Terletak berdekatan dengan Danau Kerinci, Mesjid Raya Keramat merupakan bangunan bersejarah bagi penyebaran agama maupun perjuangan rakyat Pulo Tengah. Lokasinya mudah diakses karena berdekatan dengan jalan raya. Secara Adiministrasi terletak di Dusun Koto Tuo, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci. Mesjid ini secara luas bangunan jauh lebih besar dibandingkan mesjid-mesjid kuno di Desa Lempur. Banyak sekali cerita yang tim dapatkan dari penuturan takmir mesjid bernama Bapa H. Ismail, baik yang bersifat sejarah maupun mitos.

Bangunan Mesjid Raya Keramat dari Sisi Barat

Penamaan Mesjid Keramat dilakukan bukan karena tanpa alasan. Takmir menuturkan bahwa nama keramat atau karomah muncul karena mesjid telah menghadapi banyak bencana besar, seperti gempa bumi dan kebakaran. Meskipun demikian mesjid selalu lolos dari kehancuran dan kondisinya tetap kokoh bagaikan keberadaanya merupakan sebuah karomah atau mukzizat.

Sekilas Cerita Pembangunan Masjid

Diceritakan bahwa mesjid dibangun pada akhir abad ke-18 M, tepatnya pada tahun 1780 oleh Syekh Kuluyuh atau dikenal juga Syekh Kuat. Syekh Kuluyuh merupakan buya di daerah Pulo Tengah. Ia pernah belajar di Aceh, berguru di Mataram, dan Mekah untuk belajar ilmu agama. Pada tahun 1697, beliau pulang dari perantauan dan membuat surau. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula penganut muslim di Pulo Tengah, Syek Khuluyuk menginisiasi pembuatan mesjid yang lebih besar secara bangunan dengan berkaca pada Mesjid Demak di Jawa.

Mesjid dibangun di atas lahan Mak Solehah, Pembangunannya dilakukan secara gotong royong dengan mencari bahan baku di hutan. Proses pembangunan selesai pada tahun 1785. Ada dongeng menarik yang disampaikan oleh takmir kepada kami. Pada saat semua bahan bangunan terkumpul, masyarakat Desa Pulo Tengah mengundang penduduk desa lainnya. Tujuannya untuk syukuran dan meminta bantuan tenaga. Namun warga mendapati bahwa bahan kayu-kayu bangunan sangat besar sehingga membuat penduduk desa lainnya satu persatu meninggalkan kawasan pembangunan. Mereka merasa tidak mampu utuk membantu membangun mesjid.

Tersisalah pengikut serta anak-anak dari Syekh Kuat. Lalu Syekh Kuat menyarankan untuk menjalankan ratib tegak atau ratib samaniyah. Lalu para pengikut Syekh Kuat melakukan adzan pada setiap tiang yang akan menopang mesjid. Setelah itu mukjizat datang di mana para pengikut Syekh Kuat dapat mengangkat tiang-tiang besar itu dengan mudah dan menancapkannya ke tanah. Entah Tuhan membuat para pengikut Syekh Kuluyuh kuat atau membuat tiang-tiang besar tersebut ringan. Maha besar Tuhan dengan segala mukjizatnya.

Mesjid Keramat dan Perlawanan Terhadap Belanda

Seperti yang kita ketahui bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia seringkali bermula dari mesjid. Sebagai contoh masyarakat Pulo tengah yang menjadikan mesjid sebagai tempat merencakan pergerakan dan tempat persembunyian para tokoh pergerakan Pulo Tengah. Beberapa kali terjadi gesekan antara Belanda dan masyarakat Pulo Tengah, tercatat pada tahun 1903 saat pertama kali Belanda menginjakkan kaki pertama di wilayah Kerinci. Pertempuran terjadi, namun tentu saja tidak seimbang. Dampak dari gesekan tersebut adalah dibumihanguskannya Desa Pulo Tengah oleh Belanda, namun entah bagaimana caranya Mesjid Keramat berhasil lolos dari kebakaran tersebut, padahal rumah-rumah warga di sekitarnya ludes diamuk si jago merah.

Masjid Keramat Pasca Terbakar Tahun 1939

Atas kejadian tersebut tentu saja masyarakat sangatlah marah namun Belanda sadar betul bahwa perlu adanya upaya meredam dengan cara mengambil simpati warga. Cara tersebut direalisasikan Belanda dengan cara merenovasi bangunan dengan menambahkan beberapa unsur bangunan yang merupakan ciri khas negeri kincir angin.

Tentang Bangunan

Mesjid memiliki jenis atap tumpang bersusun tiga. Mesjid memiliki ukuran yang cukup besar, yaitu 27 x 27 meter. Dinding mesjid masih terbuat dari kayu, namun pada sisi timur telah diganti menjadi tembok beton dengan beberapa hiasan keramik yang ditempelkan pada bingkai pintu masuk mesjid. Awalnya mesjid memiliki lantai yang terbuat dari papan kayu yang memenuhi seluruh ruangan. Namun di kemudian hari, lantai kayu diganti menjadi lantai semen. Hal tersebut dilakukan oleh Belanda karena lantai kayu tersbut menjadikan bangunan mesjid seperti rumah panggung, dan Belanda mencurigai bahwa tokoh-tokoh pergerkan masyarakat Pulo Tengah sering menjadikan ruangan di bawah lantai kayu sebagai tempat persembunyian.

Mesjid ditopang oleh 25 tiang sokoguru, lima di antaranya memiliki ukuran yang sangat besar dan ditempatkan di tengah ruangan mesjid dan sisanya tersbar menopang bagian dinding mesjid. Yang terbesar di antara yang lainnya adalah tiang utama yang berada tepat di tengah bangunan. Tiang utama tersebut awalnya hanya berupa batang kayu namun pada tahun 1927-1928, pada saat renovasi yang dibantu Belanda, dilakukan penambahan bagian berupa lapisan semen pada dasar tiang setinggi 4,5 meter. Lapisan semen tersebut diberi hiasan keramik bermotif flora dan geometris di sekelilingnya.

Seperti mesjid-mesjid di daerah Kerinci lainnnya, Mesjid keramat memiliki tempat adzan yang berada di atas tiang utama mesjid. Tempat tersebut berupa panggung yang ukurannya relatif kecil namun di sekelilingnya terdapat hiasan sulur-suluran kaluak paku kacang blimbing yang sangat raya. Tempat adzan dapat diakses melalui tangga yang berada di sisi selatan ruangan, lalu puncak tangga dengan tempat adzan tersebut dihubungkan oleh jembatan kecil. Diceritakan bahwa perjalanan muadzin menuju tempat adzan seperti perjalanan manusia ketika menyebrangi jembatan shiratul mustakim. Hal lain yang tak kalah unik adalah ditempatkannya hiasan berbentuk buah-buahan hasil bumi Kerinci pada tiang penghubung/pengikat empat tiang sokoguru di tengah ruangan. Hiasan tersebut ditempatkan di tengah tiang penghubung menghadap bawah.

Mimbar mesjid berukuran 2,24 x 1,48 meter dilengkapi tangga berhias motif sulur-suluran kaluak paku kacang belimbing. Pada bagian mihrab berdenah segi lima dan dihias dengan ukiran motif sulur-suluran, tempelan tegel keramik, dan pada sisi luar atapnya berbentuk kubah berpuncak mustaka. Mimbar berdiri pada ruangan menyerupai menara kecil yang memiliki ciri khas bangunan Belanda. Ruangan tersebut merupakan hasil renovasi Belanda pada tahun 1927.