Inskripsi atau prasasti (praśāsti) merupakan pertulisan yang dipahatkan pada benda keras seperti batu atau logam. Di dalam inskripsi Jawa Kuna kadang-kadang disebutkan ada tiga jenis inksripsi berdasarkan bahannya, yaitu inskripsi batu (upala praśāsti), inskripsi tembaga (tamra praśāsti) dan inskripsi pada daun lontar (ripta praśāsti)[1]. Di samping itu terdapat pula inskripsi-inskripsi yang dipahatkan pada benda-benda lain[2]. Prasasti merupakan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh seorang raja atau pejabat tinggi kerajaan. Dengan demikian prasasti mempunyai kedudukan dan peranan tertentu di dalam kehidupan masyarakat pada masa lampau sehingga kadang-kadang dianggap sebagai benda sakral dan tidak jarang prasasti-prasasti itu diberi sebutan “Sang Hyang” (sang hyang ājñā haji praśāsti). Dari seluruh zaman perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha kita mewarisi peninggalan tradisi budaya tulis ini dalam jumlah yang cukup banyak dan beraneka ragam, baik bentuk dan jenisnya, maupun isinya. Di samping maklumat resmi raja, yang tepat dinamai “prasasti”, terdapat pula jenis-jenis inskripsi lain, seperti tulisan angka tahun, kalimat kronogram, maupun kode-kode adegan relief, yang dapat dituliskan pada bagian-bagian tertentu candi atau arca. Di samping itu terdapat pula tulisan-tulisan dalam lembaran logam yang ditemukan di dalam dinding atau lantai candi, ataupun di dalam rongga arca perunggu. Ada pula inskripsi yang berisi ajaran agama (Buddha khususnya) yang tercantum dalam benda-benda kecil terbuat dari terakota.

[1] Di dalam inskripsi biasanya disebutkan dengan kalimat “tĕlas inurat umuńgwi salah siki niń tamra ripta upala“.

[2] Sebagai contoh inskripsi yang dipahatkan paca acra batu dapat disebutkan misalnya: Inskripsi Dharmāśraya dari Raja Kertanagara tahun 1208 Saka (=1286 Masehi) yang dituliskan pada lapik arca Amoghapāśa yang dikirimkankepada Raja Malayu Mauliwarmadewa (lihat: N.J. Krom, “Een Sumatraansche inscriptie van Koning Kŗtanagara”, VMKAWL, 5e Serie, dl. II, 1916: 306–339), dan inskripsi dari Raja Malayu Adityawarman tahun 1268 Saka (=1347 Masehi) yang dipahatkan pada bagian belakang arca Amoghapāśa tersebut (lihat: H. Kern, “De wij-insciptie op het Amoghapaça-beeld van Padang Candi (Midden-Sumatra); 1269 Çāka”, Verspereide Geschriften, VII, 1917: 163–175).

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia Jilid II.