Jambi, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan Seminar Nasional Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti pada Kamis, 21 Juli 2022 di Kota Jambi. Seminar nasional ini merupakan penghujung rangkaian kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari yang telah dilaksanakan selama sepuluh hari sejak tanggal 11 hingga 21 Juli 2022 melalui kegiatan pemutakhiran data dan menemukenali potensi warisan budaya yang dimulai dari hulu Sungai Batanghari yang terletak di kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dan berakhir di hilir sungai di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti menjadi tema yang diusung oleh seminar nasional yang juga menjadi bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi yang puncak kegiatannya akan dilaksanakan pada bulan Agustus dan September 2022 dengan tema Batangahari  Dulu, Kini, dan Nanti.  Gubernur Jambi, Al Haris memberikan apresiasi kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah menyelenggarakan seminar ini.  “Saya memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah memprakarsai Seminar Nasional Batanghari Dulu, Kini, dan Nanti, sebagai puncak perjalanan menjejaki kembali Kejayaan Peradaban Batanghari, melalui kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari,” ujar Al Haris dalam sambutannya pada pembukaan seminar. 

Al Haris menuturkan, kegiatan seminar nasional ini akan menjadi refleksi dan masukan bagi para pemangku kepentingan bersama seluruh pihak terkait, dalam mengambil langkah dan perumusan kebijakan terkait Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi, kebijakan penjagaan kebudayaan sepanjang Sungai Batanghari, serta menentukan berbagai upaya penting untuk menjaga Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ekosistem Sungai Batanghari kini dan ke depannya. Sejalan dengan itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid yang bertindak sebagai pembicara kunci, menyatakan bahwa di sepanjang Sungai Batanghari adalah pengingat, sumber inspirasi kita semua, bahwa jika pengetahuan, teknologi, sains terkini yang ada pada zamannya berhimpit dengan kearifan lokal dan memiliki misi untuk membangun sebuah peradaban, ini semua akan terwujud.  Lebih dari itu, Hilmar menyampaikan “Hal ini merupakan komitmen Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek terhadap rencana penataan Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muara Jambi yang tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik, melainkan juga merawat warisan budaya takbenda seperti tradisi masyarakat, kemahiran tradisional masyarakat dan berbagai ekspresi budaya di masyarakat sepanjang sungai Batanghari yang masuk dalam KCBN Muara Jambi sekaligus menjaga lingkungan alam guna menjaga ekosistem budaya”, paparnya.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti juga menyampaikan bahwa diselenggarakannya seminar nasional ini untuk menggali potensi cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan, perumusan kebijakan pelindungan kebudayaan berbasis data, kondisi terkini, permasalahan hingga mitigasi terhadap ancaman pada ekosistem kebudayaan di Sungai Batanghari, sehingga akan menghasilkan rekomendasi yang dapat dijadikan rujukan bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat baik pemerintah, pelestari budaya, komunitas, dan masyarakat setempat, ungkapnya. 

Lahirkan Tujuh Rumusan Rekomendasi

Seminar nasional menghadirkan narasumber Arkeolog Dr. Junus Satrio Atmodjo, dan Dr. Bambang Budi Utomo, Sejarawan Bonnie Triyana, Antropolog Dr. Lono Simatupang, jurnalis lingkungan Eko Rusdianto, dan komunitas lingkungan, Rido Saputra.  Keenam narasumber tersebut meramu dan mengemas seminar dalam tiga subtema, yaitu 1) Jejak Peradaban Sungai Batanghari Masa Melayu Kuno dan Sriwijaya, 2) Potensi dan Tantangan dalam Penataan dan Pengelolaan Cagar Budaya Nasional, dan 3) Masa Depan Warisan Budaya Sungai Batanghari dalam Genggaman Generasi Muda.  Peserta seminar adalah peserta Ekspedisi Sungai Batangahari yang telah melakukan pengamatan langsung di sepanjang Sungai Batanghari, pemerintah daerah yang menangani kebudayaan di wilayah aliran Sungai Batanghari, tokoh masyarakat, penggiat budaya dan komunitas budaya pelestari Sungai Batanghari. 

Pada akhir sesi seminar, tim perumus menyampaikan tujuh rumusan rekomendasi yang dihasilkan dari pembahasan, penyampaian pendapat, hasil analisis, data dan fakta hasil Ekspedisi Sungai Batanghari, dan hasil diskusi seminar.  Tujuh rekomendasi tersebut adalah:

  1. Seluruh pemangku kepentingan diharapkan ikut serta dalam pelindungan Cagar Budaya dan Objek Pemajuan Kebudayaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi;
  2. Perlunya komitmen semua pemangku kepentingan untuk pelestarian Cagar Budaya, Objek Pemajuan Kebudayaan, dan Lingkungan di DAS Batanghari;
  3. Memperkuat ekosistem dan tata kelola Sungai Batanghari dengan kolaborasi antar semua pemangku kepentingan;
  4. Pelestarian Cagar Budaya, Objek Pemajuan Kebudayaan, dan Lingkungan di DAS Batanghari yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat; 
  5. Melakukan kajian DAS Batanghari untuk penguatan narasi dan publikasi;
  6. Penegakan hukum positif dan hukum adat untuk kelestarian Sungai Batanghari;
  7. Pemanfaatan Cagar Budaya, Objek Pemajuan Kebudayaan, dan Sungai Batanghari berbasis pelestarian dan berorientasi kepada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk pariwisata budaya dan pendidikan.

Dengan demikian hasil Seminar Nasional Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti merupakan bagian dari upaya pelindungan kebudayaan dengan tetap memandang lingkungan tempat keberadaan warisan budaya beserta masyarakat pendukungnya sebagai satu kesatuan ekosistem yang hidup dan saling mempengaruhi serta memberi dampak manfaat untuk jangka panjang.

#Batanghari:Dulu,Kini,danNanti
#EkspedisiSungaiBatanghari
#KenduriSwarnabhumi
#Pelindungankebudayaan

Kontributor : Dokumentasi dan Pubublikasi
Direktorat Pelindungan Kebudayaan