Museum Unair-1Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM) melakukan pemantauan persiapan pelaksanaan revitalisasi Museum Departemen Antropologi, Universitas Airlangga (Unair), yang berada di Kampus B, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Unair, Surabaya. Tim dari Dit. PCBM bertemu dengan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Drs. Ignatius Basis Susilo,MA., dan membicarakan beberapa hal di antaranya:

Museum Unair-2
Kondisi storage Museum Antropologi. (Foto diambil pada 18 September 2015)
  1. Fakultas sangat mengapresiasi niat dan berterima kasih kepada Dit. PCBM yang akan merevitalisasi Museum Antropologi;
  2. Korespondensi dapat secara langsung kepada Dekan dan ditembuskan kepada Departemen Antropologi atau sebaliknya;
  3. Untuk saat ini anggaran hanya diperuntukkan untuk revitalisasi tata pamer dan storage Museum saja. Penataan landscape tidak termasuk dalam anggaran ini.Begitu juga dengan rencana pihak dekanat untuk membuat cafe di sebelah Museum tidak akan tercakup dalam revitalisasi tahun ini;
  4. Pintu masuk museum yang ada saat ini kurang strategis, karena harus masuk ke dalam gedung Antropologi terlebih dahulu. Maka dari itu diperlukan pintu masuk baru yang langsung menghubungkan antara akses jalan ke dalam gedung museum. Dalam hal ini pihak dekanat mengizinkan untuk membuat pintu baru tersebut;
  5. Pengelola museum harus segera ditetapkan (dilakukan secara internal), agar museum dapat berjalan secara berkelanjutan dengan baik.
Museum Unair-3
Kondisi bagian depan Gedung B yang dijadikan Museum Antropologi. (Foto diambil pada 18 September 2015)

Tim kemudian mengunjungi lokasi museum didampingi Dr. Toetik Koesbardiati, penggagas museum antropologi Unair, dan konsultan, Sukano. Dilanjutkan diskusi terkait penyusunan storyline museum antara lain:

  1. Luas ruang museum adalah 8 x 12 m­, dan storage 8 x 2 m;
  2. Koleksi yang ada di Museum Antropologi berasal dari prasejarah di NTT sampai kontemporer seperti tekstil (masih sedikit). Ada juga koleksi tenatang seksualitas di Nusantara, peninggalan klasik dan etnografi;
  3. Banyak sumbangan benda-benda antropologi dari Papua, namun kesulitannya adalah mendapatkan informasi mengenai benda-benda tersebut. Maka dari itu harus dilakukan penelitian terhadap benda-benda tersebut sebelum dipamerkan. Jangan sampai dipamerkan tapi tidak ada informasi yang akurat terkait benda tersebut;
  4. Pameran harus dirolling, tidak semua benda koleksi langsung disajikan dalam satu waktu yang sama, sebab ruangan akan menjadi penuh. Pada umumnya museum memiliki ruang pamer tetap dan temporer;
  5. Tema utama yang disepakati sesuai dengan kekhasan museum adalah ‘Kematian’ sebagai icon sekaligus menjadi pameran tetap;
  6. Kematian sebagai tema utama bukanlah suatu hal yang mengerikan, namun dari kematian, dapat diteliti sejarah dan masa depan terhadap orang tersebut;
  7. Target pengunjung harus dipertimbangkan dalam perencanaan penataan storyline museum, sehingga museum dapat menyampaikan misinya dengan baik.
Museum Unair-4
Kondisi bagian luar gedung Museum Antropologi. (Foto diambil pada 18 September 2015)

Museum Antropologi Airlangga juga berpartisipasi dalam Museum Expo Jawa Timur yang diselenggarakan pada 16-20 September 2015, dengan menampilkan tema Paleodiet. Pada tahun lalu, Museum Antropilogi menyabet gelar juara 2, sedangkan pada tahun ini belum ada pengumumannya.

Departemen Antropologi Universitas Airlangga

Pata 1985, FISIP, Universitas Airlangga membuka program studi baru, yaitu Program Studi Antropologi. Antropologi masih dianggap aneh pada saat itu, karena tidak seperti umumnya keilmuan yang lain. Ilmu ini belum banyak dipahami oleh masyarakat awam. Pada saat itu satu surat kabar memberitakan berdirinya Departemen Antropologi Unair. Antropologi Unair berbeda dengan Antropologi di Universitas lainnya. Antropologi Unair tidak hanya sekadar ilmu yang mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa seperti umumnya diketahui saat ini.

Program Studi Antropologi dibuka dengan ide dasar studi tentang kebudayaan. Persiapan ini dilakukan atas kerja sama dengan FISIP Universitas Airlangga saat itu yaitu, Prof. Drs. Soetyando Wignyasoebroto. S.H., M.P.A. dengan Dr. drg. Adi Sukadana, seorang Lektor Kepala dari bagian anatomi dan histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Konsep ini membentangkan kelayakan pembukaan Jurusan atau Program Studi Antropologi dengan mengemukakan uraian ringkas tentang tenaga kerja, lokasi, peralatan, calon mahasiswa, kelayakan tindakan dan pembiayaan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang menunjang dan menghambat rencana pendirian Program Studi Antropolgi ini. Akhirnya pembicaraan di antara mereka membuahkan kesepakatan, dengan dikeluarkan Surat keputusa Pendirian Program Studi Antropologi pada 24 September 1984, yaitu surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 117/Dikti/Kep/1984 tentang pendirian Program Studi Antropologi Sosial. Setahun kemudian, Program Studi Antropologi Sosial Universitas Airlangga telah resmi untuk dibuka dan menerima mahasiswa baru. (Khanifudin Malik)