Persiapan terakhir

Minggu malam 23 Juli 2017, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman menyelenggarakan rapat terakhir Kongres IAAI 2017 dan PIA XIV di Hotel Novotel Bogor. Rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua IAAI, Junus Satrio Atmodjo menghimpun informasi terakhir terkait persiapan.

Di antaranya mengenai pertunjukan kesenian daerah berupa Tari Shakyakirti dari Sumatera Selatan, dan Rapai Kipah dari Aceh. Tari Shakyakirti menggambarkan kemegahan dan kejayaan agama Buddha selama masa Kerajaan Sriwijaya. Sebagai pusat pendidikan agama Buddha, yang terkenal dengan 1000 Vihara di bukit Siguntang Mahameru, dipimpin oleh guru besar Dharmavala Shakyakirti. Tari ini akan dilakulan oleh penari dari  Sanggar Tari Artina Production, pimpinan Haryati Ambelan dari Bekasi, Jawa Barat.

Tari Rapai Kipah merupakan tarian inovasi perpaduan dari Tari Ratoeh Jaroe, atau yang biasa dikenal dengan Tari Saman dengan Tarian Rapai Geleng. Tarian ini menggunakan properti seperti kipas yang terbuat dari pelepah pinang. Orang setempat menyebutnya “Situek”. Tarian yang berasal dari Aceh ini mempunyai ciri khas, yaitu perpaduan harmonis dan kekompakan antara gerak badan serta tangan yang membentuk formasi khas. Tarian ini memiliki arti puji-pujian dan dzikir terhadap Allah SWT. Tari ini akan dibawakan oleh penari dari Sanggar Tari Ayodya Pala, pimpinan Dra. Budi Agustinah dari Depok, Jawa Barat.

Acara dengan tema “Pengembangan Arkeologi Maritim” ini akan dihadiri oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid yang akan memberikan sambutan mewakili Menteri Pendidikan Kebudayaan, dan Kepala Badan Riset Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan yang mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan.

Masyarakat Sejarawan Indonesia, dan Asosiasi Antropologi Indonesia juga akan hadir untuk memberikan pandangannya terhadap budaya maririm.