Gambar cadas merupakan hasil karya manusia masa prasejarah yang digambarkan pada media batuan cadas baik pada dinding gua, dinding tebing karang maupun pada bongkahan batu. Menurut Daud Aris Tanudirjo, gambar cadas yang ditemukan pada konteks penguburan merupakan bagian penting dari upacara kematian dan mempunyai arti magis religius. Berdasarkan konteks arkeologisnya, konsep ini dapat juga diterapkan pada pemaknaan gambar cadas di Situs Gua Harimau yang memiliki tinggalan kubur manusia.
Pendokumentasian gambar cadas atau juga dikenal dengan lukisan gua pada gua-gua prasejarah merupakan salah satu kegiatan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dalam rangka mengumpulkan data dalam bentuk foto dan film. Hasil dokumentasi ini akan diwujudkan dalam bentuk buku dan film dokumenter sebagai bagian dari upaya publikasi Cagar Budaya dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap nilai penting Cagar Budaya.
Salah satu gua yang didokumentasi adalah Gua Harimau yang terletak dalam kawasan karst Padang Bindu, di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan karst ini merupakan wilayah hutan hujan tropis dengan beragam vegetasi dan fauna. Untuk mencapai Gua Harimau yang berada pada ketinggian 164 meter di atas permukaan air laut atau ketinggian 20 meter dari dataran, dibutuhkan waktu sekitar 45 sampai 60 menit berjalan kaki melalui jalan setapak di antara kebun masyarakat, menyeberangi sungai kecil dan menaiki puluhan anak tangga yang cukup tinggi. Menuju kawasan inipun membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan darat dari Kota Palembang.
Selain Gua Harimau, dalam kawasan karst Padang Bindu terdapat Gua Puteri yang justru lebih dikenal masyarakat. Lokasi gua lebih mudah dijangkau pengunjung dan berada dekat lokasi parkir dan bangunan museum yang merupakan fasilitas dalam Kawasan Wisata Terpadu Gua Putri dan Museum Si Pahit Lidah. Di bagian dalam gua mengalir air sungai dan pada satu lokasi dipercaya masyarakat setempat sebagai lokasi pemandian puteri.
Hingga saat ini, Gua Harimau merupakan satu-satunya gua di Sumatera yang memiliki gambar cadas. Adalah E. Wahyu Saptomo, peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional yang kali pertama menemukan gambar cadas di Gua Harimau pada tahun 2009. Sebagai penghargaan, namanya kemudian diabadikan untuk menamakan ruang atau galeri utama dalam gua.Temuan gambar cadas melengkapi penemuan-penemuan spektakuler dari Gua Harimau berupa kubur manusia sebanyak 78 individu yang terdiri atas balita hingga dewasa. Secara morfologi, individu tersebut merupakan ras Mongoloid dan ras Australomelanesoid, berasal dari sekitar 3.000–1000 tahun yang lalu. Dari jumlah dan variannya, temuan kubur di Gua Harimau jarang ditemukan di Nusantara. Sejak penelitian pada 2009–2014, Pusat Arkeologi Nasional juga menemukan sejumlah artefak berupa serpih, mata panah, tembikar, kapak corong, gelang perunggu dan bubukan hematit (oker) yang ditemukan di sekitar kubur dan kemungkinan juga digunakan sebagai bahan pembuat gambar cadas. Tembikar bermotif anyaman dan duri ikan mirip dengan gambar yang terdapat pada dinding Gua Harimau.
Gambar cadas di Gua Harimau terletak pada Galeri Wahyu dan Galeri Barat. Pada Galeri Wahyu terdapat 36 gambar yang tersebar pada 3 lokasi yaitu 21 gambar di panil Galeri Wahyu Utara, 6 gambar di panil Galeri Wahyu dan 9 gambar di panil Galeri Wahyu Selatan. Dari analisis bentuk, motif gambar berupa non-figuratif sepert jala tumpal, lingkaran konsentrik, garis lengkung sejajar, sisir, atau garis paralel. Warna yang digunakan coklat gelap dan merah gelap yang dihasilkan dari bahan hematit atau oker. Tehnik penggambarannya menggunakan kuasan jari, dan hanya satu gambar yang menggunakan kuasan alat runcing. Gambar-gambar ini terdapat pada dinding dan langit-langit gua, dengan ketinggian antaar 1–4,9 meter.
Pada Galeri Barat terdapat 15 gambar, terdiri atas 14 gambar di panil Galeri barat dan 1 gambar di panil Barat Utara. Motif, warna dan tehnik penggambaran sama dengan yang digambarkan di Galeri Wahyu berupa non figuratif, berwarna coklat gelap dan merah gelap, dibuat dengan menggunakan kuasan jari.
Hasil penelitian Pusat Arkeologi Nasional menunjukkan adanya hubungan antara sebaran kubur prasejarah dengan gambar cadas di Gua Harimau. Hubungan ini sekurangnya memberikan informasi tentang kehidupan manusia pada 3000 tahun yang lalu, yaitu diperkirakan bahwa pada proses upacara penguburan diiringi dengan proses penggambaran di dinding gua.
Kenyataan bahwa hingga saat ini gambar cadas baru ditemukan di Gua Harimau dalam kawasan karst Sumatera tentunya dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan upaya pelestarian secara berkelanjutan. Apalagi dilengkapi dengan informasi yang mengungkap hubungan gambar cadas dengan situs kubur, menjadikan alasan kuat bagi pemerintah dan pemerintah daerah melakukan upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatannya dengan mengingat nilai pentingnya bagi rekonstruksi sejarah kehidupan manusia. Untuk itu sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah lebih ditingkatkan lagi seiring dengan adanya rencana pembangunan museum yang lebih representatif di kawasan karst Padang Bindu. Pengembangan dan pemanfaatan kawasan diharapkan akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Sumber: Adhi Agus Oktaviana dan Pindi Setiawan, 2014) (Sri Patrmiarsi)