Beranda blog Halaman 19

Orasi dan Presentasi Warnai Hari ke-2 Jetrada 2018

0
Orasi Budaya oleh Wita Hariani, Foto. Firdaus

Prabumulih – Hari ke-2 pelaksanaan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada) 2018 ditandai dengan orasi budaya dan presentasi karya tulis. Sebanyak 14 guru pendamping menyampaikan orasi budaya dan 10 siswa terbaik hasil seleksi karya tulis ilmiah mempresentasikan karya tulis mereka. Tema dalam orasi budaya tersebut adalah ‘peran guru dalam pelestarian budaya di Sekolah’. Sementara tema untuk karya tulis merupakan tema besar Jetrada 2018 yakni ‘Menggali Kearifan Lokal untuk mewujudkan toleransi dalam keberagaman’.

Penjelasan oleh Juri, Foto. Firdaus

Acara orasi dan presentasi yang dimulai pukul 09.00 Wib tersebut merupakan dua kategori yang turut dinilai dalam Jetrada 2018. Dua kategori lainnya adalah pertunjukan kesenian dan observasi lapangan. Selain itu, juri penilai orasi dan presentasi ini ditetapkan dua orang yakni Rois Leonard Arios, salah seorang peneliti madya dari BPNB Sumatera Barat. Kedua, Dr. Dadang Hikmah Purnama, seorang akademisi, dosen di Universitas Sriwijaya.

Sebelum orasi dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan pengambilan nomor untuk menentukan nomor urut tampil. Dari hasil pengambilan nomor urut tersebut, Ibu Dwi Ningsih dari SMA Negeri 1 Rejang Lebong menjadi guru yang pertama tampil. Secara berturut-turut, guru yang tampil tersebut yakni Dwi Ningsih, Meri Susanti, Wita Haryani, Mugiyono, Linda, Marwan Effendi, Firdaus Sastrawijaya, Ratih Miranti, Nurmutmainah, Mirnawati, Siti Masiah, Widyawati, Hilya Bayti serta Eko Rahmad Kurniawan. Masing-masing guru diberi alokasi waktu 10 menit.

Secara umum, para peserta orasi menyadari bahwa ada tantangan besar dalam hal pelestarian nilai budaya kepada generasi muda khususnya peserta didik pada saat sekarang. Globalisasi dan modernitas menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Selain itu mereka juga menawarkan solusi bahwa sesungguhnya pengaruh tersebut bisa dibendung jika setiap orang mau memulai hal-hal yang positif  dari diri sendiri.

Sementara presentasi individu diikuti 10 orang siswa terbaik dari hasil seleksi awal karya tulis yang masuk ke panitia. Ke 10 orang tersebut terlebih dahulu mencabut nomor lot untuk menentukan nomor urut tampil. Dari pencabutan nomor tersebut, urutan presentasi adalah Jennie Laksmi Syahirah, M. Faturrahman, Annisa Firnanda, Diva Putri Ananti, Sonya Ainurrohmah, Putra Wahyu Pratama, Tias Cahyani, Reizi Fiqriansyah, Muhammad Rafli Dzaky, Fajar Bima Pratama. Masing-masing peserta diberi waktu 5 menit presentasi, 5 menit tanya jawab dan 5 menit tanggapan dari juri.

Presentasi oleh Annisa Firnanda, Foto. Firdaus

Pada kesempatan ini, juri menyampaikan beberapa kelemahan anak-anak dalam membuat tulisan seperti plagiat, rujukan, sistematika. Dari sekian banyak masalah, salah satu adalah banyaknya kutipan dan sumber yang tidak jelas. Menjadi menarik kemudian karena Jetrada 2018 dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana menulis dengan baik.

Jejak Tradisi Daerah 2018 Resmi Dibuka

0
Pemukulan Doll, sebagai pembukaan resmi Jejak Tradisi Daerah 2018 di Kota Prabumulih, Foto. Firdaus

Prabumulih – Jejak Tradisi Daerah 2018 secara resmi dibuka. Acara pembukaan dilaksanakan di Gedung Serbaguna Kelurangan Gunung Kemala, Kabupaten Prabumulih Barat pada Kamis, 19 April 2018 Pukul 20.00 Wib. Pembukaan secara resmi dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan M. Rasyid, S.Ag, MM. Hadir dalam kegiatan pembukaan yakni perwakilan Direktur Kepercayaan dan Tradisi Ibu Sri Lestariyati, KasubBag TU BPNB Sumbar Ibu Titit Lestari, S.Si, MP, lurah, tokoh adat dan tokoh masyarakat.

Warga menghadiri acara pembukaan Jetrada 2018, Foto. Firdaus

Acara pembukaan dimulai dengan tari sambut dari sanggar seni setempat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, laporan panitia, sambutan dari Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa serta sambutan dan pembukaan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Prabumulih. Sebelum pembukaan secara resmi oleh kepala dinas, terlebih dahulu perwakilan SMA negeri 4 Palembang menampilkan tari kreasi Asmara Dana.

Penampilan kesenian Tari Asmara Dana dari SMA N.4 Palembang pada pembukaan Jetrada 2018 di Kota Prabumulih, Foto. Firdaus

Menurut laporan panitia yang disampaikan Titit Lestari, S.Si,. MP kegiatan Jetrada 2018 merupakan kegiatan mengenalkan nilai-nilai tradisi dan budaya kepada generasi muda khususnya peserta didik. Sehingga peserta dalam kegiatan ini merupakan siswa/siswi SMA/sederajat. Dia menambahkan bahwa peserta Jetrada 2018 merupakan siswa-siswi SMA dari tiga wilayah kerja BPNB Sumbar yaitu Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Total peserta dalam kegiatan ini adalah 45 orang terdiri dari 36 siswa dan 9 orang guru pemdamping. Seluruh peserta tersebut berasal dari 15 sekolah di tiga provinsi.

Sementara itu dalam sambutan Direktur Kepercayaan dan Tradisi yang disampaikan Sri Lestariyati menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan Jetrada tersebut. Dia juga menyampaikan bahwa peserta terbaik dalam Jetrada 2018 akan diikutsertakan dalam Jejak Tradisi Nasional 2018 yang akan diadakan  di Pontianak pada 8-12 Mei 2018 mendatang. Peserta terbaik tersebut akan mewakili BPNB dan sekolahnya masing-masing.

Dalam kesempatan pembukaan, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Prabumulih M. Rasyid, S.Ag,.MM sangat mengapresiasi Jejak Tradisi Daerah 2018 dilaksanakan di Kota Prabumulih. Dia juga menambahla bahwa nilai-nilai budaya perlu dilestarikan sebagai identitas suatu bangsa. Dia berharap bahwa kegiatan-kegiatan serupa bisa dilanjutkan di masa mendatang.

Selesai acara pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi budaya dengan melibatkan tiga narasumber utama yakni Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Ibu Sri Lestariyati serta Ibu Titit Lestari. Ketiga narasumber tersebut membahas tentang perlunya melestarikan nilai-nilai budaya di tengah perubahan dan modernisasi.

Diskusi budaya oleh narasumber M. Rasyid, Sri Lestariyati, dan Titit Lestari, Foto. Firdaus

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan atraksi kesenian. Pada atraksi kesenian ini, masing-masing sekolah menunjukkan bakatnya lewat kesenian. Para peserta menampilkan kesenian daerah yang telah dikreasikan seperti tari, drama dan wayang serta menyanyi. Hal yang unik dari pertunjukan kesenian ini adalah bahwa kesenian tersebut menampilkan kekhasan budaya masing-masing daerah.

Penampilan kesenian SMA N.1 Bengkulu Selatan turut mengajak penonton, Foto. Firdaus

Sebagai informasi, Jejak Tradisi Daerah 2018 berlangsung selama empat hari berturut-turut dari 19-22 April 2018. Selama kegiatan tersebut, para peserta akan melakukan beberapa kegiatan yaitu Lomba Karya Tulis Ilmiah, Pertunjukan kesenian, Orasi Budaya, Observasi Budaya dan Diskusi. Setiap kegiatan dinilai oleh juri yang telah ditentukan untuk mendapatkan peserta terbaik dalam tiap kategori.

Gebyar Seni Budaya Multikultural Se-Indonesia Berlangsung Meriah

0

Pessel – Gebyar Seni Budaya Multikultural pada 15 April 2018 berlangsung meriah. Ribuan warga memadati panggung utama Pantai Carocok, sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan. Hal ini tidak lepas karena malam ini, tim BPNB akan melakukan pertunjukan kesenian dari masing-masing daerah.

Sambutan Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman

Acara pembukaan dimulai pukul 19.00 Wib. Hadir dalam pembukaan tersebut Bupati Pesisir Selatan, Sekda Kabupaten Pesisir Selatan, Ketua DPRD, OPD, Kepala BPNB Seluruh Indonesia. Acara dimulai dengan laporan panitia dari  Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan, selanjutnya sambutan Kepala BPNB Sumatera Barat Drs. Suarman dan pembukaan secara resmi oleh Bupati Pesisir Selatan H. Hendrajoni, S.H., M.H.

Bupati dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada BPNB Sumbar atas pemilihan Pesisir Selatan sebagai  lokasi pelaksanaan Gebyar Seni Budaya Multikultural. Menurut dia, bahwa kegiatan skala nasional umumnya diadakan di tingkat provinsi. Dia juga menekankan bahwa Pesisir Selatan ke depan akan selalu ambil bagian dalam kegiatan yang sama di tahun-tahun mendatang, dimanapun diadakan.

Setelah pembacaan laporan oleh ketua panitia, satu per satu tim kesenian menampilkan keseniannya. Dimulai dengan tim Aceh diwakili Sanggar Meurunoe Art menampilkan Pemulia Jame (Memuliakan Tamu) yaitu pengembangan dari tari tradisional Ranup Lampuan. Tari Pemulia Jame berarti memuliakan tamu dengan di sambut dan di sajikan ranup (sirih) dan makanan-makanan khas Aceh.

Setelah pembukaan, selanjutnya penyerahan plakat untuk Bupati oleh Bapak Kosasih, Kabag Hukum, Tata Laksana dan Kepegawaian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BPNB se Indonesia. Selanjutnya satu per satu tim kesenian tampil tanpa dijeda kegiatan lainnya

Pawai Pakaian Daerah Meriahkan Gebyar Seni Budaya Multikultural (2)

0
Pakaian daerah Sulsel, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menampilkan pakaian pria yaitu Surjan motif kembang. Biasanya digunakan pada acara adat: Surjan motif kembang secara adat merupakan pakaian khusus untuk raja. Surjan motif yang digunakan oleh selain raja adalah surjan motif lurik. Selain itu, ada juga pakaian wanita yang disebut dengan kebaya. Kebaya umumnya digunakan sebagai pakaian harian wanita Jawa.

Pakaian daerah Jogya, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat juga tidak ketinggalan, mereka mengenalkan pakaian Dayak Kanayant, yaitu pakaian yang biasa digunakan pada acara Acara adat dan pesta menyambut tamu.

Pakaian daerah Kalbar, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali mempergunakan pakaian adat modifikasi daerah kabupaten karangasem Bali yang sering digunakan untuk acara pernikahan. Ciri khasnya terletak pada hiasan kepala wanita menggunakan mahkota hiasan bunga Bali dan pria menggunakan destar atau udeng.

Pakaian daerah Bali, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara mengenakan pakaian adat  Suku mongondon yang berada di Kabupaten Balang Mangondon Raya Provinsi Sulawesi Utara. Pakaian suku Mongondon biasa digunakan untuk menjemput tamu kebesaran. Pakaian Mongondon pria disebut baniang, terdiri dari kain momerus, topi mogilenso, dan salimpalan. Sementara pakaian wanita disebut salu,  terdiri dari hanse, sunting kepala, bunga kepala.

Pakaian daerah Maluku, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku mengenalkan pakaian adat khas Maluku yang disebut dengan baju cele, yaitu pakain sehari-hari masyarakat Maluku Tengah, baju tutup rumah dari Maluku Tenggara, kebaya dansa untuk pria dan nona rok untuk wanita. Pakaian ini digunakan pada acara pesta orang Maluku Tengah dan biasa dipakai masyarakat kasta atau golongan atas. Sedangkan kain kebaya untuk wanita maluku tengah untuk semua kalangan sebagai pakaian pesta adat.

Pakaian daerah Papua, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua memperkenalkan kostum balada cenderawasih. Konstum ini biasa digunakan pada acara-acara adat. Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan mengenalkan pakaian adat Sulawesi Selatan yang disebut dengan “Ma’bulo Sibatang”. Mereka menghadirkan sekaligus busana empat suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Ke-empat etnis tersebut yaitu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Keempat etnis ini memberi sumbangsih pada keberagaman budaya yg ada. Keempat etnis ini memiliki ciri khas yang unik dan berbeda, termasuk busana, musik dan gerak tari yg pada kesempatan ini dihadirkan dalam pawai.

Pakaian daerah Sulsel

Sebelumnya ….

Pawai Pakaian Daerah Meriahkan Gebyar Seni Budaya Multikultural

0
Pakaian daerah Aceh, Foto. Firdaus

Pessel – Pawai pakaian daerah menampilkan beragam pakaian dari berbagai daerah di Indonesia. Pawai pakaian ini merupakan rangkaian kegiatan Gebyar Seni Budaya Multikultural. Kegiatan ini diadakan pada Minggu, 15 April 2018. BPNB mencoba mengenalkan kekayaan Indonesia lewat penampilan pakaian daerah. Tidak tanggung-tanggung, pakaian daerah tersebut dihadirkan 11 daerah yang ada Balai Pelestarian Nilai Budayanya.

Gebyar Seni Budaya Multikultural digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan HUT ke-70 tahun Kabupaten Pesisir. Kegiatan dilangsungkan di Panggung Utama pantai Carocok dengan beberapa bentuk kegiatan seperti pawai, pertunjukan seni dan maelo pukek. Rute pawai yang dilalui yakni dari Pantai Carocok hingga Kantor Bupati Pesisir Selatan. Acara pelepasan dilakukan oleh Wakil Gubernur Nasrul Abit. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, Ketua DPRD, OPD dan undangan.

Pawai budaya ini sesungguhnya diikuti oleh berbagai kelompok seperti marching band, BPNB dan Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. BPNB turut terlibat dalam kegiatan tersebut karena melihat pawai tersebut strategis untuk mengenalkan ragam budaya kepada masyarakat. Terbukti, masyarakat begitu antusias menyaksikan pawai tersebut. Lokasi acara penuh, apalagi sebagian peserta BPNB menyertai pawai tersebut dengan tarian. Hampir semua orang yang hadir tidak mau ketinggalan untuk tidak mengabadikan pawai tersebut.

Sesaat setelah pelepasan pawai oleh Wakil Gubernur Nasrul Abit, para peserta pawai mulai bergerak maju. Diawali dengan marching band anak Sekolah Dasar, lalu diikuti langsung dengan pawai tim BPNB. Setidaknya terdapat 11 pakaian daerah ditampilkan dalam pawai pakaian daerah. Semua dihadirkan dari seluruh wilayah kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya. Umumnya pakaian yang ditampilkan tersebut adalah pakaian mempelai. Warga yang menyaksikan kegiatan tersebut sangat antusias dengan memenuhi lokasi acara.

Balai Pelestarian Nilai Budaya ACEH menmpilkan Busana adat pengantin Aceh yang biasa digunakan pada acara perkawinan dan penyambutan tamu-tamu.

Pakaian daerah Aceh, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau menampilkan busana adat pengantin kreasi Kepulauan Riau yang diberi nama bujang dan dara. Pakaian ini biasanya digunakan pada acara perkawinan dan penyambutan tamu-tamu.

Pakaian daerah Kepri, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat memakai baju anak daro jo marapulai. Pakaian ini biasanya digunakan untuk pesta penikahan (baralek). Dipakai saat basandiang dan arak-arakan babako.

Pakaian daerah Sumbar, Foto. Firdaus

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat juga menampilkan pakaian pria dengan nama Pangsi hitam, dengan iket kepala. Biasanya digunakan pada Acara adat Sunda Nama-nama Pakaian wanita, kebaya Sunda dengan kain sinjang. Biasanya digunakan pada acara acara adat atau acara resmi, misalnya hajatan pernikahan, khitanan, dll.

Pakaian daerah Jabar, Foto. Firdaus

selanjutnya…

Gebyar Seni dan Budaya Multikultural se-Indonesia Siap Digelar

0

Pessel – Gebyar Seni dan Budaya Multikultural se-Indonesia siap digelar. Segala persiapan sudah dimatangkan, mulai dari tata panggung, lighting,  tenda-tenda serta stand-stand pameran. Para pekerja tinggal mengerjakan finalisasi untuk segala sesuatunya siap digunakan pada saat pagelaran. Tim kesenian dari BPNB-BPNB se-Indonesia juga sudah berdatangan. Hanya beberapa yang belum tiba di Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut pengamatan kami, berbagai persiapan memang sedang dikerjakan. Para pekerja di berbagai tempat sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya masing-masing. Gerimis yang sedang melanda pantai carocok tidak menyurutkan semangat para pekerja untuk menyelesaikan dan memastikan bahwa segala sesuatunya siap digunakan besok saat pembukaan.

Di tempat lain panitia gebyar seni dan budaya juga sedang sibuk menyelesaikan berbagai pekerjaan yang harus diselesaikan. Mulai dari menyambut tamu yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, mengurusi penginapan peserta, konsumsi peserta serta pematangan teknis pelaksanaan kegiatan, dan berbagai pekerjaan yang dirasa penting. Hingga berita ini ditulis, tinggal satu tim BPNB yang belum tiba di Padang.

Sebagaimana direncanakan, Gebyar Seni Dan Budaya Multikultural akan dilaksanakan pada Minggu-Sabtu, 15-21 April 2018. Rencananya kegiatan ini akan dibuka secara langsung oleh Bupati Pesisir Selatan H. Hendrajoni, SH, MH. Selama sepekan penuh, berbagai acara akan digelar seperti pawai budaya multikultural, pagelaran kesenian baik yang tradisioanal maupun yang kreasi, pertunjukan maelo pukek, serta pameran.

Sebanyak 11 Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) se-Indonesia akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka terlibat dalam pawai budaya serta pertunjukan kesenian. Masing-masing BPNB akan menampilkan pakaian tradisional daerah masing-masing dalam pawai. Selain itu, mereka juga membawa sanggar-sanggar seni yang akan membawakan kesenian khas daerah masing-masing.

Selain 11 BPNB, beberapa Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayan juga turut terlibat dalam pameran. Beberapa UPT tersebut adalah BPNB Sumatera Barat, BPCB Sumatera Barat, Museum Sumpah Pemuda, Balai Arkeologi Medan, Balai Bahasa Sumatera Barat dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.(FM)

Daftar Peserta Jetrada 2018 yang Lolos Seleksi

0

Padang – Setelah melalui seleksi yang ketat oleh juri, maka ditetapkan 36 siswa/siswi lolos jadi peserta Jetrada 2018. Ke-36 siswa ini selanjutnya akan diundang untuk mengikuti kegiatan Jetrada di Prabumulih, 19-22 April 2018. Sementara untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan akan diinformasikan kemudian.

Adapun kriteria penilaian terdiri dari tiga kategori utama yakni struktur tulisan, struktur kebahasaan dan keaslian tulisan. Secara terperinci untuk kategori struktur tulisan dinilai mulai dari pendahuluan, pembahasan dan penutup. Kategori struktur kebahasaan terdiri dari kepaduan, sistematika dan efektifitas bahasa. Sementara kategori keaslian tulisan dicek melalui Plagiarism SE Tools.

Penilaian dilakukan oleh juri dari peneliti BPNB Sumatera Barat dan akademisi dari Universitas Sriwijaya. Berikut peserta yang dinyatakan lolos seleksi:

DAFTAR NAMA PESERTA JEJAK TRADISI DAERAH 2018

No. Urut Nama Siswa Asal Sekolah Judul Makalah
1 Ainur Rahma Hidayati SMA N.4 Palembang Gambaran Kehidupan Masyarakat Pasemah Berdasarkan Arca-Arca Megalit Koleksi Museum Balaputra Dewa Palembang
2 Anastasia Intan Prameswari SMA Xaverius Curup Gotong Royong Sebagai Warisan Budaya
3 Angelisa Putri SMA N.16 PADANG Beberapa Aspek Kehidupan Adat Minangkabau dalam Pembentukan Karakter
4 Annisa Firnanda SMA N.1 Bengkulu Selatan Tradisi Pantauan sebagai Bentuk Pluralisme antar Dua Suku di Desa Lawang Agung Kecamatan Kedurang Bengkulu Selatan
5 Athara Muhammadi Akbar SMA N.18 Palembang Melestarikan Pantun Lama Yang Hampir Punah di Indonesia
6 Dafid Alfareski SMA N.15 Padang Beragam tapi Bersatu
7 Dera Mayang Tifany SMA N.5 Palembang Bahasa Isyarat sebagai Media Interaksi Abadi
8 Dhiyarunnisa Shabrina SMA N.15 Padang Kearifan Masyarakat dalam Pendidikan Karakter
9 Difaf Athiyah Zhabiyan SMA N.2 Palembang Gotong Royong sebagai Wujud Toleransi
10 Diva Putri Ananti SMA N.1 Bengkulu Selatan Preservasi Tradisi Nujuhlikur yang Mendorong Masyarakat Bengkulu untuk Saling Bergotong royong dan Hubungannya dengan Sosial Budaya
11 Elya Lucita SMA N.1 Rejang Lebong Kearifan dalam Tradisi Lisan
12 Fajar Bina Pratama SMA N.16 Padang Keberagaman dan Persatuan dalam Masyarakat Minangkabau
13 Insani Amir Gatmir SMA N.18 Palembang Tawuran Antar Pelajar
14 Jennie Laksmi Syahirah SMA N.1 Prabumulih Tradisi Kebudayaan Nugal dan Ngetam Padi di Daerah Prabumulih
15 Jesica Salsabila SMA N.1 Rejang Lebong Media Komunikasi Tradisional
16 Junita Citra Ayu Chania SMA N.15 Padang Kearifan dalam Tradisi Lisan
17 M. Faturrohman SMA N.7 Prabumulih Mengembangkan Gotong – royong untuk Mewujudkan Toleransi
18 Marisa Tjikasari SMA Xaverius Curup Keterkaitan Antara Kearifan Lokal Pada Setiap Individu Dalam Perkembangan Tradisi Lisan
19 Miftahul Khoiri Islami SMA N.5 Prabumulih Media Komunikasi Tradisional Dengan Adat Rukok Panjang Dari Tanah Rambang
20 Monica Kostaria Cahyani SMA Xaverius Curup Kebudayaan Gotong-Royong Dilestarikan Guna Mewujudkan Sebuah Karakteristik Siswa-Siswi Menjadi Lebih Baik
21 Muhammad Rafli Dzaky SMA N.18 Palembang Implementasi Nilai Gotong Royong untuk Menumbuhkan Sikap Toleransi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
22 Nadia Putri Salsabila SMA N.5 Palembang Dampak Perkembangan Modernisasi Dalam Aspek Bahasa Asing Terhadap Bahasa Daerah
23 Nelvin Alca Pratama SMA N.6 Prabumulih Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan
24 Pelia Ataza SMA N.4 Palembang Nilai Kearifan Lokal Dalam Songket Tradisional Nago Besaung
25 Putra Wahyu Pratama SMA N.2 Prabumulih kearifan lisan dalam tradisi adat pernikahan di kota Prabumulih
26 Rebi Ramadana Putra SMA N.15 Padang Gotong Royong sebagai Wujud Toleransi
27 Reizi Fiqriansyah SMA N.1 Bengkulu Selatan Upaya Meningkatkan Karakter Bangsa Melalui Tradisi Adat Beijau Adiak Sanak Di Kabupaten Bengkulu Selatan
28 Silfani Putri SMA N.16 Padang Media Komunikasi Tradisional
29 Sonya Ainurrohmah SMA N.1 Bengkulu Selatan Eksistensi Budaya Gegerit sebagai Kearifan Lokal Suku Serawai Di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Hubungannya Dengan Nilai Sosial Kemasyarakatan
30 Syafira Tri Melinda Sari SMA N.1 Rejang Lebong Beragam tapi Satu
31 Syazwina Amanda Firzani SMA Xaverius Curup Gotong Royong yang Baik Mampu Menciptakan Persatuan Dan Kesatuan Sebagai Modal Utama untuk Meningkatan Kedamaian
32 Tias Cahyani SMA N.2 Palembang Kearifan Tradisi Lisan dalam Perkembangan Arus Globalisasi
33 Topan Rivaldo SMA N.16 Padang Gotong Royong sebagai Wujud Toleransi
34 Tri Okta Lia SMA N.4 Prabumulih Bersatunya Keanekaragaman Bangsa Indonesia
35 Tubagus Rizky Sunandar SMA N.2 Palembang Keberagaman yang Ada Di Indonesia
36 Vaniza Diniarti SMA N.2 Prabumulih Pentingnya Karakter dan Kepribadian Yang Baik bagi Generasi Muda Kota Prabumulih

 

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi panitia melalui WA. 081272189539.

BPNB Sumbar dan Pemda Pessel Gelar Gebyar Seni Budaya Multikultural se Indonesia

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat yang merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayan Kabupaten Pesisir selatan akan mengelar kegiatan yang bertajuk Gebyar Seni Budaya Multikultural se Indonesia dalam rangka Sumarak Pesisir Selatan Tahun 2018. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 14-21 April 2018 di Pantai Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Kepala BPNB Suamatera Barat Drs. Suarman didampingi Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, Hariadi, SS, MA. Menjelaskan bahwa kegiatan ini sebagai upaya menegaskan kebhinekaan untuk memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. melalui kegiatan ini diharapkan terbangun saling pengertian dan harga menghargai antara suku bangsa yang ada di Indonesia.  Rangkaian kegiatan Gebyar Seni Budaya Multikultural se Indonesia ini terdiri dari pameran, pertunjukan kesenian, pawai budaya,  maelo pukek, dan tradisi malamang.

Kegiatan pameran multikultural akan berlangsung dari tanggal 15 s/d 21 April 2018. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 s/d 21.00 WIB di Pantai Carocok. Lembaga yang akan ambil bagian dalam kegiatan ini adalah BPNB Sumatera Barat, Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, Museum Sumpah Pemuda dari Jakarta, Balai Arkeologi Sumatera Utara, Balai Bahasa Sumatera Barat, dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi dari Jakarta. Setiap peserta pameran akan menampilkan display yang menonjolkan sisi multikultural Indonesia.

Pawai budaya dilaksanakan pada tanggal 15 April 2018 mulai pukul 11.00 Wib yang akan  diikuti seluruh perwakilan kecamatan di Kabupaten  Pesisir Selatan dan perwakilan BPNB dari seluruh Indonesia.

Para peserta kegiatan Gebyar Seni Budaya Multikultural se Indonesia yang datang dari berbagai penjuru tanah air akan disuguhi  pertunjukan dan terlibat langsung  pada acara Maelo Pukek  dan tradisi malamang. Kegiatan ini akan dilaksanakan  tanggal 16 April 2018 dimulai pukul 07.00 s/d 12.00 WIB di Pantai Sago Pesisir Selatan.

Kegiatan yang akan menampilkan atraksi kesenian dari berbagai daerah  di Indonesia diyakini akan menarik minat banyak penonton. Pertujunkan kesenian akan dilaksanakan pada tanggal 15 April 2018 yang akan menampilkan kesenian tari tradisi dan 16 April 2018 akan menampilkan kesenian tari kreasi. Kegiatan ini dimulai pukul 19.00 WIB bertempat di Panggung Utama Pantai Carocok.

Sebanyak 11 Tim kesenian yang akan tampil merupakan utusan dari kantor BPNB di Indonesia yaitu  Sanggar Seni San Alida utusan BPNB Sumatera Barat, Sanggar Meurunoe utusan BPNB Aceh, Sanggar Seni Megat utusan BPNB Kepulauan Riau, Sanggar Dwi Arta utusan BPNB Jawa Barat, Bale Seni Wasana Nugraha utusan BPNB D.I Yogyakarta, Sanggar Simpor utusan BPNB Kalimantan Barat, Sanggar Supraba Eka Duta utusan BPNB Bali, Sanggar Bolong Ringgi utusan BPNB Sulawesi Selatan, Sanggar Tiara Fitrah utusan BPNB Sulawesi Utara, Sanggar Serafim utusan BPNB Maluku, dan Sanggar Ostari BPNB Papua.

Kontributor: Hariadi

Lawatan Sejarah Daerah 2018

0

Padang – Lawatan Sejarah Daerah (LASEDA) 2018 di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat telah selesai dilaksanakan. Acara berlangsung selama tiga hari yakni pada 2 – 5 April 2018 di Kabupaten Pesisir Selatan. 45 orang peserta laseda dari berbagai sekolah di tiga wilayah kerja ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut juga telah meghasilkan tiga orang peserta terbaik.

Bentuk kegiatan laseda 2018 diantaranya melakukan kunjungan ke obyek-obyek sejarah. Beberapa obyek yang dikunjungi antara lain rumah gadang Mande Rubiah, yang berada di kecamatan Lunang kabupaten pesisir Selatan. Objek-objek bersejarah lain yang turut dikunjungi antara lain makam Cinduo Mato yang berjarak kurang lebih 200 meter dari rumah gadang Mande Rubiah. Selain itu peserta juga diajak berkunjung ke komplek makam Bundo kandung serta kunjungan ke Indra pura.

Dalam setiap kunjungan ke objek-objek bersejarah, peserta laseda selalu disambut dengan tari galombang, tarian dan silat tradisional. Peserta juga senantiasa diajak untuk berdiskusi menambah wawasan peserta tentang sejarah lokal. Selain itu para peserta juga dikenalkan peralatan-peralatan pakaian, senjata tradisional yang masih dipelihara.

Kunjungan ke rumah gadang mande Rubiah misalnya, para peserta diajak beramah tamah bersama keluarga besar Mande Rubiah yang merupakan keturunan ke tujuh mande Rubiah. Ramah tamah juga disertai dengan kegiatan diskusi mengenai asal usul Mande Rubiah. Dari diskusi tersebut para peserta akhirnya mengetahui bahwa Mande Rubiah tersebut memiliki kaitan erat dengan kerajaan Pagaruyung.

Di indrapura para peserta diajak untuk melihat salah satu bukti kejayaan maritim di pessel yaitu peninggalan bandar X. Bandar ini merupakan bekas dermaga dan gudang penyimpanan garam yang sebagian bangunannya saat ini menjadi tempat bermain bola bagi pemuda sekitar. Sementara di Kambang, peserta dibawa mengunjungi mesjid Al imam, salah satu bukti masuknya pengaruh Islam di Kabupaten Pesisir Selatan.

Selain kunjungan ke obyek bersejarah, kegiatan lawatan sejarah juga melaksanakan pentas seni. Pentas seni merupakan wadah para peserta laseda menampilkan kemampuan seninya. Kegiatan ini dilaksanakan seluruh peserta pada malam hari. Masyarakat setempat sangat antusias menyaksikan pentas seni tersebut dengan tumpah ruahnya membanjiri pelataran rumah gadang Mande Rubiah.

Bentuk kegiatan lain adalah observasi di rumah gadang Mande Rubiah. Para peserta dalam observasi ini diminta untuk melihat benda-benda pusaka yang masih tersimpan dalam rumah tersebut. Beberapa benda-benda pusaka peninggalan keluarga yang masih tersimpah seperti senjata dan alat-alat rumah tangga. Dalam observasi ini, para peserta didampingi pemandu, salah seorang keturunan Mande Rubiah yang memberikan informasi tentang sejarah Mande Rubiah dan rumah gadangnya.

Selesai rangkaian kegiatan, para peserta diajak mendiskusikan kondisi objek sejarah  setempat untuk menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah terkait pelestariannya. Selanjutnya peserta diajak berkunjung ke Painan, dan Pulau Cingkuk di Pantai Carocok. Kegiatan di pulau diawali dengan pengenalan situs cagar budaya yang ada, presentasi dan diskusi makalah finalis terpilih.

Acara berakhir dengan penutupan acara laseda yang dihadiri oleh sekretaris dinas pendidikan dan kebudayaan Pessel, Kabid kebudayaan dan pemerhati sejarah pessel. Pada acara penutupan ini para peserta terbaik juga turut diumumkan. Tiga orang peserta berhasil menjadi yang terbaik yakni Fathur Rahman, M. Zaky Nugraha dan Ketut Agil PS. (FM)

Kontributor: Rahma Dona

Jejak Tradisi Daerah Digelar 19–22 April 2018

0

Padang  – Jejak Tradisi Daerah/ Jetrada 2018 akan digelar pada Kamis-Minggu, 19 – 22 April 2018. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Balai Adat Dusun Gunung Kemala, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Pemilihan waktu ini berbarengan dengan pelaksanaan sedekah dusun masyarakat setempat yang akan dilaksanakan pada 21 April 2018. Sebanyak 45 orang peserta dari tiga wilayah kerja BPNB Sumatera Barat yakni Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan akan hadir dalam kegiatan tersebut.

Jetrada merupakan sebuah kegiatan internalisasi nilai budaya yang menyasar generasi muda khususnya peserta didik. Tujuan kegiatan ini penting tidak hanya sebagai pengenalan tapi utamanya pembentukan karakter dan identitas bangsa.

Jetrada 2018 akan diikuti 45 siswa dan guru SMA/Sederajat. Keseluruhan peserta berasal dari 15 SMA di tiga wilayah kerja. Secara rinci peserta tersebut terdiri dari 10 orang dari Sumatera Barat, 10 Orang dari Bengkulu dan 25 orang dari Sumatera Selatan.

Untuk menjadi peserta Jetrada 2018, terlebih dahulu siswa-siswi diundang mengikuti seleksi karya tulis ilmiah. Dari keseluruhan yang mengirim karya ilmiah, 45 peserta terbaik diikutkan dalam pelaksanaan Jetrada. 10 peserta terbaik  dari total 45 peserta tersebut juga diminta mempresentasikan karya tulisnya di depan juri. Dari 10 siswa yang presentasi, juri akan memutuskan peserta terbaik dan selanjutnya diberi apresiasi. Selain presentasi, keseluruhan siswa juga diminta untuk menampilkan kesenian tradisional khas daerah masing-masing.

Sementara itu, dari 45 peserta tersebut terdapat sembilan orang guru pendamping. Guru-guru pendamping ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan orasi budaya yang bertemakan ‘peran guru dalam pelestarian budaya di sekolah’. Orasi budaya ini akan disampaikan selama 10 menit di depan siswa dan juga juri. Orasi terbaik juga diberikan apresiasi oleh panitia.

Salah satu yang menarik dari kegiatan ini adalah bahwa seluruh peserta akan diinapkan di rumah-rumah penduduk. Tujuan diinapkan tersebut untuk mengenalkan kehidupan sosial budaya masyarakat kepada anak-anak. Di rumah penginapan, mereka akan merasakan bagaimana masyarakat setempat tinggal dan menjalani keseharian  dalam tradisi mereka. Peserta juga akan makan sesuai dengan apa yang dimakan oleh penduduk setempat.

Selain itu, pada kesempatan Jetrada kali ini, para peserta akan menyaksikan secara langsung ritual masyarakat Prabumulih khususnya Dusun Gunung Kemala yang masih dipertahankan hingga kini. Ritual tersebut disebut dengan sedekah dusun yakni ritual ucapan syukur kepada sang pencipta atas panen yang mereka peroleh pada musim yang baru selesai.(FM)