Liyangan, Situs di Sekitar Kali Langit, Tertimbun Aliran Piroklastik Gunung Sindoro

0
2203
Situs Liyangan-Temanggung
Situs Liyangan. Difoto pada 29 Januari 2016.

Kegiatan terpadu Kajian Pelestarian Situs Liyangan yang dilaksanakan pada 2 hingga 11 November 2015 lalu menghasilkan informasi terbaru terkait upaya pelestarian Situs Liyangan. Situs ini kali pertama ditemukan berupa berupa talud tebing, yoni, arca, dan batu-batu candi pada 2008 oleh salah seorang penambang pasir.

Liyangan menjadi salah satu situs yang paling sering diekspose di media baik cetak maupun elektronik. Pemberitaan mengenai Situs Liyangan ini dapat dilacak melalui situs pencari, dengan kata kunci Liangan atau Liyangan. Pemberitaan di media mengenai Situs Liyangan ini seiring dengan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta mulai dari 2009 hingga Mei 2015. Selain menghasilkan laporan, penelitian yang dilakukan Balar Yogyakarta menjadi berita media lokal dan nasional, termasuk media online di Internet.

Selain Balai Arkeologi Yogyakarta, upaya pelestarian situs ini dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dengan menempatkan juru pelihara dan pembebasan lahan situs seluas 15889 m2.  Pemberitaan di media tersebut, berdampak pada rasa ingin tahu masyarakat tentang Liyangan dan mendorong mereka untuk berkunjung ke Liyangan. Hasil kunjungan tersebut, beberapa di antaranya ditindaklanjuti oleh pengunjung dengan menuliskannya di blog. Oleh karena itu, cukup mudah untuk menemukan tulisan tentang Liyangan di berbagai blog di internet.

Pelestarian di Situs Liyangan merupakan merupakan prioritas utama, dengan menitikeratkan pada aspek pelindungan. Mengingat luas area situs dan karakteristik permasalahannya, maka upaya pelindungan difokuskan lagi pada aspek keruangan. Termasuk lingkungan, arsitektural serta material tinggalan arkeologi. Tahapannya adalah dengan melakukan kajian delineasi, kajian konservasi, dan kajian studi teknis pemugaran. Sementara karakter Situs Liyangan, yang juga merefleksikan kebencanaan dan mitigasi bencana, menjadi dasar dilakukannya kajian pendirian museum sebagai bagian dari kajian pelestarian Situs Liyangan. Kajian ini menjadi langkah awal dalam pendirian museum kebencanaan di Liyangan.

Selain empat kajian tersebut, dilakukan pula kajian teknis adminisitratif, yang terkait dengan penyusunan draft SOP untuk setiap masing-masing kajian. Kajian ini dikhususkan untuk menghasilkan SOP kajian delineasi, studi teknis pemugaran, dan konservasi. SOP yang dihasilkan dari kegiatan ini ditujukan untuk menjadi panduan standar dalam kegiatan pelestarian Cagar Budaya di lingkup Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM). Dalam kegiatan ini, dilakukan pula pendokumentasian dengan pemindaian 3 Dimensi (3D Laser Scanning) dan dokumentasi Aerial Drone, sebagai bagian dari proses perekaman data, yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan sistem pendokumentasian dan manajemen informasi. Rangkaian kegiatan tersebut digunakan sebagai salah satu usaha pelestarian dan pemeliharaan obyek Cagar Budaya di Situs Liyangan.

Kajian tim delineasi mengungkap fakta baru mengenai luasan area situs yang perlu dilindungi. Bertambahnya luasan area situs ini mengacu pada sebaran tinggalan arkeologi serta faktor potensi ancaman terhadap situs dan potensi pelestarian. Dari hasil kajian delineasi situs Liyangan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

  1. Situs Liyangan menempati dua desa yaitu Desa Purbosari dan Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung yang membentang dari arah barat daya ke arah timur laut sepanjang ± 1 Km yang dipisahkan oleh Sungai Kaki Langit. Situs tersebut berada di atas aliran piroklastik, awan panas, lahar dingin, lahar panas dan aliran lava dari gunung sindoro dan tertimbun kembali akibat erupsi Gunung Sindoro;
  2. Dari hasil penelusuran pustaka menyebutkan bahwa Situs Liyangan merupakan lokasi hunian sebelum kerajaan mataram kuno atau periode awal mataram kuno, hal ini dapat dilihat dari temuan profil pada kaki candi yang menggambarkan langgam Jawa Tengah Abad 8 sampai dengan 10 M.
  3. Potensi arkeologi yang ditemukan baik dari hasil survei permukaan maupun data dari ekskavasi penelitian yang dilakukan Balar DIY dan ekskavasi penyelamatan oleh BPCB Jawa Tengah yang dilakukan pada 2009 sampai dengan 2015, ditemukan arang dari bambu dan kayu bangunan dari hasil pertanggalan/dating menggunakan analisis C14 menunjukkan abad 6 sampai dengan 10 M. Kemudian temuan keramik asing yang ditemukan dari hasil analisis berasal dari Dinasti Tang abad ke-9 M. Selanjutnya temuan rangka manusia berdasarkan hasil analisis merujuk abad ke-8 sampai ke-10 M.
  4. Eksisting temuan arkeologis berdasarkan hasil survei permukaan dan ekskavasi ditemukan Candi, batur, pagar candi, jalan batu kuno (boulder), talud, tebing, petirtaan, waltilan, yoni, sebaran balok batu candi, sebaran fragmen keramik dan sebaran fragmen gerabah (tembikar);
  5. Potensi Ancaman Situs Liyangan diperoleh dari hasil geologi yang telah dilakukan pada Situs Liyangan yang dilakukan oleh geolog dari BPPTK Yogyakarta dan Geolog dari Pusat Arkeologi Nasional diperoleh kesimpulan bahwa:
    • Materi vulkanik Gunung Sindoro adalah faktor utama yang mengubur permukiman Liyangan kuno;
    • Berdasarkan data statigrafi geologi Gunung Api Sindoro, endapan jatuhan piroklastik berselang-seling dengan lava dan aliran piroklastik, hal ini mencerminkan bahwa setiap kali Gunung Sindoro meletus selalu menghasilkan endapan jatuhan piroklastik;
    • Endapan pada bagian bawah pada Situs Liyangan adalah berupa endapan jatuhan piroklastik yang tak teruraikan dengan penyebaran yang sangat luas, hampir 75 persen menutupi tubuh gunung sindoro;
    • Potensi bencana meliputi gempa vulkanik yang menghasilkan aliran piroklastik, awan panas, lahar dingin, lahar panas, dan aliran lava; dan
    • Bencana yang melanda situs Liyangan dari tringkat rendah, sedang hingga tingkat tinggi (berat); Erupsi Gunung Sindoro menyebabkan situs Liyangan terkubur, oleh aliran piroklastik bercampur dengan awan panas dan aliran lava yang terus berlangsung yang disusul dengan aliran lahar dingin dan membentuk sungai kaki langit yang akhirnya memisahkan bangunan-bangunan awalnya satu kesatuan;
  6. Kemudian berdasarkan pengamatan dan analisis data tentang potensi dan tingkat keterancaman situs, diperoleh data faktor penyebabnya adalah faktor alam dan faktor manusia yaitu aktivitas penambangan pasir, batuan dan tanah pada lokasi situs; pencurian temuan lepas, tanah longsor, banjir yang dapat menyebabkan transformasi temuan, aktivitas perkebunan yang dapat menyebabkan kerusakan adan perpindahan temuan, vandalisme, pelapukan dan kerusakan, angin topan, banjir, dan tanah longsor.
  7. Luas Zona Inti adalah 81.200 M2 atau 8,12 Ha, Luas Zona Penyangga adalah 164.20 M2 atau 16,42 Ha. Maka area delineasi Situs Liyangan adalah 243.600 M2 atau 24,36 Ha. Luas Lahan yang dibebaskan oleh Pemda 5.565 M2 dan BPCB Jateng 15. 889 M2. Keseluruhan lahan yang telah dibebaskan adalah 21.464 M2 atau 2,14 Ha. Rencana pembebasan lahan oleh BPCB Jawa Tengah adalah 10.370 M2 atau 0.001 Ha. Maka lahan zona inti maupun zona penyangga di dalam delineasi pelindungan Situs Liyangan yang belum di bebaskan adalah 222.136 M2 atau 22.21 Ha. (Albert&Tim)