CANDI JAGO

0
4739

Candi Jago berada di lembah Gunung Bromo, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Ada keunikan yang menjadi suatu keunggulan dari Candi Jago ini. Bangunan yang digunakan untuk memuja dewa Buddha tersebut memiliki relief bernafaskan Hindu. Terdapat dua relief bernafaskan Hindu pada bangunan suci ini, yakni Parthayajna dan Krisnayana. Area sekitar Candi Jago ini  ditemukan juga banyak arca Buddha, berupa Amoghapasa Awalokiteswara, empat murid Amoghapasa, konstelasi Dyhani Buddha beserta istrinya. Dibuktikan dari adanya temuan sekitar candi, ditegaskan bahwa Candi Jago memiliki perpaduan Siwa dan Buddha.

            Dilihat dari bentuk arsitekturnya, Candi Jago memiliki gaya arsitektur ysng mirip sekali dengan punden berundak. Badan candi ini terletak di atas kaki candi yang bertigkat tiga. Bangunan utama candi terletak agak kebelakang dan menduduki teras tertinggi. Denah dasar candi berbentuk bujur sangkar berukuran  23,71 x 14 meter dengan tinggi yang tersisa adalah 9,97 meter dengan arah hadap ke barat. Struktur candi berupa kaki candi berupa batur berundak 3  tingkatan, badan candi yang menyisakan ambang pintu saja dan atap candi yang telah hilang. Candi menghadap ke barat dan terdapat masing-masing 2 anak tangga untuk menghubungkan antartingkat kaki candi.

            Candi Jago memiliki relief pada dinding timur Teras I yang menceritakan tentang Boddhicitta Wairocana di wihara sedang mengajarkan dharma pada para Jina, Boddhisattwa, Bajrapani, dan dewa-dewa. Pada saat yang sama yaksa bernama Kunjarakarna melakukan meditasi kepada Buddha di Gunung Semeru, agar dapat dibebaskan dari wataknya sebagai setan pada inkarnasi berikutnya. Relief tersebut menggambarkan Buddha Wairocana yang sedang membawa Kunjarakarna ke neraka. Sang Buddha menunjukkan kepadanya kehidupan di neraka yang harus diterima manusia sebagai konsekuensi dari tindakannya selama hidup di dunia.

            Teras II berada di sudut barat daya hingga sudut barat laut menceritakan tentang Parthayajna, yakni perjalanan Arjuna ke Gunung Indrakila guna melatih diri lewat tapabrata, agar memperoleh bantuan senjata dari dewa. Gunung Indrakila adalah tempat ia bisa berjumpa dengan para dewa, akan tetapi untuk menuju ke sana ia harus melalui perantara Rsi Dwipayana, mahaguru dalam ajaran dan praktek Siwadharma. Pada bagian barat laut juga terdapat Teras III yang berkisah tentang Arjunawiwaha.  Relief Parthayajna dan Arjunawiwaha mengajarkan kita tentang kesungguhan dalam melakukan sesutau untuk mencapai tujuan.

Bagian dinding tubuh Candi Jago digambarkan Relief Krisnayana. Adegan tersebut terpotong, hanya menyisakan bagian fasad barat saja di sisi kanan dan kiri pintu. Sisa adegan yang ada menggambarkan raksasa Kalayawana yang sedang berlari mengejar Krisna. Adegan serupa juga ditemukan pada Teras II Candi Induk Panataran yang merupakan pembuka dari adegan Krisnayana. Melalui relief Krisnayana kita mendapatkan pelajaran tentang pentingnya komitmen dan keteguhan hati dalam usaha untuk meraih keberhasilan.

            Di halaman Candi Jago terdapat sebuah arca Bhairawa berukuran kecil. Agus Sunyoto dalam bukunya ‘Wisata Sejarah Kabupaten Malang’ mengungkapkan bahwa kemungkinan rca tersebut merupakan perwujudan Adityawarman ketika masih menjabat sebagai werdhamantri di Kerajaan Majapahit. Setelah menjadi raja di Suwarnadwipa, Adityawaraman membuat arca Bhairawa berukuran besar di Jambi.

Candi Jago telah direnovasi masa Majapahit oleh Adityawarman berdasarkan temuan Prasasti Manjusri berangka tahun 1343 Masehi. Renovasi tersebut merupakan bentuk bakti sang putra dari Melayu terhadap nenek moyangnya, Wisnuwarddhana. Mpu Prapanca dalam Kakawin Negarakrtagama menjelaskan bahwasanya bangunan suci tersebut merupakan pendharmaan Wisnuwarddhana sebagai Buddha, begitu pula dengan Kitab Pararaton yang memberitakan hal serupa.

 Candi ini diteliti pertama kali oleh R.H.T. Friederich tahun 1854, lalu dilanjutkan oleh J.F.G. Brumund (1855), Fergusson (1876), Veth (1874), J.L.A. Brandes (1904) dan Stamford Raffles pada tahun 1917. Pada tahun 2015 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur melakukan studi teknis guna melihat kerusakan konstruksi struktur Candi Jago. Candi Jago menjadi Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan SK Menteri No. 203/M/2016. (Ratih)

Keterkaitan informasi:

Cerita-cerita Fabel pada Candi Jago

Artikel 1

Artikel 2

Artikel 3

Artikel 4

Artikel 5

Artikel 6

Artikel 7

Artikel 8

Artikel 9

Artikel 10

Artikel 11

Artikel 12