Cerita Fabel di Candi Jago (Bangau mati oleh Ketam)

0
2127

Cerita ini dipahatkan pada penampil depan menghadap ke barat sebanyak satu panil.

Di telaga Malini, tinggallah berbagai macam ikan dengan damai. Sekeliling telaga itu ditumbuhi pohon dengan bunga-bunga yang harum, menambah indah telaga itu. Banyak burung hinggap di pohon sekeliling telaga, tetapi ada seekor diantaranya yang berpikiran durhaka dan serakah, itulah si burung bangau. Ia bermaksud menghabiskan ikan-ikan dalam telaga dengan segala tipu dayanya.

Suatu hari berdirilah ia di telaga Malini dengan sikap seperti seorang saleh dan tidak mau meyakiti atau membunuh makhluk hidup di sekitarnya. Para ikan menjadi heran melihat perubahan sikap burung bangau itu, maka bertanyalah mereka apa sebab bangau berubah seperti itu. Burung bangau menjawab, “Hai kawan-kawanku ikan, menagapa berlainan pekertiku dari hari-hari yang lalu, karena aku telah mendapat nasehat dari seorang pendeta, agar menjauhi perbuatan dosa, tidak mebuat susah makluk lain, dan tidak membunuh apapun. Itulah sebabnya maka aku ingin pergi bertapa ke tempat yang sunyi, mengamalkan perbuatan baik dan memberi nasehat dengan kata-kata yang lembut dan penuh kesadaran.”  Mendengar kata-kata bangau itu para ikan ingin bersahabat dengannya.

Hari berikutnya datanglah bangau ke telaga Malini. Ketika ia bertemu ikan-ikan itu, menangislah bangau karena mendengar pembicaraan para nelayan yang akan menangkap semua ikan di telaga Malini, sehingga akan putuslah persahabatan bangau dengan ikan-ikan itu. Ia menangis karena tak tahu harus berbuat apa utuk menyelamatkan ikan-ikan itu. Mendengar berita itu diamlah ikan-ikan memikirkan bencana yang akan segera menimpa mereka. Tiba-tiba berkatalah bangau, “Ikan semuanya, jika kalian ingin hidup aku ada akal. Ada sebuah telaga, Andawahana namanya, milik Batara Rudra. Disana tak mungkin ikan seperti kalian diganggu orang, karena telaga itu tak dapat didatangi oleh manusia. Kalau kalian ingin hidup, aku sarankan kalian segera pindah kesana, dan bila kalian menyetujui, aku sanggup membantu kalian menerbangkan kalian ke telaga itu.” Ikan-ikan itupun menyetujuinya, maka mereka pun diterbangkan oleh bangau, digenggamnya dengan kedua kakinya dan diparuhnya digigitnya seekor ikan. Ikan-ikan itu tidak dibawanya ke telaga, tetapi dibawanya terbang ke puncak gunung, di tempat itu dimakannya ikan-ikan tersebut.

Demikianlah dengan mudah bangau mendapat makanan ikan, akhirnya habislah ikan di telaga Malini. Ada seekor ketam yang masih tinggal di telaga Malini, dengan mengiba-iba ia meminta bangau untuk menerbangkannya ke telaga Andawahana agar berkumpul dengan ikan-ikan yang telah dipindahkan bangau. Ketam lalu diterbangkan oleh bangau dan selama terbang itu ketam berpegangan dengan capitnya pada leher bangau. Ketika sampailah bangau di atas puncak gunung, ketam melihat banyak tulang-tulang ikan berserakan di tanah. Berpikirlah si ketam, “Hai bangau, jangan kau turunkan aku ke tempat itu, kembalikan aku ke telaga Malini. Jika tidak kubunuh engkau.” Dengan ketakutan bangau menerbangkan kembali ketam ke telaga Malini. Setelah sampai di pusat telaga maka dicapitnyalah leher bangau sehingga mati. (Sumber:  Lap.Pendokumentasian Relief Candi Jago, 2007)