Candi di Persawahan
Percandian Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa. Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Lokasi Percandian Batujaya berada di tengah-tengah persawahan dan perumahan warga. Beberapa candi berada di tengah persawahan seperti Candi Jiwa, Candi Blandongan, dan Candi Sumur. Candi yang berada di sekitar pemukiman padat penduduk di antaranya adalah Candi Serut.
Bangunan candi lain di lokasi ini masih tertimbun dalam ‘unur’ atau ‘lemah duwur’ (tanah darat menyembul di antara pesawahan). Percandian Batujaya dibangun dengan menggunakan bata merah. Tidak seperti Candi Borubudur dan Candi Prambanan yang menggunakan batu andesit. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat pada abad ke-7 sudah mengenal teknologi pembuatan bata merah.
Penelitian
Percandian mulai diteliti sejak 1984 hingga saat ini. Hasil penelitian melalui carbon dating pada Candi Blandongan diketahui dibangun pada abad ke-7. Dilihat dari warna batanya diindikasikan bahwa candi-candi di Batujaya ini pernah dipugar pada masanya. Inilah salah satu keunikan dari Lokasi Percandian Batujaya. Menurut Hasan Djafar, hasil pemugaran pada masanya terlihat pada warna batanya. Warna bata yang agak gelap memiliki indikasi candi sebelum dipugar. Warna merah muda merupakan hasil pemugarannya. Pemugarannya menggunakan spesi (pengerat batu), dan hanya beberapa bagian saja yang menggunakan spesi tersebut. Berbeda dengan hasil pemugaran, pada pembangunan pertama candi-candi ini tidak lah menggunakan spesi.
Dibangun di atas makam
Menurut Hasan Djafar, keunikan lain dari Percandian Batujaya dapat ditemukan di Candi Blandongan. Candi ini dibangun di atas pemakaman. Mengapa disebut pemakaman? Oleh karena saat penggalian di Candi Blandongan ditemukan beberapa tengkorak manusia dewasa beserta bekal kuburnya berupa gerabah, dan peralatan yang terbuat besi. Bahkan beberapa tengkorak manusia menggunakan perhiasan. Identifikasi tengkorak sebagai manusia dewasa dapat dilihat bentuk gigi dan jumlah giginya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa umur dari tengkorak-tengkorak tersebut berasal dari abad ke-2 Masehi.
Masyarakat yang membangun candi-candi ini mengetahui bahwa ada pemakaman di dalam tanah. Mereka menganggap bahwa yang dimakamkan itu adalah leluhurnya. Mereka pun tetap menghormati dengan tidak mengganggu pemakaman tersebut, dan tetap melanjutkan pembangunan candi. Mereka juga mengikuti posisi makam tersebut yang berorientasi baratdaya-timurlaut.
Dengan ditemukannya beberapa tengkorak manusia mengindikasikan bahwa di Lokasi Percandian Batujaya ini sudah menjadi hunian yang berkelanjutan dari masa prasejarah hingga masa Hindu Buddha. (Regina Yofani-Sub Direktorat Registrasi Nasional)
Baca juga: Buni-Batujaya Satu Populasi Dua Budaya