Terinspirasi dari Arca Garuda Wisnu

Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila, didesain bukan tanpa makna. Sang perancang Lambang Negara, Sultan Hamid II, terinspirasi dari Arca Garuda Wisnu yang kini berada di Pengelola Informasi Majapahit (PIM), Trowulan, Mojokerto. Arca Garuda Wisnu dengan Nomor Inventaris 1256/BTA/MJK/24/PIM dilukiskan sebagai penggambaran Dewa Wisnu serta Garuda sebagai wahana atau kendaraannya.

Inspirasi Garuda Pancasila dari Arca Garuda Wisnu diungkapkan oleh Bambang Eryudhawan salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Nasional pada sidang Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) di Jember, 27 hingga 30 Juli 2017 lalu. “Arca Garuda Wisnu menjadi penting karena menjadi inspirasi desain Lambang Nasional Indonesia Garuda Pancasila,” kata Bambang.

Arca Garuda Wisnu pertama kali dilaporkan oleh Van Hoevell pada 1847 yang menyebutkan bahwa di Trawas Jawa Timur ditemukan arca pancuran yang sangat besar. Diperkirakan berasal dari Petirtaan Jalantunda. Namun, mendapat bantahan dari R.D.M Veerbek karena berdasarkan catatan Wardenaar, Arca Garuda berasal dari Petirtaan Belahan. Buchari membantah Garuda Wisnu dari Petirtaan Belahan karena relung di petirtaan tersebut terlalu kecil sedangkan arca cukup besar.

Memiliki ikonografi istimewa

Selain karena nilai kesejarahan bangsa yang melekat, Arca Garuda Wisnu memiliki ikonografi yang istimewa. Agus Aris Munandar salah satu anggota TACBN yang juga merupakan dosen arkeologi dari Universitas Indonesia mengungkapkan arca ini merupakan arca tiga dimensi satu-satunya hingga kini di Indonesia. “Arca Garuda Wisnu lain di Indonesia hanya berupa pahatan,” kata Agus pada saat sidang TACBN di Jember.

Bentuk gaya seni dan estetika arca ini juga diungkapkan Agus masih diteruskan dan berkembang hingga saat ini. Arca Garuda Wisnu biasanya dibuat terpisah namun pada arca yang menjadi koleksi PIM ini disatukan dan dengan detail kerumitan yang lain dari arca lainnya.

Sayang, sedikit naas nasib Arca Garuda Wisnu kini karena arca sudah tidak lagi sempurna. Pada bagian wajah dan dan sebagian tubuh arca ada kerusakan karena komposisi bahan kimia saat proses pembuatan replika. TACBN pun berharap akan dilakukan konservasi pada bagian-bagian arca yang cacat tersebut oleh instansi yang berwenang. Rucitra Deasy Fadila