Prasasti di Kampung Pahat

Di Kampung Pahat, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sanggau, sekitar 400 kilometer dari Pontianak ditemukan satu prasasti yang dituliskan di atas batu besar yang diratakan. Batu itu berukuran 5.70 x 3.46 meter dihias dengan relief 7 stupa dengan chattra (payung) bersusun 13. Relief stupa itu tidak sama, yang terbesar berukuran 2.45 meter dan terkecil berukuran 1.55 meter. Di bagian tengah deretan stupa itu ada satu relief berbentuk seperti gada (?). Di bagian bawah relief stupa ada sederetan aksara Pallawa.

ye‑te mantra

Menurut Chhabra[1] aksara Pallawa itu lebih muda dari prasasti Yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur dan belum bisa dibaca. M.M. Soekarto K. Atmodjo[2] menyebutkan bahwa aksara yang ada di bawah relief stupa itu merupakan mantra agama Buddha (ye‑te mantra). Jenis mantra seperti itu dijumpai juga di beberapa daerah di Indonesia seperti di Borobudur dan Bali. Selain ye‑te mantra, ada juga kata jeya, wijaya, dan posya masa sake 578 (bulan posya tahun 578 Saka). Menurut Wolters[3], berdasarkan berita Cina, di Kalimantan Barat Daya pada abad ke‑7  pernah ada kerajaan Wijayapura.

Sementara itu, di tepi sungai Sekayan, anak sungai Kapuas Sanggau, ada satu prasasti yang dipahatkan di atas batu berukuran 7 x 1.02 meter. Prasasti itu hanya terdiri dari satu baris aksara yang panjangnya sekitar 2 meter terdiri atas 8 atau 9 aksara dan gambar ikan (?). H. Kern[4] belum berhasil membacanya. Sedang, Soekarto[5] menduga prasasti Batu Simpai itu berbunyi sri bhupati tirthayatra.

[1]    B.Ch.Chhabra, “Expansion of Indo-Aryan Culture during the Pallawa rule”, JASB, 33, 1935; “Three more Yupa inscriptions of King Mulawarman from Kutei (E.Borneo)”, JGIS, XII, 1945:14-39, dicetak ulang dalam TBG, LXXXIII, 1949:370-374.

[2]    M.M. Soekarto K. Atmodjo,  “Beberapa Temuan Prasasti Baru di Indonesia” ,1994.

[3]    O.W. Wolters

[4]    H. Kern VG.VII, 1917.

[5]    M.M. Soekarto K. Atmodjo,  “Beberapa …..” ,1994.

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)