Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan “Balai Kirti”IMG_7899-a
Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)

  • Pada 7 Oktober 1999, Amien Rais dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid (akrab dipanggil Gus Dur), sebagai calon presiden. Unsur politik yang bergabung dalam koalisi poros tengah. Umumnya merupakan parpol-parpol berbasis agama (Islam) seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Poros ini pertama lahir menjelang pemilihan presiden 1999, kemudian berkiprah sepanjang pemerintahan Presiden Gus Dur.
  • Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie dan Habibie mundur dari pemilihan presiden. Akbar Tanjung, ketua umum Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Abdurrahman Wahid. Abdurrahman Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
  • Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara. Abdurrahman Wahid resmi menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh kabinet bernama Kabinet Persatuan Nasional.
  • Kabinet pertama Abdurrahman Wahid bernama Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut.
  • Abdurrahman Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang dianggap korup.
  • Di awal-awal masa kepemimpinannya, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menurunkan harga BBM menjadi Rp600 per liter pada April 2000. Namun tidak berselang lama tepatnya Oktober 2000, harga BBM kembali naik menjadi Rp1.150 per liter. Pada Juni 2011, Gus Dur kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp1.450 per liter.
  • Pada November 1999, Abdurrahman Wahid mengunjungi negara-negara anggota ASEAN, Jepang, Amerika Serikat, Qatar, Kuwait, dan Yordania. Setelah itu, pada Desember, ia mengunjungi Republik Rakyat Cina.
  • Rencana Abdurrahman Wahid memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti halnya referendum Timor Timur. Abdurrahman Wahid juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut.
  • Pada 30 Desember, Abdurrahman Wahid mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.IMG_6251-a
  • Pada Januari 2000, Abdurrahman Wahid melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia.
  • Pada Februari 2000, Abdurrahman Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Dalam perjalanan pulang dari Eropa, Abdurrahman Wahid juga mengunjungi India, Korea Selatan, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pada Maret, Abdurrahman Wahid mengunjungi Timor Leste. April, Abdurrahman Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati Kota Meksiko dan Hong Kong. Juni, Abdurrahman Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepang, dan Perancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.
  • Pada Maret 2000, pemerintahan Abdurrahman Wahid mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. Abdurrahman Wahid juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
  • Presiden Abdurrahman Wahid juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia. Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, kepada parlemen Palestina pada 2000. Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Abdurrahman Wahid pada Yayasan Shimon Peres. Baik Abdurrahman Wahid dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestina untuk Indonesia, diganti.
  • Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, popularitas Abdurrahman Wahid masih tinggi. Sekutu Abdurrahman Wahid seperti Megawati, Akbar Tanjung dan Amien Rais masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri. Pada Sidang Umum MPR, pidato Abdurrahman Wahid diterima oleh mayoritas anggota MPR. Selama pidato, Abdurrahman Wahid menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugasnya sebagai Presiden. Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut. Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Abdurrahman Wahid mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda. Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Abdurrahman Wahid.
  • Pada Januari 2001, Abdurrahman Wahid mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Abdurrahman Wahid lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji. Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai Presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia.

 Tim Storyline Museum Kepresidenan “Balai Kirti” Bogor