Pabrik Teh Taraju Tasikmalaya yang Tak Lagi “Melaju”

0
4595
Pabrik masih berdiri kokoh tapi hancur seiring berhentinya produksi. Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten
Pabrik masih berdiri kokoh tapi hancur seiring berhentinya produksi. Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten

Teh di Indonesia

Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak ditemui di Indonesia. Berbagai macam jenis teh dapat dengan mudah ditemui di Indonesia. Mulai dari teh celup, teh saring, teh seduh, dan teh dalam kemasan. Teh, mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan manusia. Teh dipercaya dapat mencegah kanker, dapat mengurangi stress, dan bahkan dapat bermanfaat bagi kecantikan.

Dikenalkan oleh orang Jerman

Meskipun di Indonesia banyak terdapat perkebunan teh, tetapi bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Dalam Global Tea Breeding: Achievements, Challenges and Perspectives dijelaskan bahwa teh diperkenalkan ke Indonesia dari Jepang oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer. Pada 1684 Andreas Cleyer berhasil menanam teh di Batavia. Penanaman teh dalam skala besar berhasil dilakukan hampir satu setengah abad kemudian tepatnya pada 1827. Teh berhasil ditanam di kebun percobaan di daerah Cisurupan, Garut. Sejak saat itu penanaman teh mulai berkembang di Hindia Belanda.

Pabrik teh Taraju

Beberapa pabrik dan perkebunan mulai berdiri di Hindia Belanda. Salah satu pabrik tersebut adalah Pabrik Teh Taraju yang terletak di Raksasari, Taraju, Tasikmalaya. Pabrik teh ini dibangun pada 1909. Pabrik ini dibangun sebagai upaya pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan komoditi ekspor teh dari wilayah Jawa Barat. Berdirinya Pabrik Teh Taraju membuat perkebunan teh yang berada di Raksasari ini berkembang pesat di masa Hindia Belanda.

Pabrik teh ini masih dibuka untuk memproduksi teh hingga 2000-an. Namun, akibat besarnya biaya produksi dan minimnya anggaran, PT Perkebunan Sambawa selaku pemilik dan pengelola terakhir Pabrik Teh Taraju menutup pabrik ini pada 2005. Meskipun pabrik telah ditutup, perkebunan teh masih tetap hidup dan hasilnya dikirim ke pabrik lain di Bandung dan Purwakarta.

Tidak terawat, karena tidak digunakan

Menurut Laporan Data Potensi Kepurbakalaan Bidang Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya pada 2017, kondisi bangunan pabrik sangat tidak terawat, karena sudah lama tidak digunakan. Konstruksi bangunan pabrik didominasi oleh bahan rangka besi, dengan dinding yang terbuat dari semen, dan atap dari seng. Bangunannya terdiri dari tiga lantai dengan bentuk empat persegi panjang dengan diameter 86,4 m x 21,3 m. Tinggi lantai pertama 4,50 m. Sedangkan lantai kedua dan ketiga memiliki tinggi 2,50 m.

Terdapat kabar yang menyatakan jika pabrik ini akan direnovasi dan perkebunan akan dikelola oleh perusahaan dari Purwakarta. Jika memang berita ini benar adanya, akan sangat baik bagi pabrik. Namun, renovasi yang dilakukan harus sesuai dengan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengingat pabrik ini telah berdiri sejak 1909 dan menjadi salah satu bagian dari perkebunan teh di Jawa Barat yang pernah menjadi andalan pemerintah Hindia Belanda. (Omar Mohtar-Sub Direktorat Registrasi Nasional)