Beranda blog Halaman 40

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lomba Baju Kuruang Basiba Festival Matrilineal

0

Rapat dengan Bundo Kanduang
Rapat dengan Bundo Kanduang
Perhelatan Festival Matrilineal 2015 juga menjadi ajang menginventarisir pakaian tradisional yang ada di Sumatera Barat. Hal ini mengingat bahwa masing-masing kabupaten di Sumatera Barat mempunyai kekhasan tersendiri terkait pakaian tradisionalnya. Untuk itu, dalam Festival Matrilineal akan memastikan bahwa peserta Lomba Baju Kurung Basiba benar-benar menampilkan Baju Kurung Basiba Khas daerahnya masing-masing.

Berikut Petunjuk Teknis dan Kriteria Lomba Baju Kurung Basiba berdasarkan hasil rapat Panitia Festival Matrilieal dengan Budo Kanduang Provisnsi Sumatera Barat:

(1). Utusan peserta berasal dari Bundo Kanduang per kabupaten/kota/propinsi harus 3 (tiga) orang. Kalau kurang dari 3, berarti tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi peserta lomba
(2). Peserta adalah pengurus Bundo Kanduang kabupaten/kota/propinsi berumur minimal 30 tahun.
(3). Pakaian yang dilombakan adalah Baju Kuruang Basiba sebagai pakaian adat, pakaian pengantin dan pakaian harian masing-masing daerah:
A.Pakaian adat
Pakaian adat asli masing masing nagari / daerah (bukan modifikasi)
B.Pakaian pengantin
Pakaian pengantin masing masing nagari / daerah (bukan modifikasi)
C.Pakaian Harian
Memakai kain sarung dari produk Sumatera Barat dan pakai selendang duo

(4). Baju Kuruang Basiba sebagai pakaian adat, pakaian pengantin pengantin serta pakaian harian disediakan oleh masing-masing peserta
(5). Peserta dari tiap daerah memperagakan secara bersama pakaian adat (1 orang peserta), pakaian pengantin (1 orang peserta) dan pakaian harian (1 orang peserta) .
(6). Lama peragaan maksimal 15 menit.
(7). Setiap daerah membuat narasi tentang pakaian yang dilombakan secara tertulis maksimal 2 (dua) lembar kwarto dan diserahkan kepada pihak panitia Hari Selasa Tanggal 27 Oktober 2015.

Tekniknya:
 Masing-masing daerah tampil sekali bertiga. kemudian diberi kesempatan untuk tampil satu persatu agar juri bisa menilai.

(8). Bentuk penilaian yakni (1) keaslian pakaian (40 %), (2) Keserasian (30 %), dan (3) penampilan (30 %). Penilaiannya adalah per daerah kab/kota/propinsi.
(9) Pengambilan nomor lot sewaktu registrasi pukul 08.00 s.d 09.00 WIB, Hari Rabu Tanggal 28 Oktober 2015.
(10). Peserta terbaik diberikan hadiah berupa uang pembinaan, tropy dan sertifikat.

– Kriteria B]aju kuruang basiba dan perlengkapannya:
1.Pakaian adat
– Basiba, bakikiak, berbelah sedikit di depan, tidak memakai resleting, tangan baju lurus, dalam/panjang baju dibawah lutut dan tidak boleh sempit membentuk tubuh (harus lurus dan longgar), Ujung lengan baju tergantung daerah masing-masing. Memakai tangkuluak (Tutup kepala), memakai kain,
– tidak modifikasi
2.Pakaian Harian
– Tetap baju kuruang basiba, memakai kain boleh batik/sarung biasa/songket, memakai tutup kepala dan selendang duo. Tidak boleh transparan. Produk kain berasal dari Provinsi Sumatera Barat
– Pakaian harian boleh memakai ornamen: sulaman, bordir
– tidak modifikasi
3.Pakaian Pengantin
– menurut adat masing masing daerah
– tidak modifikasi
4.Tarompa
Tarompa/sendal bertutup.
5.Asesoris pakaian mengikuti pakaian adat/harian/pengantin.

-Mbn-

Rilis Pers Festival Matrilineal 2015 di Provinsi Sumatera Barat

0

[KOTO PADANG RANAH DAN TANAH BATO NAGARI SIJUNJUNG
KEC. SIJUNJUNG KAB. SIJUNJUNG PROP. SUMATERA BARAT,
TANGGAL 25 OKTOBER S.D. 1 NOVEMBER 2015]

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibidang kebudayaan yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan Tahun 2015 melaksanakan kegiatan Festival Matrilineal di Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 25 Oktober sampai dengan 1 November 2015 di Koto Padang Ranah dan Tanah Bato Nagari Sijunjung Kecamatan Sijunjung Propinsi Sumatera Barat.

Kegiatan ini merupakan suatu bentuk usaha untuk menguatkan serta dapat membentuk suatu forum yang berskala internasional yang dapat merefleksikan dan mendorong perkembangan Festival Matrilineal di Provinsi Sumatera Barat. Disamping itu juga perlunya sebuah iven berskala internasional, nasional maupun daerah yang bisa menciptakan ruang bersama bagi pelaku, pengamat dan masyarakat luas untuk melihat akar tradisi tetap menjadi sumber penting bagi pelestarian kebudayaan. Kegiatan ini juga dalam dalam mendukung kawasan perkampungan adat ini untuk diusulkan menjadi warisan budaya dunia ke Unesco.

Kegiatan ini juga tidak terlepas dari tugas dan fungsi kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang. Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang mengkhususkan perhatian dalam pengkajian dan pelayanan informasi kebudayaan dan kesejarahan yang bertalian dengan prinsip-prinsip kerabat matrilineal, bekerja sama dengan perguruan tinggi dan pihak terkait setempat.

Manfaat dari kegiatan ini yakni : (1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sistem matrilineal, (2) Terbentuknya suatu forum yang berskala internasional, nasional dan daerah yang dapat merefleksikan dan mendorong pengetahuan tentang sistem matrilineal tersebut, (3) Terlaksananya sebuah iven seni pertunjukan internasional yang bisa menciptakan ruang bersama bagi pelaku, pengamat dan masyarakat luas untuk melihat akar tradisi tetap menjadi sumber penting bagi pengetahuan, khususnya tentang sistem matrilineal, (4) Sebagai usaha untuk mendukung perkampungan adat yakni Koto Padang Ranah dan Tanah Bato guna diusulkan sebagai warisan budaya dunia ke Unesco.

Bentuk Kegiatan:

(1). Penampilan seni pertunjukan, akan menampilkan 9 (sembilan) kelompok kesenian yang terdiri dari 2 (dua) dari luar negeri dan 7 (tujuh) dari dalam negeri, yakni : (1) Tim Kesenian dari Dikir Hulu University Rajabhat Yala, Thailand, (2). Tim Kesenian dari Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA) Kualalumpur, Malaysia (3).Tim Kesenian dari Kabupaten Muko-Muko Propinsi Bengkulu, (4). Tim Kesenian dari Sanggar Classic Gong Kabupaten Kampar Propinsi Riau, (5).Tim Kesenian dari Nan Tumpah, Propinsi Sumatera Barat, (6).Tim Kesenian dari Sanggar Tari Melati Lae Gentuyung, Kab. Aceh Singkil Propinsi Aceh, (7). Tim Kesenian dari Kabupetan Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan, (8)Tim Kesenian dari Saandiko Kota Bukittinggi Propinsi Sumatera Barat, dan (9). Pementasan Kesenian dari Kabupaten Sijunjung Propinsi Sumatera Barat.

(2) Seminar tentang Sejarah dan Budaya Matrilineal
Membahas persoalan matrilineal dari perspektif Sejarah dan Budaya, dengan narasumber utama Prof. Dr. Nursyirwan Effendi (Guru Besar Antropologi FISIP Unand) dan Prof. Gusti Asnan (Guru Besar Sejarah FIB Unand), dan Prof. Dr. Rauda Thaib (Guru Besar Unand dan Ketua Bundo Kanduang Propinsi Sumatera Barat), Datuak Canang, dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Datuak Canang.

(3) Lomba Baju Kuruang Basiba
Lomba Baju Kuruang Basiba akan diikuti oleh Bundo Kanduang kabupaten dan kota se Propinsi Sumatera Barat.

(4) Pameran Foto tentang Sejarah dan Budaya Matrilineal.
Menampilkan foto-foto pertunjukan tim kesenian yang tampil dalam kegiatan Festival Matrilineal di Propinsi Sumatera Barat dan foto-foto aktivitas Bundo Kanduang yang ada di Kabupaten / kota se Propinsi Sumatera Barat.

Hasil yang diharapkan (Outcome) dari kegiatan ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sistem matrilineal. (2) Terbentuknya suatu forum yang berskala internasional yang dapat merefleksikan dan mendorong perkembangan dan pengetahuan sistem matrilineal. (3) Terlaksananya sebuah iven seni pertunjukan internasional yang bisa menciptakan ruang bersama bagi pelaku, pengamat dan masyarakat luas untuk melihat akar tradisi tetap menjadi sumber penting bagi dan pengetahuan sistem matrilineal, dan (4) Tersosialisasunya dan sebagai usaha untuk mendukung perkampungan adat yakni Koto Padang Ranah dan Tanah Bato guna diusulkan sebagai warisan budaya dunia ke Unesco.

baliho 2 x 3 m

‘Baretong di Hari Tarang’ Perayaan Ulang Tahun BPNB Padang

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang merayakan Hari lahirnya yang ke-17. Dalam rangka memeriahkan hari kelahiran tersebut, BPNB Padang menggelar pertunjukan seni yang dikemas dalam kegiatan ‘Baretong di Hari Tarang’. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari ini, Jumat 11 September 2015 di Halaman BPNB Padang. Pembukaan akan dilaksanakan pada pukul 19.00 wib dan secara langsung akan dibuka oleh Kepala BPNB Padang Drs. Nurmatias.
ultah1
Kegiatan ini dimaksudkan selain untuk memeriahkan hari lahir BPNB Padang yang ke-17, juga untuk menghibur masyarakat yang ada di sekitar kantor BPNB Padang dengan kesenian tradisional yang semakin jarang ditemukan. Oleh sebab itu, kegiatan pertunjukan ini akan menampilkan kesenian-kesenian tradisional yang dibawakan oleh pelajar-pelajar SD dan TK.

Adapun alasan menampilkan para pelajar SD dan TK dalam kesenian ini adalah untuk menanamkan sejak dini kepada generasi muda kesenian tradisional sehingga tercipta rasa mencintai dan di masa depan kesenian tradisional itu tetap terjaga.

Selain menampilkan pertunjukan kesenian oleh para pelajar, kegiatan Baretong di hari tarang ini mengadakan permainan KIM. Permainan ini adalah permainan bernyanyi sambil menebak angka yang diberikan oleh pemain musik dalam kupon. Penyanyi yang berhasil menebak beberapa angka sehingga membuat garis horizontal atau diagonal dalam kupon akan jadi pemenang.

Panitia juga telah menyiapkan hadiah yang akan menambah semarak perayaan ulang tahun BPNB Padang yang ke-17. Semoga BPNB Padang ke depan semakin maju dan bermanfaat bagi masyarakat.

-Mbn-

Pertandingan Permainan Tradisional Enggano Berlangsung Meriah

0

Panitia BPNB Padang menarik rotan
Panitia BPNB Padang menarik rotan
Enggano – Pertandingan permainan tradisional berlangsung meriah dengan diikuti antusias oleh seluruh warga Enggano. Pertandingan permainan tradisional Enggano ini dilaksanakan pada hari Selasa (18/8). Pertandingan ini dilaksanakan di tepi pantai Desa Meok, Kecamatan Enggano. Pertandingan ini secara langsung dibuka oleh Camat Enggano dan selanjutnya dibuka dengan pertandingan tarik tambang antara Pimpinan Kecamatan Enggano dengan panitia BPNB Padang.
Tarik Rotan
Tarik Rotan

Pertandingan permainan tradisional ini bertujuan untuk mengenalkan kembali karya-karya budaya asli masyarakat Enggano kepada generasi muda khususnya permainan. Ada empat permainan tradisional yang dipertandingkan dalam pertandingan tersebut yaitu Tarik tambang menggunakan rotan (Pahnukih Kadi), Meniti di atas buah kelapa (Yakom’Iyapau Upo), gulat (Pakitok) dan Tolak kayu (Pahruyakku). Keempat permainan ini sudah sangat jarang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Malah para anak-anak muda setempat mengaku kalau tidak pernah menyaksikan permainan demikian sejak lahir.
Perlombaan meniti kelapa
Perlombaan meniti kelapa

Setiap suku mengikuti semua pertandingan untuk mewakili suku masing-masing. Hal ini terjadi karena konsep pertandingan ini bukan antar individu melainkan antar suku. Namun bukan juga pertandingan antar suku ini dilaksanakan untuk menunjukkan suku apa yang paling hebat. Pertandingan ini dilaksanakan hanya untuk merevitalisasi kembali permainan yang semakin lama semakin hilang ditelan jaman. Selain itu pertandingan ini dimaksudkan hanya sebagai hiburan dan kegembiraan sekaligus untuk meningkatkan tali silaturahmi seluruh lapisan masyarakat Enggano.
Pertandingan gulat
Pertandingan gulat

Pertandingan ini tidak saja diikuti oleh masyakat biasa, tapi juga orang-orang yang bekerja sebagai perangkat desa, PNS dan aparat keamanan.
Mendorong kayu
Mendorong kayu

Karena tujuan pertandingan ini hanyalah untuk kegembiraan, maka setiap suku berhak mendapatkan apresiasi berupa hadiah atas keikutsertaannya dalam pertandingan. Hadiah diberikan kepada kepala-kepala suku masing-masing untuk dibagikan kepada para peserta.
Dengan adanya acara tersebut membuat masyarakat merasakan kegembiraan. Mereka berharap kegiatan yang sama bisa dilakukan pada tahun-tahun mendatang. Selain sebagai ajang kegembiraan, ini juga penting sebagai upaya untuk tetap melestarikan karya-karya budaya Enggano ada.

– Mbn –

BPNB Padang Hibur Nagari Sintuk

0

Pembukaan dengan kesenian Gandang Tasa
Pembukaan dengan kesenian Gandang Tasa
Padang Pariaman – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang sebagai UPT dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berusaha memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa kesenian tradisional sesungguhnya bisa menjadi hiburan yang tidak kalah menarik dari kesenian modern. Hal itu ditunjukkan BPNB Padang semenjak tahun 2011 dengan selalu mencari dan menampilkan kesenian-kesenian tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Kegiatan ini dinamai dengan ‘Baretong di Hari Tarang’.

Pada tahun 2015 kegiatan yang sama berlangsung di hampir semua kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Salah satunya adalah Nagari Sintuk di Kabupaten Padang Pariaman. Kegiatan di Nagari Sintuk ini bersamaan dengan HUT RI yang ke 70. Kegiatan “ Baretong di Hari Tarang “ di Nagari Sintuk berlangsung selama 3 (tiga) hari, dimulai dari tanggal 15 – 17 Agustus di Halaman Kantor Wali Nagari Sintuk.
Pelaksanaan acara diawali dengan sambutan walinagari Sintuk Anasril Nazar yang menyampaikan bahwa masyarakat Nagari menyambut baik terlaksanannya kegiatan yang dilakukan oleh BPNB Padang, apalagi masyarakat nagari Sintuk telah lama tidak menyaksikan kesenian-kesenian tradisional ditampilkan seiring dengan jarangnya “Alek Nagari” di Nagari Sintuk.
Baretong2
Kepala BPNB Padang dalam sambutannya yang disampaikan oleh Ibu Dra. Ernatip menjelaskan bahwa BPNB Padang semenjak 4 tahun ini rutin melaksanakan kegiatan yang menfasilitasi group-group kesenian untuk tampil. Pada awalnya kegiatan ini dilaksanakan di halaman kantor BPNB Padang, namun pada tahun 2015 kegiatan ini dibawa ke daerah-daerah. Untuk tahun 2015, salah satu daerah kami melaksanakan kegiatan ini adalah Nagari Sintuk Kabupaten Padang Pariaman.
Kegiatan ini secara langsung dibuka oleh Camat Sintuk Toboh Gadang Defritos S.Sos. M.Si. Pada kesempatan itu, Camat menyatakan menyambut baik kegiatan ini dan berharap bisa dilaksanakan di setiap nagari dan korong yang ada di Kecamatan Sintuk Toboh Gadang.
Dalam acara pembukaan tersebut menampilkan kesenian Gadang Tasa dari Korong Rimbo Karanggo, dan penampilan adik-adik dari MDA Raudhatul Ilmi yang menampilkan kesenian Indang dan Tari Indang dibawah sanggar Puti Rendo Sani. Malam selanjutnya menampilkan group Randai Simarantang serta kesenian anak nagari sintuk yaitu Tari Piring dan Tari Randang Kopi sedangkan acara puncak Salung Dangdut.
Baretong3
Malam ke tiga ditutup dengan pemutaran film dengan menampilkan dua buah film bertemakan perjuang yaitu Hati Merdeka dan Merah Putih. Film ini ditetapkan oleh tim dalam rangka menanamkan semangat Nasionalisme terhadap seluruh generasi muda. Bahwa kemerdekaan yang kita rasakan hari ini diraih dengan mengorbankan seluruh jiwa raga para pendahulu kita.

Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh masyarakat Nagari Sintuk. Hal ini tentu saja memberikan kepuasan tersendiri oleh panitia sebagaimana disampaikan oleh ketua Panitia Hartati Safitri, usaha kami membawa kegiatan jauh dari kantor ternyata memberikan hiburan terhadap masyarakat seperti yang kami saksikan di Nagari Sintuk.

-Mbn-

Mempertahankan Budaya Enggano Dimulai dari Keluarga dan Pengakuan pada Budaya itu Sendiri

0

Seorang peserta diskusi menyampaikan pendapatnya dalam diskusi
Seorang peserta diskusi menyampaikan pendapatnya dalam diskusi
Enggano – Salah satu upaya mempertahankan budaya Enggano dari perkembangan teknologi tidak lepas dari peran keluarga. Penanaman dan penumbuhan kebiasaan dan nilai budaya dari lingkungan keluarga menjadi vital dan utama. Misalnya dengan membiasakan di rumah berkomunikasi dengan bahasa asli Enggano.

Hal itulah yang berkembang dalam diskusi budaya Enggano yang dilaksanakan pada 17 Agustus 2015 di Aula Kecamatan Enggano. Diskusi tersebut mengangkat tema Mempertahankan Budaya Enggano di Tengah Perkembangan Teknologi. Diskusi ini juga diikuti kepala-kepala suku dari enam suku yang ada di pulau Enggano, Pa’abuki, Camat, Kepala BPNB Padang Drs. Nurmatias, Kepala Desa dan beberapa warga Enggano.

Dalam diskusi tersebut muncul beberapa persoalan yang berkembang mengenai bagaimana mempertahankan kebudayaan Enggano. Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mulai mengubah jati diri masyarakat Enggano yang lebih menyukai nilai budaya luar dibanding budaya sendiri.

Untuk itu upaya mempertahankan budaya Enggano harus dimulai sejak dini. Membangun rasa bangga atas nilai budaya yang dimiliki.
Beberapa usulan dari masyarakat serta kepala-kepala suku adalah bahwa untuk mempertahankan budaya Enggano bisa dimulai dengan mengakui budaya itu sendiri. Bangga menjadi orang Enggano, dan bangga mengenakan identitas Enggano tersebut kemanapun berada. Penanaman pengakuan tersebut tentu saja sebaiknya ditanamkan dari keluarga sebagai unit terkecil organisasi dalam masyarakat. Selanjutnya bisa dilakukan dengan pengkaderan oleh orang tua kepada generasi muda kini. Upaya itu juga bisa dilakukan dengan menanamkannya lewat kurikulum.

Peserta Diskusi Budaya Enggano

Peserta Diskusi Budaya Enggano

Namun salah satu masalah utama yang masyarakat Enggano hadapi adalah belum adanya kesepakatan antara kepala-kepala suku dan masyarakatnya mengenai kebudayaan Enggano yang ideal. Kebudayaan yang seperti apa, tradisi yang bagaimana dan identitas yang mana yang harus mereka gunakan sebagai identitas asli Enggano belum disepakati secara resmi oleh seluruh masyarakat Enggano.

Satu hal yang menarik dalam perdiskusian tersebut adalah bahwa semua peserta menyadari bahwa kebudayaan Enggano tersebut bisa dipertahankan di tengah perkembangan jaman dengan adanya persatuan baik sesama kepala suku maupun peserta biasa. Mereka malah berharap bahwa kegiatan diskusi tersebut tidak berhenti hanya sebatas diskusi saja, tetapi ada tindak lanjut pencarian solusi terkait cara mempertahankan kebudayaan Enggano tersebut. Mereka juga meyakini bahwa Merekalah yang bertanggung jawab dalam mepertahankan budaya Enggano.

– Mbn –

Lantunan Merdu ‘Dopok Enggano’ pada Festival Budaya Enggano

0

peserta festival menyanyikan lagu Dopok Enggano
peserta festival menyanyikan lagu Dopok Enggano
Enggano – Setelah seremonial pembukaan acara Festival Budaya Enggano selesai, kemudian dilanjutkan dengan Festival Lagu Daerah Enggano. Festival ini lagu daerah Enggano ini dilaksanakan pada Sabtu (15/8). Para peserta dalam Festival Lagu ini diharuskan menyanyikan dua buah lagu. Salah satu lagu tersebut adalah lagu wajib yang dipilih oleh panitia lokal dengan para kepala suku, sementara satu judul lagu yang lain dipilih bebas oleh peserta atau kelompok peserta. Lagu khas Enggano yang dipilih sebagai lagu wajib adalah ‘Dopok Enggano’ atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘Pulau Enggano’.
Peserta Festival
Peserta Festival

Pemilihan lagu ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menumbuhkan kembali rasa cinta masyarakat khususnya generasi muda tentang Pulau Enggano. ‘Dopok Enggano’ mendeskripsikan tentang keindahan alam pulau Enggano yang layak untuk diingat dan dipertahankan. Dan masyarakat Enggano berhak untuk bangga terdahap tanah kelahirannya tersebut.
Para ibu-ibu mengiringi lagu dengan alat musik sederhana
Para ibu-ibu mengiringi lagu dengan alat musik sederhana

Festival lagu ini diikuti antusias oleh seluruh lapisan masyarakat Enggano. Hal ini tampak dari semangat para peserta yang berjumlah sekitar enam puluh orang dan melibatkan lima dari enam suku yang ada di pulau Enggano. Selain peserta, para penonton yang datang dari semua desa yang ada di Pulau Enggano juga sangat betah mengikuti festival tersebut dari pembukaan sampai penutupan.

Festival lagu ini sendiri berlangsung dari pukul 20.00 – 00.00.
Sebelum festival lagu dimulai, pembawa acara menjelaskan kriteria-kriteria penilaian kepada para peserta yang akan tampil. Ada beberapa kriteria yang telah ditetapkan yakni kesesuaian pelafalan lagu, kekompakan dan kesesuaian nadanya. Juri yang dilibatkan dalam kegiatan ini berasal dari kepala suku, dari dinas provinsi dan dari penyuluh budaya Bengkulu Utara.

Para peserta menunjukkan kebolehannya dalam menyanyikan lagu Dopok Enggano, diiringi dengan alat-alat musik sederhana yang kebanyakan dimainkan oleh peserta wanita.

Peserta Festival
Peserta Festival

Setelah penampilan masing-masing suku selesai, sambil menunggu juri menentukan hasil dan pemenang, para peserta diminta kembali menyanyikan lagu sebagai hiburan. Masing-masing suku bebas memilih lagu yang akan mereka nyanyikan dan tentu saja tidak lagi dinilai. Pada kesempatan itu Camat Enggano beserta istri dan Kepala BPNB Padang Drs. Nurmatias juga tidak ketinggalan menyumbangkan suaranya.

– Mbn –

Festival Budaya Enggano 2015 Dibuka, Kepala BPNB Padang dan Camat Enggano Joget Bersama

0

Camat Enggano membuka Festival Budaya Enggano
Camat Enggano membuka Festival Budaya Enggano
Enggano – Pembukaan Festival Budaya Enggano pada Sabtu (15/8) ditandai dengan joget bersama panitia festival, Camat, Kepala BPNB Padang, Kepala Suku dan Peserta Festival.Festival ini secara resmi dibuka secara langsung oleh Camat Enggano Marlansius. Pembukaan dilaksanakan di Aula Kantor Camat, Desa Apoho sekaligus pembukaan ini juga menjadi pembuka Festival lagu tradisional Enggano.
Kepala BPNB Padang joget bersama dengan Camat Enggano dan Ketua Panitia Festival
Kepala BPNB Padang joget bersama dengan Camat Enggano dan Ketua Panitia Festival

Dalam kesempatan itu Camat Enggano menyampaikan bahwa budaya Enggano harus dilestarikan. Dan yang paling bertanggungjawab dalam melestarikan budaya tersebut adalah orang Enggano sendiri. Beliau juga menekankan bahwa masyarakat Enggano harus punya jati diri, punya martabat dan jangan malu menjadi masyarakat Enggano. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan rasa terima kasihnya kepada BPNB Padang yang bersedia mengangkat kebudayaan Enggano dan akan mendukung sepenuhnya kegiatan Festival tersebut. Beliau juga berharap kegiatan Festival ini tidak hanya berlangsung tahun ini saja, tapi juga di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang Drs. Nurmatias menyatakan perlu memunculkan kepribadian yang baik kepada generasi muda. Salah satu cara untuk memunculkan kepribadian baik tersebut adalah jangan meninggalkan budaya asli kita khususnya budaya Enggano, kemudian menggunakan budaya lain. Karena dalam budaya asli kita tersebut mengandung banyak nilai-nilai baik yang layak kita teladani.

Beliau menambahkan bahwa sebagai pulau terdepan Enggano melalui budayanya harus bisa menjadi salah satu pilar dalam menjaga keutuhan NKRI. Selain itu beliau juga berharap kegiatan-kegiatan semacam ini bisa menjalin silaturahmi dan tentu saja berlanjut. Sehingga kegiatan ini bisa bermanfaat dalam menjadikan kita berkembang bersama.

Sementara Paabuki sebagai pimpinan tertinggi kepala-kepala suku yang ada di pulau Enggano menyatakan sangat mendukung program ini karena dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini maka masyarakat Enggano tidak perlu kwatir untuk kehilangan budayanya. Momen ini hendaknya dijadikan sebagai awal kebangkitan dan pengenalan budaya Enggano ke khalayak luas.

-Mbn-

Persiapan Festival Budaya Enggano 2015 Rampung

0

Pemasangan spanduk festival
Pemasangan spanduk festival
Enggano – Panitia pelaksanaan Festival Budaya Enggano telah merampungkan segala persiapan yang dibutuhkan dalam festival. Hal itu tampak dari pekerjaan terakhir oleh panitia yaitu penaikan spanduk pelaksanaan masing-masing kegiatan di lokasi tempat perhelatan akan dilaksanakan. Tempat Festival sendiri akan dilaksanakan di Aula Kecamatan Enggano di Desa Apoho.

Melalui hasil-hasil rapat antara pemangku kegiatan dari BPNB Padang dengan masyarakat setempat telah terbentuk panitia lokal yang akan membantu proses persiapan acara hingga pada pelaksanaan. Panitia ini bekerja dalam beberapa tugas yang sudah dikonsep sebelumnya seperti sosialisasi kegiatan, penerimaan pendaftaran peserta festival, pemasangan spanduk dll. Bantuan pekerjaan ini cukup membantu panitia BPNB dalam proses pelaksanaannya, mengingat jarak yang jauh antara Kantor BPNB Padang dengan Pulau Enggano.

Sampai Sabtu (15/8), segala persiapan telah rampung. Tinggal pelaksanaan kegiatan. Pembukaan acara rencananya akan dilaksanakan Sabtu, 15 Agustus 2015 malam. Namun sebelum pembukaan dilaksanakan pada malam hari, kegiatan lomba kerajinan tradisional telah digelar pada siang harinya.

Festival Budaya Enggano secara langsung akan dibuka oleh Camat Enggano Bapak Marlansius. Acara pembukaan juga turut dihadiri oleh kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya padang Drs. Nurmatias, serta semua kepala suku yang ada di Pulau Enggano.

Festival ini akan menghelat empat acara yaitu Lomba kerajinan tradisional, Festival Lagu tradisional, Diskusi Budaya Enggano dan Lomba Permainan Tradisional. Lomba Kerajinan yang dilakukan pada siang sebelum acara dibuka akan mempertunjukkan kebolehan masing-masing suku yang ada Di Enggano dalam membuat beberapa kerajinan yang telah disepakati antara Panitia dengan kepala-kepala suku yang ada. Rencananya lomba kerajinan ini akan dibagi dalam tiga bentuk kerajinan yaitu lomba menganyam, lomba membuat gelang kaki dan lomba membuat perahu dan sampan.

Selesai acara pembukaan, acara selanjutnya adalah Festival Lagu Tradisional. Pada lomba ini panitia telah menetapkan lagu wajib yang berjudul ‘Dopok Enggano’ atau dalam bahasa Indonesianya berarti ‘Pulau Enggano’. Selain itu para peserta bebas memilih lagu untuk lagu pilihan
persiapan2
Acara selanjutnya adalah Diskusi Budaya Enggano. Acara ini akan dilaksanakan pada hari Senin, 18 Agustus 2015 dengan mengangkat tema Mempertahankan Budaya Enggano di tengah perkembangan Teknologi. Acara ini akan melibatkan Muspika Enggano, Para Kepala Suku dan warga Enggano.

Pada hari terakhir, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Lomba Permainan tradisional. Lomba permainan ini menjadi satu-satunya kegiatan Festival Budaya Enggano yang dilaksanakan bukan di tempat acara sebelumnya. Kegiatan ini akan dilaksanakan di tepi pantai Desa Meok. Permainan tradisional ini sendiri akan mempertandingkan empat permainan tradisional Enggano yaitu Tarik Rotan, Tolak Kayu, Gulat dan Meniti di atas buah kelapa.

– Mbn –

Peserta Jejak Tradisi Nasional BPNB Padang Diberangkatkan

0

Peserta Jetrada/Foto:Reza
Peserta Jetrada/Foto:Reza
Padang (BPNB Padang) – Empat orang Peserta Jejak Tradisi Nasional (JETRANAS) dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang diberangkatkan. Keempat peserta tersebut merupakan peserta terbaik dari Jejak Tradisi Daerah di Kabupaten Muko-muko pada Mei lalu. Keempat peserta ini didampingi oleh Erricsyah, salah satu pegawai BPNB Padang. Mereka diberangkatkan pada hari senin, 10 Agustus 2015.

Adapun peserta yang diberangkatkan untuk mengikuti kegiatan ini antara lain:
1. Nugiarta Pratama dari SMA 1 Pagaralam, Sumsel
2. Iwa Salji Elbi Satria dari SMA 2 Mukomuko, Bengkulu
3. Ranti Tricia Putri dari SMA Pembangunan UNP Padang, Sumbar
4. Kartika dari SMA 7 Mukomuko, Bengkulu

Sebelum keberangkatan, keempat peserta telah mempersiapkan diri selama dua hari di kantor BPNB Padang untuk melatih atraksi kesenian yang akan mereka tampilkan pada pelaksanaan JETRANAS.
JETRANAS sendiri berlangsung selama 5 (lima) hari dari 10-14 Agustus 2015 di Kota Surabaya, dengan mengangkat tema ‘Keragaman Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa’.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah mampu melestarikan kekayaan dan keragaman tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa potensi kekayaan dan keragaman tradisi harus dikelola dengan baik agar tetap lestari dan memberi dampak positif bagi pendukungnya, termasuk bagi masyarakat yang mempelajarinya.

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam JETRANAS antara lain Observasi dan wawancara mengenai karya budaya, penulisan laporan dan presentasi hasil observasi.

Harapannya, dengan adanya kegiatan Jetranas ini masyarakat kita khususnya generasi muda tetap bisa mengenali tradisi bangsa yg sarat nilai budaya terutama kearifan lokal untuk memperteguh kebangsaan serta jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia.

Untuk para peserta dari BPNB Padang, Kepala BPNB Padang Drs. Nurmatias berpesan agar para peserta bisa menjaga nama baik Keluarga, Sekolah, Tempat pelaksanaan Jetrada dan terutama BPNB Padang yang membawa peserta pada pelaksanaan JETRANAS.

-Mbn-