Samosir
Pulau Samosir diyakini sebagai daerah asal orang Batak. Di pulau ini terdapat desa tradisional yang masih asri. Di pulau ini pula terdapat peninggalan zaman purbakala berupa kubur batu.
Pulau Samosir menyimpan beragam keindahan mulai dari pemandangan alam, kebudayaan lokal, hingga peninggalan dan kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Samosir menyimpan peninggalan sejarah terutama tentang suku Batak yang masih menarik untuk diteliti. Tinggalan megalitik di pulau ini berupa pemakaman raja Sidabutar, batu persidangan Sialagan, sarkofagus di Tomok, tempayan kubur batu di Ambarita, kubur batu, meja-kursi batu, lesung batu, dan batu dakon merupakan bukti peninggalan sejarah pada zaman megalitikum di tanah batak.
Morfologi sarkofagus yang digunakan di wilayah Tomok ini berbentuk empat persegi panjang dan pada bagian atasnya melebar, berbentuk menyerupai kapal (solu Bolon) sebagai perlambang wahana si mati yang digunakan menuju alam arwah. Tradisi Megalitik Tomok sangat berkaitan dengan penghormatan terhadap leluhur. Masyarakat Batak Toba percaya adanya konsep roh, dan adanya kehidupan setelah mati. Adanya perjalanan roh ke alam arwah, dan juga adanya penghormatan terhadap leluhur. Hal itu teridentifikasi dalam berbagai wadah kubur, patung-patung, dan tinggalan megalitik lainnya.
Figur Monster
Bagian wadah sarkofagus di Tomok, terutama di makam Sidabutar, mempunyai lubang yang digunakan sebagai tempat menyimpan tulang. Di bagian wadah sering dihias dengan pahatan figur, terutama di bagian depan atas, dengan kesan menonjol dan menakutkan. Penggambaran monster tersebut merupakan simbol tokoh penolak bala dari pengaruh buruk dan jahat yang datang.
Di bawah pahatan figur monster tersebut dipahatkan figur tokoh pada posisi yang bervariasi. Figur tersebut digambarkan jelas gender, laki-laki atau perempuan, namun tidak tidak diperlihatkan alat kelaminnya atau sengaja ditutupi. Pada bagian belakang atas sering dipahatkan figur tokoh atau hiasan tertentu. Pahatan di bagian belakang tersebut berada di bagian tutup sarkofagus tersebut. Figur-figur tokoh yang dipahatkan pada sarkofagus tersebut merupakan gambaran orang-orang yang terdekat dari si mati.
Sarkofagus itu diletakan dengan mengahadap ke arah Gunung Pusuk Buhit atau Danau Toba. Arah hadap yang seperti ini kemungkinan didasarkan pada kepercayaan mereka, bahwa gunung merupakan tempat suci tempat para arwah tinggal.
Schreiner mengungkapkan bahwa di megalit-megalit di Sumatera pada umumnya terbatas pada sarkofagus, tempat abu jenasah dari batu, dan patung. Megalit-megalit tersebut tidak menunjukkan keseluruhan budaya suku, tetapi budaya megalitik yang telah mengalami perkembangan yang lebih tinggi. Tidak ada bangunan batu di Nusantara yang dipatungkan dengan seni semacam itu, dan kecakapan arsitektur seperti yang ditemukan di Samosir.
Keberadaan sarkofagus Samosir yang berciri khas ini tentunya dibuat dengan memanfaatkan teknologi pahat batu yang cukup maju. Patung-patung itu tampak sudah memiliki garis-garis kontur yang begitu dinamis. Untuk dapat menghasilkan artefak-artefak patung seperti itu tentunya membutuhkan mata pahat yang bukan sekadar terbuat dari batu api saja. Akan tetapi pahat bermata logam yang sangat memungkinkan untuk itu. (Regina Yofani-Sub Direktorat Registrasi Nasional)