubernur VOC, barak, dan gudang senjata. Di beberapa sisi benteng ditemukan prasasti berbahasa Latin, 1 prasasti berbahasa Belanda, dan lambang VOC yang jelas-jelas menandakan bahwa bangunan ini dulunya dimiliki oleh VOC.

Selain bangunan fisik benteng, terdapat juga 13 meriam yang masih in situ. Diduga beberapa meriam sudah hilang karena ditemukan jejak pondasi meriam pada sudut barat laut benteng. Secara keseluruhan kondisinya relatif terawat, terakhir kali direvitalisasi pada tahun 2014 lalu oleh pemerintah setempat.