Potensi Arkeologis di Situs Kota Cina

0
4552
Arca Buddha yang ditemukan di Situs Kota Ciha.
Arca Buddha yang ditemukan di Situs Kota Ciha.

Dua jenis tinggalan arkeologis di Situs Kota Cina

Tinggalan arkeologis di Situs Kota Cina dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Tinggalan arkeologis yang bersifat fragmentaris atau portable (mudah dipindah-pindahkan), dan struktur. Tinggalan arkeologis fragmentaris di antaranya berupa fragmen keramik asing, fragmen gerabah, koin/mata uang asing, kayu/papan sisa badan perahu, fragmen batu runcing, manik-manik, arca, fragmen batuan, dan ekofak. Tinggalan arkeologis yang berupa struktur adalah sisa struktur bangunan bata yang dianggap berkaitan dengan aktifitas pemujaan/religi. Ditemukan di areal Keramat Pahlawan. Sekitar 50 m di sebelah tenggara Jembatan Parit Beletjang.

Tinggalan arkeologi yang sifatnya fragmentaris diperoleh melalui kegiatan penelitian (survei dan ekskavasi). Ada juga yang tidak sengaja ditemukan, atau yang disengaja ditemukan oleh masyarakat. Tinggalan-tinggalan tersebut dapat diklasifikasi berdasarkan bahannya, yaitu: batu, logam, kaca, kayu, keramik, dan gerabah. Di samping itu terdapat ekofak berupa fragmen tulang ikan dan fragmen gigi vertebrata.

Pilar batu granit

Data arkeologi yang dianggap sebagai ciri khas Situs Kota Cina adalah pilar batu granit. Menurut Soedewo (Soedewo dkk., 2011) pilar batu granit hitam koleksi Museum Situs Kota Cina merupakan hasil temuan masyarakat pada 2008. Tepatnya di lahan yang ditanami pohon pisang di belakang Pekong (tempat pemujaan yang berukuran kecil. Biasanya dimiliki dan digunakan oleh kalangan tertentu pada komunitas etnis Tionghoa. Oleh para tetua setempat disebut sebagai Keramat Pahlawan.

Batu pilar ini biasanya berpasangan dengan batu umpak sebagai penyangga rumah panggung. Saat ini masih ada dua benda sejenis di areal yang sama. Satu pilar masih dalam posisi tegak. Berada di dekat sebatang pohon tua di sisi timur Pekong. Pilar lainnya rebah di sisi barat Pekong. Kedua tinggalan tersebut sekarang difungsikan sebagai semacam batas areal tertentu. Mungkin sebagai tempat sakral. Mengingat di areal ini pernah ditemukan dua arca logam yang kini dijadikan objek pemujaan di Pekong tersebut.

Fragmen batu silindrik yang ditemukan di Situs Kota Cina juga ditemukan di Sukanalu (Karo) dan Lobu Tua serta Bukit Hasang (Barus). Guillot (2008:291) mengidentifikasi benda ini sebagai batu penggiling yang diimpor dari India Selatan. Perret (2010:466) tidak memastikan fungsi dari benda ini. Selain beberapa kemungkinan fungsi seperti lingga, batu nisan, dan batu penggilingan (Soedewo dkk., 2011).

Ikonografi arca Buddha

Hasil analisis ikonografi terhadap arca Buddha yang terbuat dari batu granit dan perunggu menunjukkan gaya India Selatan (Cola Style). Sikap tangan Arca Buddha itu adalah Dhyanamudra (sikap tangan bersemedi) dan Vijakhayamudra (sikap tangan memberi wejangan). Selain arca yang secara ikonografis bercirikan Buddha, ditemukan juga arca Hindu. Diduga arca Dewa Wisnu dan Dewi Būdēvi. Keduanya ditemukan dalam keadaan tanpa kepala. Di Situs Kota Cina juga ditemukan lingga dan yoni, yang saat ini menjadi koleksi Museum Negeri Sumatera Utara. Semua temuan arca di Kota Cina yang bergaya seni Cola (sekitar abad ke-10 M hingga ke-13 M) diduga diimpor dari daerah Tamilnadu di India Selatan. Terutama dari daerah sekitar ibukota Kerajaan Tamil di Kanchipuram (McKinnon, 1993/1994).

Soedewo dan kawan-kawan (2011) juga mendeskripsikan dua arca Buddha berbahan logam yang ditempatkan di satu Pekong.Tinggi masing-masing arca itu adalah 12 cm. Hingga kini dimanfaatkan sebagai objek pemujaan. Arca pertama digambarkan dalam posisi berdiri samabhanga (kedua kaki tegak sejajar). Sikap tangan kanan tidak jelas, mungkin vitarkamudrā (memberi pengajaran atau berdebat). Tangan kiri, mulai pergelangan hingga telapaknya, sudah hilang. Arca tersebut juga digambarkan mengenakan jubah yang memanjang. Mulai bahu kiri hingga hampir ke mata kakinya. Juga terdapat ushņīsha (sanggul) di bagian atas kepalanya. Namun, gaya seninya masih belum dapat ditentukan. Mengingat objek ini masih dimanfaatkan, dan tertutup jelaga pedupaan. Menurut keterangan pemiliknya, objek ini ditemukan di dekat reruntuhan bata yang terletak di sisi timur Pekong. Oleh sebagian warga Kota Cina disebut sebagai Keramat Pahlawan.

Arca kedua merupakan figur seorang wanita. Digambarkan dengan tangan kanan dalam sikap abhayamudra (menolak bahaya) atau vitarkamudra (memberi pengajaran atau berdebat). Tangan kiri terjuntai ke sisi pinggulnya. Kepalanya dihiasi kiritamukuta (mahkota menyerupai kerucut). Jika arca ini satu konteks dengan arca pertama, kemungkinannya adalah Tara. Salah seorang Dewi dalam agama Buddha (Soedewo, dkk., 2011).

Keramik dan tembikar yang ditemukan di Situs Kota Cina.
Keramik dan tembikar yang ditemukan di Situs Kota Cina.

Klasifikasi fragmen keramik

Ambary (1979) bersama Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah melakukan klasifikasi terhadap 3.027 sampel fragmen keramik. Kemudian dikaji ulang oleh Purnawibowo (2007). Hasilnya adalah fragmen keramik Kota Cina yang berasal dari abad ke-13 hingga ke-14 Masehi (masa Dinasti Sung Selatan hingga Dinasti Yuan) sebanyak 67,56%. Fragmen keramik yang berasal dari abad ke-10 hingga ke-13 Masehi (masa Dinasti Sung Utara hingga Sung Selatan) berjumlah 15,39%. Fragmen keramik yang berasal dari abad ke-14 hingga ke-19 Masehi berjumlah 2,09% serta fragmen keramik yang tidak teridentifikasi sebanyak 14,97%.

Baca juga: Penelitian dan Pelestarian Situs Kota Cina

Berikut ini temuan di Situs Kota Cina

Artefak berbahan batu

(Sumber: McKinnon, 1984, 1993/1994, 2009; Soedewo, dkk., 2011)

No. Nama/Jenis Deskripsi Keterangan
1. 1.a. Batu berpahat Bahan batuan metamorf; terdapat pahatan pada bagian pangkal berbentuk ikan yang ekornya ditekuk ke atas; bagian ujung meruncing. Benda pertama tinggi keseluruhannya 7,5 cm; benda kedua tinggi keseluruhannya 2,3 cm. Ditemukan pada penelitian pada 1970-an, berjumlah dua artefak, ditemukan di Keramat Pahlawan.
1.b. Batu berpahat Bahan batuan metamorf; terdapat pahatan pada bagian pangkal berbentuk angsa (hamsa); bagian ujung meruncing.

Berukuran tinggi keseluruhan 4,8 cm.

Ditemukan pada penelitian pada 1970-an, ditemukan di sisi selatan Tangkahan Latjang (Parit Beletjang).
1.c. Batu berpahat Bahan batu sabak (slate stone) berwarna abu-abu. Bagian pangkal berbentuk kepala gajah dan sulur-suluran, dan ujungnya runcing. Tinggi keseluruhan 11,2 cm; tinggi dari ujung belalai hingga bagian garis sejajar pembatas dengan bagian runcing 5,1 cm; tinggi bagian runcing 6,1 cm; tebal kepala 1,5 cm; tebal ujung runcing 0,3 cm. Temuan warga di sekitar sisi selatan Parit Beletjang, diserahkan sebagai koleksi Museum Situs Kota Cina.
2. Manik-manik

Cornelian

Jumlah: 3 manik-manik.

Pertama: kerucut ganda bersisi enam; warna jingga; tembus cahaya; panjang 1,9 cm; tebal ujung 0,5 cm; tebal tengah 1,1 cm.

Kedua: kerucut ganda bersisi enam; warna jingga; tembus cahaya; panjang 1 cm; tebal ujung 0,5 cm; tebal tengah 0,8 cm.

Ketiga: bulat; warna jingga, tembus cahaya; berdiameter 0,9 cm.

Ditemukan di Keramat Pahlawan pada penelitian pada 2010.
3. Pilar batu Bahan batuan granit, berwarna hitam, tinggi 91 cm, penampang lintang segi empat. Panjang sisi bagian bawah 30 cm, dan atas 23 cm, berjumlah tiga pilar batu. Temuan dari sekitar Keramat

Pahlawan, koleksi Museum Situs Kota Cina.

 

4. Fragmen batu silindrik Bahan batuan granit, berwarna abu-abu kekuningan, diameter atas 6 cm, diameter bawah 8 cm, sisa tinggi 7 cm. Koleksi Museum Situs Kota Cina. Diidentifikasi sebagai barang yang berasal dari India Selatan. Ditemukan di selatan Parit Beletjang.
5. Fragmen umpak Bahan batuan granit berwarna abu-abu, panjang 15 cm, lebar 13 cm, tinggi 9,5 cm. Permukaan sisi bawahnya diupam, sedangkan bagian atasnya telah patah. Koleksi Museum Situs Kota Cina, didapat dari Keramat Pahlawan.
6. Arca Buddha Berbahan batuan granit, sikap tangan Dhyanamudra (semadi) dengan kaki bersila. Kondisi utuh. Koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara No. Inv. 593.1, Bergaya India Selatan abad ke-12 s/d ke-14 M. Ditemukan di sekitar Lorong IX selatan SD Negeri.
7. Arca Dewa Wisnu Tanpa kepala, bahan batuan granit, sikap tangan abhayamudra dengan laksana sangkha dari cangkang kerang dan cakra. Ditemukan oleh masyarakat pada 1979 di sekitar Lorong IX selatan SD Negeri, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara no.inv. 04.7/703. Diidentifikasi berasal dari Tamilnadu, India Selatan.
8. Arca Būdēvi Tanpa kepala, bahan batu granit, yang tersisa hanya bagian perut sampai kaki. Tampak digambarkan menggunakan kain khas yang dipakai di India (dhoti). Ditemukan oleh masyarakat pada 1979, di sekitar Lorong IX selatan SD Negeri, koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara no.inv. 04.7/703. Diidentifikasi berasal dari Tamilnadu, India Selatan.
9. Patung batu Bahan batu sabak (slate stone) berwarna keabuan. Berbentuk manusia; tinggi keseluruhan 4,8 cm; panjang kepala–leher 2 cm; leher–pinggang 2,8 cm; tebal 1 cm; bagian kepala terdapat tonjolan (sanggul); bagian telapak tangan dan pinggang telah hilang; di bagian bahu terdapat pahatan (kain yang dikenakan); terdapat sepasang payudara di bagian dadanya; menggambarkan sosok perempuan. Koleksi Museum Situs Kota Cina, benda temuan warga yang diserahkan ke museum Situs, lokasi temuan tidak diketahui.

Artefak berbahan logam

(Sumber: McKinnon, 1984; Soedewo dkk., 2011)

No. Nama/Jenis Deskripsi Keterangan
1. Mata uang Berdiameter antara 23,5–34 mm, berpatinasi, pada bagian tengahnya berlubang empat persegi atau bulat, terdapat aksara Tiongkok timbul di keempat sisinya.

Berdiameter antara 23,5–34 mm, berpatinasi, pada bagian tengahnya berlubang empat persegi atau bulat, terdapat aksara Tiongkok timbul di ke empat sisinya.

Asal dari Cina abad ke-7 hingga ke-12 M. Penelitian sejak 1972 hingga 1977 ditemukan 1.064 mata uang di Situs Kota Cina.

 

Asal dari Cina abad ke-8 s/d 10

M. Koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, Balai Arkeologi Medan, Museum Situs Kota Cina. jumlahnya masing-masing satu.

2. Mata paku berujung runcing Sekonteks dengan terak- terak logam (besi), panjang 11,6 cm; lebar pangkal 1,7 cm; lebar tengah 3 cm (tertutup gumpalan terak), lebar ujung 0,6 cm, berfungsi sebagai alat pembuat alat. Asal tidak diketahui, temuan berasosiasi dengan temuan kowi, dan sisa tungku terbuat dari tanah liat. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
3. Besi runcing Bagian pangkalnya lebar dan berkarat, sedangkan bagian ujungnya meruncing. Panjang total 5,6 cm; panjang pangkal 2,3 cm; lebar pangkal 1,1 cm. berfungsi sebagai pelubang. Asal tidak diketahui, temuan berasosiasi dengan temuan kowi, dan sisa tungku terbuat dari tanah liat. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
4. Paku besi (paku keling). Penampang lintang berbentuk balok, panjang 11,8 cm; lebar pangkal (bidang pukul) 2,5 cm; lebar badan 1,5 cm; lebar

ujung 0,5 cm.

Asal tidak diketahui. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
5. Arca Buddha Tinggi 12 cm, posisi samabhanga, sikap tangan kanan (vitarkhamudra?), terdapat (ushņīsha) dipuncak kepalanya. Berasal dari India Selatan abad ke-12 M. Masih dipakai sebagai objek pemujaan di Pekong di Keramat pahlawan.
6. Arca Tara Tinggi 6 cm, tangan kanan dalam sikap abhayamudra (menolak bahaya) atau vitarkamudra (memberi pengajaran atau berdebat). Kepalanya dihiasi kiritamakuta. Berasal dari India Selatan abad ke-12 M. Masih dipakai sebagai objek pemujaan di Pekong di Keramat pahlawan.

Artefak berbahan kaca

(Sumber: Soedewo, dkk., 2011)

No. Nama Deskripsi Asal Keterangan
1. Fragmen wadah kaca 1 Bagian dari tepian suatu wadah berukuran kecil. Berukuran panjang 2,2 cm, lebar 1,4 cm, dan tebal 0,1 cm. Berwarna biru muda transparan. Timur Tengah abad ke-12 s/d ke-13 M. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
2. Fragmen wadah kaca 2 Bagian dasar atau bahu suatu wadah berbentuk botol atau tempayan kecil. Panjang 2,8 cm, lebar 1,9 cm, dan tebal 0,4 cm. Berwarna kuning kehijauan, transparan. Terlihat banyak gelembung. Timur Tengah abad ke-13 s/d ke-14 M. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
3. Fragmen wadah kaca 3 Bagian badan wadah. Tebal 0,2 cm; panjang 1,8 cm; dan lebar 0,8 cm. Berwarna hijau, bergelembung dan gores bersilangan di bagian dalamnya. Timur Tengah abad ke-13 s/d ke-16 M. Koleksi Museum Situs Kota Cina.

Temuan ekofak

(Sumber: Soedewo, dkk., 2011)

 No. Nama Deskripsi Keterangan
1. Tulang bagian kaki

Bovidae

Panjang: 13 cm, lebar: 7 cm, dan tebal 0,8 cm. Pangkal melebar, ujung ditemukan dalam kondisi patah. Menunjukkan bekas pangkasan. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
 

 

 

 

2.

 

 

 

 

Tulang ikan

Panjang: 14 cm, tebal: 6 cm, dan tebal 0,5 cm hingga 1,3 cm. Salah satu permukaannya kasar, sedangkan permukaan lain halus. Berdasarkan morfologinya, kemungkinan merupakan fragmen tulang bagian kepala ikan pari. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
 

3.

 

Gigi bovidae

Gigi molar (m) 2, bagian bawah. Panjang 3,4 cm, lebar 1,4 cm. Koleksi Museum Situs Kota Cina.

Temuan berbahan kayu

(Sumber: Perret. at. al., 2016.)

No. Jenis Deskripsi Asal Keterangan
1. Papan kayu perahu Papan perahu mengindikasisi teknik ikat, dan teknik pasak. Kemungkinan berasal dari bagian dari struktur perahu dagang berkapasitas besar (jung). Cina abad ke-12 Sisa papan temuan penelitian 1984 disimpan di rumah Bapak Muhtar.

Temuan fragmen keramik

(Sumber: Ambary, 1984; Soedewo, dkk., 2011)

No. Nama/Jenis Deskripsi Keterangan
1. Celadon wares Bentuk utuhnya mangkuk, piring, buli-buli, vas, guci, teko, dari berbagai ukuran. Bahan stoneware, umumnya glasir berwarna hijau, motif hias gores, oles, dan timbul/relief. Berasal dari Cina abad ke-10 s/d 12 M. Jenis ini mendominasi temuan di Kota Cina.
2. Chingpai wares Bentuk utuhnya merupakan wadah dengan ukuran kecil berupa: vas bunga, wadah tinta, wadah kosmetik, mangkuk, buli-buli, dan wadah bertutup (covered box). Bahan stoneware, teknik hias timbul dan dindingnya relatif tipis bila dibandingkan jenis lainnya, warna bahan putih, warna glasir hijau-kebiruan. Berasal dari Cina abad ke-12 s/d 14 M. Jenis ini banyak ditemukan di Kota Cina.
3. Yellow-grey wares Fragmen teko dan mangkuk kecil. Bahan stoneware, teknik hiasnya gores, motif hias underglaze, warna kuning keabuan. Berasal dari Cina abad ke-12 s/d 13 M. Jumlahnya tidak begitu banyak.
4. Brown glaze wares Fragmen botol dan kendi kecil. Bahan stoneware, glasir berwarna coklat tua, fragmen yang ditemukan tanpa motif hias. Berasal dari Asia Tenggara daratan abad ke-14 s/d 16 M. Jumlahnya cukup banyak.
5. Te hua wares Fragmen wadah bertutup (covered box) yang berukuran kecil. Bahan stoneware, teknik hias timbul dan dindingnya relatif tipis bila dibandingkan jenis lainnya, warna bahan putih, warna glasirnya hijau- kebiruan, tetapi bahan perekatnya kasar dan banyak residu pembakaran yang tertinggal. Berasal dari Cina abad ke-14 M. Jumlahnya tidak begitu banyak.
6. Coarse stone wares Fragmen mercury jar (gelas untuk menampung air raksa). Bahan stoneware, proses pembuatan tidak sempurna, masih terdapat banyak butiran yang tidak menyatu pada bahan pembuat wadah, sehingga masih dijumpai rekahan pada bagian badan wadah. Berasal dari Cina abad ke-14. Jumlahnya cukup banyak.
7. Keramik biru-putih Bentuk utuhnya merupakan piring, mangkuk, buli-buli, dan teko. Bahan porselin, lebih tipis daripada yang berbahan stoneware, teknis hias dilukis dengan warna biru, glasir putih. Berasal dari Cina abad ke-15 s/d 19 M. Jumlahnyan sangat sedikit.
8. Celadon wares Bentuk utuhnya mangkuk, piring, buli-buli, vas, guci, teko, dari berbagai ukuran. Bahan stoneware, umumnya glasir berwarna hijau, motif hias gores, oles, dan timbul/relief, kualitas teknik pembuatannya tidak sebaik yang berasal dari Cina. Berasal dari Asia Tenggara daratan abad ke-14 s/d 16 M.

Temuan fragmen gerabah

(Sumber: Soedewo dkk., 2011)

No. Bentuk Deskripsi Keterangan
1. Fragmen periuk berukuran sedang Diameter bibir 16 cm. Berwarna oranye, motif hias geometris (belah ketupat), teknik hias cap, memiliki temper: pirit, pasir kuarsa. Koleksi Museum Situs Kota Cina, hasil penelitian pada 2009.
2. Fragmen tungku Berbentuk membulat dengan diameter 24 cm, tebal bagian atas 3 cm, tebal bagian bawah 4 cm, terdapat tonjolan di bagian atas 3 cm, berwarna abu-abu (jejak pembakaran?). Koleksi Museum Situs Kota Cina.
3. Fragmen cepuk atau celupak Fragmen pelebur logam (kowi) atau pelita. Berwarna coklat keabuan, diameter 6,5 cm, tinggi 3,7 cm, tebal 0,5 cm. Koleksi Museum Situs Kota Cina.
4. Fragmen kendi Fragmen kendi dengan bagian cerat telah hilang. Berwarna krem, permukaannya halus, tinggi 7 cm, diameter 12 cm. Koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
5. Fragmen periuk berinskripsi Berasal dari bagian atas periuk tepian hingga badan. Berwarna merah, berhias sepertiaksara Jawa Kuno “la”. Panjang 11 cm, lebar 8,3 cm, tebal 0,8 – 1,4 cm, diameter tidak diketahui karena terlalu kecil untuk diukur. Koleksi Museum Situs Kota Cina, hasil penelitian 2009.