Arca Buddha Bingin Jungut
Kiri: Arca Awalokiteśwara Kanan: Arca Buddha Mahāyana

Candi Bingin Jungut letaknya di sisi sebelah timur Sungai Musi pada sebidang tanah datar. Membentang di sebelah utara menuju ke arah tenggara terdapat tanggul tanah yang berukuran tinggi sekitar dua meter. Di sebelah tenggara tanggul tanah itu membelok ke arah selatan, dan dari selatan tanggul tanah tersebut terus ke arah barat. Panjang seluruh tanggul tanah tersebut sekitar 700 meter. Di sebelah barat, pada jarak sekitar 50 meter mengalir Sungai Musi yang arah alirannya menuju arah utara. Pada sisi itu tebing Sungai Musi cukup curam dengan ketinggian sekitar 20 meter. Menuju arah barat daya, pada jarak sekitar 200 meter terdapat Sungai Tapi yang bermuara di Sungai Musi.

Situs Bingin Jungut letaknya di sisi sebelah timur Sungai Musi di Desa Binginjungut, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Situs itu untuk kali pertama dilaporkan oleh Schnitger pada 1937 dalam bukunya yang berjudul The Archaeology of Hindoo Sumatra. Selanjutnya ia menyebutkan dari situs tersebut ditemukan arca Awalokiteśwara yang bertangan empat (kini disimpan di Museum Nasional, D-216-247) dan arca Buddha yang belum selesai (kini disimpan di Museum Balaputradewa Palembang).

Arca Awalokiteśwara yang bertangan empat digambarkan dalam posisi berdiri (berukuran tinggi 192 cm) dan memakai mahkota dengan hiasan Buddha Amithaba. Di bagian punggungnya terdapat tulisan yang berbunyi //daŋ ācāryya syuta//. Arca tersebut adalah Arcaha Mahāyana yang dibuat di tempat setelah keluarga Śailendra berkuasa di Jawa pada abad ke-7–9 Masehi. Berdasarkan bentuk tulisannya berasal dari sekitar abad ke-8 Masehi.

Arca Buddha yang belum selesai digambarkan dalam posisi tapak tangan kanan diarahkan ke depan, sedangkan tangan kirinya tertutup jubah. Bagian bawah arca belum selesai dikerjakan. Arca Buddha itu termasuk Buddha Mahāyana yang dibuat di tempat dan mungkin telah ada ketika I-Tsing bermukim di Śrīwijaya.

Pada 1997 dan 1998 Balai Arkeologi Palembang mengadakan penelitian arkeologi di situs itu. Dari penelitian yang dilakukannya, tim berhasil menemukan struktur fondasi bangunan bata. Namun karena kotak yang digali tidak banyak, atau mungkin keadaan struktur telah rusak, maka bentuk dan ukuran denah bangunan belum dapat diketahui. Lepas dari keadaan situs yang telah rusak, di daerah tersebut pada masa lampau terdapat sekelompok masyarakat yang beragama Buddha.

Sumber:

Utomo, Bambang Budi, 2014, “Candi Bingin Jungut” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.) Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 155–156.