Museum Situs di Kawasan Muarajambi

0
5646

Oleh: Rusmiyati

I. Pendahuluan

Pendirian museum situs pada setiap daerah memiliki perbedaan latar belakang pendirian, prinsip-prinsip yang terkait dengan lokasi museum situs, bentuk bangunan dan sifat geografis situs, fungsi, ruang lingkup dan pengelolaan museum situs. Hal ini disebabkan setiap daerah atau wilayah memiliki karakteristik sejarah dan budaya serta masyarakat pendukung yang berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut, maka di Kawasan Muarajambi yang memiliki tinggalan budaya yang bervariasi, tentunya mempunyai potensi besar dalam pendirian museum situs yang sesuai dengan kaidah permuseuman dan konsep museologi baru.

Secara astronomis Kawasan Muarajambi berada pada 103o 22’ BT hingga 103o 45 ” BT dan 1o 24’ LS hingga 1o 33’ LS. Secara administratif daerah-daerah yang tercakup dalam Kawasan Muarajambi meliputi tujuh wilayah desa, yaitu Desa Dusun Baru, Desa Danau Lamo, Desa Muarajambi, Desa Kemingking Luar dan Desa Kemingking Dalam, Desa Teluk Jambu, dan Desa Dusun Mudo.  Ketujuh desa tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004).

Nama Muarajambi kali pertama muncul dari laporan seorang perwira angkatan laut Kerajaan Inggris bernama S.C. Crooke pada 1820. Crooke melaporkan bahwa ia melihat reruntuhan bangunan dan menemukan satu arca yang menggambarkan arca Buddha. Keterangan Crooke ini kemudian dilengkapi oleh T. Adam, seorang Belanda yang berkunjung ke Jambi pada 1921. Adam juga tidak menyebutkan peninggalan-peninggalan lain di luar bangunan dan arca. Tiga belas tahun kemudian, F.M.Schnitger mengunjungi Jambi. Ia menambahkan beberapa informasi tentang nama-nama candi baru selain Astano, yaitu Gumpung, Tinggi, Gunung Perak, Gudang Garem, Gedong I, dan Gedong II. Schnitger sempat melakukan ekskavasi pada bagian dalam sejumlah candi (Mundardjito, 1995, 1996; SPSP Jambi, 1999, 2000).

Pengembangan Pusat Informasi Kawasan percandian Muarajambi menjadi museum situs tentunya bukan saja sebagai tempat menyimpan dan memamerkan berbagai macam artefak hasil temuan dan penelitian, tetapi juga dapat menjadi pusat informasi, pendidikan dan penelitian tentang Kawasan Muarajambi. Hal in tentunya sesuai dengan fungsi dasar museum sebagaimana yang dijabarkan oleh Mensch (2003) bahwa preservasi mencakup pemeliharaan fisik maupun administrasi koleksi (pengumpulan, pendokumentasian, konservasi, dan restorasi koleksi). Riset atau penelitian dilakukan terhadap warisan budaya sesuai dengan subject matter discipline. Komunikasi berupa kegiatan penyebaran informasi hasil penelitian dan pengalaman dalam bentuk pameran, program edukasi, even, dan publikasi (van Mensch, 2003: 10; Magetsari, 2008: 13-14).

Melalui observasi kepustakaan dan lapangan, diperoleh data mengenai situs-situs yang terdapat di Kawasan Muarajambi, yaitu candi, manapo, kanal-kanal kuno, dan danau atau kolam kuno. Situs-situs tersebut antara lain: Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Tinggi, Candi Kembarbatu, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Astano, Candi Kedaton, Candi Kotomahligai, Candi Teluk I, Candi Teluk II, Menapo Kasih, Menapo Selat, Menapo Durian Sakat, Menapo Sialang I, Menapo Kedongdong, dan Menapo Buluran Keli serta Kolam Telagarajo, kanal-kanal kuno dan Bukit Sengalo atau Bukit Perak.

Selain situs-situs tersebut, di Kawasan Muarajambi juga terdapat satu bangunan yang diberi nama Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan, menyelamatkan dan memamerkan koleksi hasil temuan penelitian maupun hasil temuan masyarakat. Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi ini berada 50 meter dari pagar keliling Candi Gumpung di sisi selatan pada tanah seluas 460 meter persegi, dengan fasilitas ruang pamer, ruang satpam, ruang tamu, ruang reparasi, kamar kecil dan gudang. Ruang pamer berukuran 15 x 8 meter terpisah dari fasilitas ruang lainnya. Di dalam pusat informasi ini disimpan berbagai koleksi baik dari hasil dari penelitian maupun temuan masyarakat sekitar. Koleksi-koleksi ini diatur dan diberi label atau keterangan yang selanjutnya dipamerkan di dalam ruang pusat informasi ini, sehingga masyarakat yang berkunjung dapat mengetahui berbagai jenis koleksi yang berasal dari Kawasan Muarajambi.

Koleksi-koleksi yang terdapat di pusat informasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Jenis Koleksi yang Terdapat di Ruang Pamer Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi

 

No Jenis Koleksi Asal Koleksi Jumlah
1 Bata 254
a.       Bata bertulis Candi Gumpung, Tinggi, Kembarbatu, dan Gedong 49
b.       Bata bercap Candi Gumpung dan tidak diketahui 11
c.        Bata bertanda Candi Gumpung, Tinggi, Kedaton, Kembarbatu, dan Gedong 114
d.       Bata berukir Candi Gedong, Astano, Tinggi, Gumpung, dan kolan Telagorajo 39
e.        Bata lainnya Candi Kedaton, Gumpung, Tinggi, dan Gedong 41
2 Batu 107
a.       Arca Candi Gumpung, Kotomahligai, Gedong, Astano, Tinggi 38
b.       bukan Arca Candi Gumpung, Kotomahligai, Gedong, Astano, Tinggi 57
c.        bukan artefak Candi Gumpung dan tidak diketahui 12
3 Logam Candi Gumpung, Tinggi, dan Kembarbatu 19
4 Keramik 670
a.       Keramik Asing 450
b.       Tembikar 220
5 Koleksi lainnya Candi Gumpung dan Candi Tinggi 7
JUMLAH TOTAL 1057
Cincin Muara  Jambi
Foto Cincin Sumber: www. muarojambitemple.com

Selain koleksi-koleksi tersebut di atas juga terdapat beberapa koleksi yang berasal dari Kawasan Muarajambi yang disimpan di kantor BPCB Jambi dan Museum Negeri Jambi, yaitu berupa koleksi emas, mata uang dan gong perunggu.

Koin Perunggu Muara Jambi
Foto Koin Perunggu, Sumber: www. muarojambitemple.com

II. Pembahasan

Pengembangan Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi sebagai museum situs merupakan salah satu cara dalam pengelolaan Kawasan Muarajambi. Pengembangan pusat informasi ini tentunya berdasarkan rumusan konsep museum situs menurut ICOM dan prinsip-prinsip dasar museum situs di Kawasan Muarajambi.

1. Konsep Museum Situs di Kawasan Muarajambi

Konsep museum situs yang dapat diterapkan di Kawasan Muarajambi dapat meliputi rumusan konsep museum situs menurut ICOM dan beberapa kriteria yang harus dimiliki museum  situs yaitu berupa prinsip bentuk atau bangunan, prinsip lokasi, prinsip koleksi, dan prinsip penyajian. Berdasarkan konsep museum situs yang telah dibuat oleh ICOM, maka ada empat rumusan museum situs yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi sebagai museum situs, yaitu:

  1. Museum situs merupakan bangunan yang didirikan untuk melindungi tinggalan alam dan budaya yang bergerak atau pun tidak bergerak di lokasi yang secara ekologis belum mengalami perubahan oleh manusia dan in situ. Museum situs di Kawasan Muarajambi hendaknya dapat menjadi lembaga yang dapat melindungi tinggalan budaya hasil penelitian di kawasan tersebut, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang in situ.
  2. Museum situs merupakan bangunan yang dibangun di suatu lokasi untuk melindungi kawasan dimana terdapat adat istiadat dan cara hidup suatu komunitas di tempat aslinya. Kawasan Muarajambi merupakan gambaran pertukaran budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam masa tertentu ketika berlangsungnya periode kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada umumnya dan di Jambi pada khususnya. (http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5465).
  3. Museum situs merupakan bangunan yang dibangun di suatu lokasi asli dimana pernah terjadi peristiwa sejarah yang penting bagi suatu Kawasan Muarajambi sebagai lokasi asli tempat akan didirikannya museum situs merupakan tempat yang pernah terjadi suatu peristiwa sejarah, yaitu adanya suatu sejarah peradaban manusia dari masa Hindu-Buddha yang dibuktikan oleh adanya beberapa tinggalan arkeologis baik berupa artefak maupun fitur serta bukti-bukti tertulis lainnya.

Museum situs merupakan bangunan yang dibangun di suatu lokasi titik terjadinya penggalian arkeologi. Kawasan Muarajambi merupakan suatu kawasan yang telah dilakukan berbagai penelitian arkeologi berupa ekskavasi yang dilakukan pada masa lalu hingga saat ini.

Selain itu dalam pendirian museum situs ada kriteria-kriteria yang harus dipenuhi berupa prinsip bentuk atau bangunan, prinsip lokasi, prinsip koleksi, dan prinsip penyajian. Prinsip dasar bangunan museum situs di Kawasan Muarajambi adalah berupa bangunan baru yang dibangun untuk digunakan sebagai museum. Bangunan baru ini dapat mengunakan bangunan pusat informasi dengan perluasan yang diperlukan yang disesuaikan dengan kebutuhan museum, atau dengan benar-benar membangun kembali bangunan baru di tempat yang baru namun masih disekitar atau dekat dengan Kawasan Muarajambi. Lokasi dari bangunan itu sendiri merupakan in situ, yaitu berada di situs atau Kawasan Muarajambi itu sendiri. Koleksi yang terdapat di museum situs KMJ merupakan objek-objek temuan yang terlepas dari konteksnya yang sebagian besar disimpan di gedung Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi, sebagian lainnya ada yang disimpan di kantor BPCB Jambi, Museum Negeri Jambi, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dan Museum Nasional. Selain koleksi temuan lepas, Kawasan Muarajambi juga memiliki koleksi yang dapat dipamerkan di luar bangunan museum, yaitu berupa fitur-fitur yang ada di kawasan tersebut. Fitur-fitur tersebut ada yang berupa bangunan candi, menapo, kolam kuno, dan kanal-kanal kuno. Dalam menyajikan koleksi-koleksi tersebut, maka diperlukan suatu pembentukan tema atau konsep model eksibisi melalui interpretasi koleksi dan situs-situsnya. Konsep eksibisi ini haruslah merupakan konsep yang dapat memberikan informasi yang menyeluruh dan terintegrasi antara koleksi di dalam museum dan koleksi yang dipamerkan di luar museum.

2. Pengelolaan Kawasan Muarajambi Berdasarkan Konsep Museum Situs

Pengelolaan Kawasan Muarajambi berdasarkan konsep museum situs dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1) Menjadikan situs-situs di kawasan Muarajambi sebagai koleksi museum (museum situs); 2) Pelestarian (konservasi) bangunan dapat dilakukan di situs aslinya (in situ); 3) Melakukan penelitian melalui pemaknaan (interpretasi) pada masing-masing situs untuk memperoleh yang akan disajikan secara terintegrasi dengan bangunannya; 4) Membuat tema tata pamer yang dapat mengitegrasikan bangunan-bangunan yang terpisah dalam rangkaian cerita; 5) Melakukan klasifikasi bangunan di situs sesuai dengan tema tata pamernya; 6) Mengkomunikasikan hasil konservasi dan pemaknaan bangunan-bangunan di situs melalui konsep penyajian dalam museum situs.

Selain itu sebagai museum, seharusnya museum situs yang akan dikembangkan atau didirikan di Kawasan Muarajambi memiliki organisasi atau lembaga yang permanen dan legal berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan memiliki kekuatan hukum yang jelas, maka lembaga atau organisasi yang mengelola museum situs beserta koleksinya baik yang berada di dalam ruangan museum maupun koleksi yang berada di luar museum akan memiliki otoritas yang penuh dalam mengelola museumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka struktur organisasi yang dapat diterapkan pada pendirian museum situs di Kawasan Muarajambi haruslah merupakan struktur organisasi yang sesuai dengan museologi baru.

Elemen penting dalam struktur dan organisasi museum baru adalah menawarkan peran aktif dari populasi dalam membentuk dan berpartisipasi dalam museum. Karya museum baru didasarkan pada pengetahuan dan semangat hidup masyarakat dalam berbagai kegiatan. Selain itu menurut Edson dan Dean (1994: 15) Struktur organisasi museum yang ideal, harus meliputi tiga komponen utama, yaitu bagian administrasi, bagian kuratorial, dan bagian operasional. Setiap bagian dapat dijalankan oleh satu orang atau lebih. Tiap-tiap bagian tersebut membawahi beberapa staf atau lingkup pekerjaan.

Berdasarkan hal tersebut maka usulan struktur organisasi museum di KMJ disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di dalam museum dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Museum yang merupakan pelaksanaan ketentuan pasal 18 ayat 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, sebagaimana yang tertera dalam bagan 1.3 di bawah ini.

Organisasi Museum Situs Muara Jambi
Usulan Struktur Organisasi Museum Situs Kawasan Muara Jambi

3. Komunikasi di Museum Situs Kawasan Muarajambi

Cara mengomunikasikan museum situs di Kawasan Muarajambi dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain adalah dengan eksibisi, program publik, dan edukasi. Eksibisi yang dapat dikembangkan di Museum Situs KMJ adalah suatu eksibisi dengan menggunakan pendekatan beberapa gabungan dari konsep model tersebut, yang biasa disebut sebagai Hybrid Model dengan teori edukasinya konstruktivis. Eksibisi yang dapat ditampilkan dalam museum situs di Kawasan Muarajambi dapat menggabungkan artefact display, yaitu dengan memamerkan artefak asli maupun reproduksi dari kawasan Muarajambi, idea terutama berisi tentang informasi mengenai artefak dan situs-situs yang berada di kawasan Muarajambi baik dari segi sejarah, fungsi dan makna yang terkandung dalam koleksi-koleksi tersebut, dan visitor activity dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan.

Dengan pendekatan tersebut diharapkan bahwa pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat tercapai, selain itu pengunjung dapat memahami secara menyeluruh mengenai arti penting Kawasan Muarajambi. Berdasarkan pendekatan tersebut juga, maka tema besar yang ingin disampaikan dalam konsep eksibisi ini adalah “Muarajambi: Kemegahan Dibalik Belantara”. Tema ini diurai dalam beberapa tema kecil, yaitu:

  1. Gagasan tentang sejarah Kawasan Muarajambi, yang dikemas dengan judul “Jejak Muarajambi”.
  2. Gagasan tentang aktivitas manusia masa lampau di Kawasan Muarajambi, yang dikemas dalam beberapa judul, yaitu:
    • “Cerita Buddha”
    • “Muarajambi: Pusat Pendidikan Agama buddha”
    • “Masa Lalu untuk Masa Kini”
  3. Gagasan yang menceritakan tentang hubungan Muarajambi dengan dunia luar, yang dikemas dengan judul “Muarajambi dalam Pelayaran dan Perdagangan”
  4. Gagasan mengenai kesenian (seni bangunan dan seni arca) yang terdapat di Kawasan Muarajambi, dengan judul “Paduan Alam dan Seni
  5. Gagasan yang menceritakan tentang fungsi dan peranan perhiasan di Kawasan Muarajambi, dalam judul“Perhiasan: Ritual dan Prestise”
  6. Gagasan yang menceritakan tentang makna dari tulisan atau inskripsi pada artefak, yang dikemas dengan judul “Keajaiban Aksara”
  7. Gagasan yang menceritakan tentang kearifan lokal masyarakat masa lampau di Kawasan Muarajambi yang dikemas dengan judul “Belajar dari Masa lalu”
  8. Gagasan tentang preservasi di Kawasan Muarajambi yang berisi tentang kegiatan penelitian dalam hal ini ekskavasi dan pemugaran yang telah dan sedang dilakukan di KMJ dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, yang dikemas dalam judul: “Edukasi Melalui Pengalaman”
  9. Gagasan yang menampilkan seluruh koleksi museum situs yang berada di luar bangunan museum, yaitu berupa bangunan candi, menapo, kolam kuno, dan kanal-kanal kuno yang ditampilkan dalam bentuk maket dan ilustrasi penjelasannya yang dikemas dalam judul “Warisan Budaya Muarajambi”.

Selain eksibisi, program publik dan edukasi merupakan salah satu cara dalam mengomunikasikan museum situs di KMJ. Program publik tersebut dapat dijadikan sebagai program pendukung dalam pendirian museum situs di Kawasan Muarajambi. Namun demikian ada beberapa program dan kegiatan yang harus dicermati kembali. Sebaiknya program tersebut lebih menitik beratkan pada konten untuk memahami Kawasan Muarajambi secara keseluruhan, seperti program publik di bawah ini:

  1. Festival Kanal Kuno. Melalui kegiatan ini diharapkan pengunjuing dapat memahami arti penting kanal-kanal kuno yang ada di Kawasan Muarajambi.
  2. Perkemahan Budaya, Merupakan kegiatan perkemahan Sabtu-Minggu dengan peserta terdiri dari anggota Pramuka. Kegiatan ini merupakan kegiatan edutainment yang bertujuan mengenalkan kepurbakalaan Muarajambi dengan cara yang menyenangkan, diantaranya kegiatan outbond dan simulasi ekskavasi arkeologi
  3. Eksplore Muarajambi, Merupakan kegiatan tur menelusuri kepurbakalaan yang ada di Kawasan Muarajambi. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan bahwa para pengunjung dapat mengetahui dan memahami nilai-nilai budaya yang ada di Kawasan Muarajambi serta dapat membangkitkan kebanggaan akan tinggalan budayanya.
  4. Field School Cagar Budaya Di Kawasan Percandian Muarajambi. Bentuk kegiatan ini bervariasi antara muatan teori dan praktek. Dengan melibatkan langsung peserta pada kegiatan praktek lapangan dalam rangka pelindungan dan pelestarian cagar budaya. mulai dari kegiatan ekskavasi, konservasi, pemeliharaan dan kegiatan pendokumentasian, diharapkan mereka dapat memahami dan membangun kesadaran akan nilai penting pelestarian cagar budaya yang ada di Kawasan Muarajambi. Selain itu hal ini akan memberikan pengalaman yang lain dari yang biasa mereka dapatkan di sekolah, sehingga mereka diharapkan akan memiliki kesadaran yang lebih untuk berperan aktif dalam melestariakan cagar budaya.

Berdasarkan konsep dan teori edukasi di museum dalam hal ini teori konstruktivis, maka dalam penentuan strategi edukasinya, museum situs di Kawasan Muarajambi dapat menggunakan strategi belajar aktif (active learning) yang melibatkan seluruh indera dan pengalaman para pelajar melalui konsep edutainment. Museum situs di kawasan Muarajambi dapat menerapkan strategi edukasi di dalam dan di luar museum dengan membuat eksibisi dan program pendidikan yang menarik, informatif, dan interaktif, seperti pemanduan, ceramah, workshop (rekonstruksi artefak, konservasi artefak dan bangunan candi), pemutaran film, kunjungan situs, dan lain sebagainya. Hal lain yang penting dari strategi edukasi yang dapat dikembangkan di dalam museum situs di Kawasan Muarajambi adalah penggunaan media interaktif di dalam pamerannya, sehingga akan banyak melibatkan pengunjung secara langsung.

III. Kesimpulan

Pengembangan Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi sebagai museum situs tentunya harus memperhatikan kriteria-kriteria museum situs yaitu yang didasarkan pada prinsip-prinsip dasar museum situs yang meliputi prinsip bentuk, prinsip lokasi, prinsip koleksi, dan prinsip penyajian. Museum situs yang akan dikembangkan di Kawasan Muarajambi merupakan bangunan baru yang berada di lokasi situsnya (in situ) dengan koleksi yang terdiri dari koleksi yang dipamerkan di dalam ruangan, yaitu berupa artefak-artefak hasil penelitian di kawasan tersebut, serta koleksi yang berada di luar bangunan museum dalam hal ini koleksi yang berupa fitur-fitur yang terdapat di KMJ seperti bangunan candi, menapo, kanal-kanal kuno, dan kolam kuno.

Selain itu konsep museum situs tersebut dapat digunakan sebagai salah satu cara alternatif dalam pengelolaan Kawasan Muarajambi. Sedangkan model museum situs yang akan dikembangkan di Kawasan Muarajambi mengikuti konsep museum yang terdiri atas prinsip dan kriteria museum situs. Bangunan atau struktur kuna yang masih berada di tempat aslinya (in situ) dan tersebar diintegrasikan melalui tema tata pamer hasil dari pemaknaan (hasil penelitian). Situs-situs yang masih terkait dengan koleksinya, atau koleksi lain yang berada di tempat aslinya (in situ) sehingga masih ada keterkaitan konteks.

Eksibisi yang dapat ditampilkan dalam museum situs di Kawasan Muarajambi dapat menggabungkan artefact display, yaitu dengan memamerkan artefak asli maupun reproduksi dari kawasan Muarajambi, idea terutama berisi tentang informasi mengenai artefak dan situs-situs yang berada di kawasan Muarajambi baik dari segi sejarah, fungsi dan makna yang terkandung dalam koleksi-koleksi tersebut, dan visitor activity dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan. Dengan pendekatan tersebut diharapkan bahwa pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat tercapai, selain itu pengunjung dapat memahami secara menyeluruh mengenai arti penting Kawasan Muarajambi.

Program publik dan strategi edukasi juga merupakan hal yang perlu dilakukan di museum situs di Kawasan Muarajambi. Program-program ini merupakan program penunjang yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke museum. Selain itu program tersebut dapat secara langsung mengedukasi para pengunjung untuk mendapat pengetahuan, dan pemahaman yang lebih baik lagi tentang museum dan koleksinya.

1. Pembangunan dan Pengembangan Museum

Bentuk bangunan museum situs di Kawasan Muarajambi sebaiknya menggunakan bangunan baru yang lebih luas dari bangunan Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi saat ini, yang diletakkan di dekat pintu masuk Kawasan Muarajambi. Bangunan museum yang akan dibangun hendaknya sesuai dengan kebutuhan sebagai museum sebagaimana yang telah ditetapkan oleh ICOM yang juga telah diadaptasi dalam Pedoman Penyelenggaraan Museum Situs yang dikeluarkan oleh Kemeterian Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu bangunan museum situs harus memiliki kelengkapan bangunan yang dapat menunjang aktivitas dalam pengelolaannya, antara lain meliputi: ruang penyimpanan koleksi, ruang perawatan (laboratorium), ruang preparasi, ruang pameran, ruang audiovisual, ruang kantor, ruang perpustakaan.

Dibangunnya sarana dan prasarana yang akan menunjang aktivitas penyelengaaraan dan pelaksanaan tugas dan fungsi museum secara memadai. Untuk koleksi yang tidak dapat ditampilkan dalam bentuk aslinya, maka dapat dibuat suatu replika atau duplikasi koleksi tersebut. Sehingga akan memberikan interpretasi yang lengkap dalam museum situs. Selain itu di dalam museum situs sebaiknya ada maket yang menggambarkan tentang kondisi situs-situs yang berada di Kawasan Muarajambi.

 2. Kebijakan Pemerintah

Sebaiknya kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pelestarian Kawasan Muarajambi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah tidak menyalahi aturan atau kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat, mengingat bahwa Kawasan Muarajambi merupakan Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional sesuai dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 259/M/2013. Instansi berwenang setidaknya telah membuat Zonasi mengenai Kawasan Muarajambi sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu Perlunya penataan ulang Kawasan Muarajambi. Hal ini dikarenakan banyaknya para pedagang dan penyewaan sepeda yang terlalu dekat dengan situs, sehingga akan menimbulkan kekhawatiran rusaknya atau kurang menriknya situs dan kawasannya itu sendiri. Alangkah lebih baik bila para pedagang dan penyewaan sepeda diberikan ruang atau tempat yang aga jauh dari zona inti, yaitu pada zona pengembangan dan pemanfaatan. Menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), akademisi dan lembaga pendidikan, untuk membuat program bersama dalam rangka pengembangan dan pemanfatraan museum situs Kawasan Muarajambi. Dengan demikian diharapkan akan tercipta sinergitas dan jejaring dalam peningkatan peran museum situs Kawasan Muarajambi sebagai lembaga pendidikan informal untuk meningkatkan apresiasi pelajar terhadap sejarah dan kebudayaan di Kawasan Muarajambi.

Daftar Referensi

Chabbra, B. Ch. (1956) “Site Museums of India”, dalam Museum, Vol. IX, No1, 1956. Hlm.42−49.

Cossons, Neil (1980). “The Museum in the Valley, Ironbridge Gorge”, dalam Museum, Vol. XXXII, No. 3, 1980, Hlm.334–341.

Davis, Peter. (2007). “Place Exploration: Museums, Identity, Community”. Museum and Their Communities. Ed. Sheila Watson. New York : Routledge,. 53-75.

Edson, Gary dan David Dean. (1996). The Handbook for Museums. New York: Routledge..

Ertürk, Nevra. (2006). “A management model for Archaeological Site Museums in Turkey”, dalam Museum Management and Curatorship, 21 (2006) 336–348.

Gadi, Mgomezulu. (2004). “Editorial by the Director of the Division of Cultural Heritage, Gadi Mgomezulu”, dalam Museum International. Vol LVI, No. 3/223. Paris: UNESCO.

Hein, George E. (1998). Learning in The Museum, New York: Routledge.

Hachili, Rachel. (1998). “A Question of Interpretation”, dalam Museum International. No. 198 (Vol. 50, No. 2). Paris: UNESCO

Hauenschild, Andrea. (1988). “Claim and Reality of New Museology: Case Studies in Canada, the United States and Mexico”. Disertasi. Doktor Hamburg University.

Hudson, Kenneth. (1987). Museum of Influence, British: Cambridge Univesity Press.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. (2009). “Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO – Kawasan Muarajambi”.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). “Salinan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 259/M/2013 tentang Satuan Ruang Geografis Muarajambi Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional”

Lewis, Ralph H. (1959).  “Site Museums and National Parks”, dalam Curator. Vol. II (2), , hal. 172-185.

Magetsari, Noerhadi. (2008). “Filsafat Museologi”, dalam Museografia, Vol. II, No. 2, (Oktober 2009). Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hlm. 6.

Mensch, P. Van (2003). Museology and Management: Enemis of Friend. Current Tendecies in Theoretical Museology and Museum Management in Europe, disampaikan sebagai keynote speech dalamkonferensi tahunan ke-4 Japanaese Museum Managaement Academy, Tokyo, 7 Desember 2003.

Munandar, Agus Aris. (2007). “Museum Situs: Kajian Awal Kemungkinan pembukaan Museum Situs di Sindangbarang, Taman Sari, Bogor” dalam Museografia Vol. I No. 1 Hal. 94-95.

Mundardjito.(1995). Hubungan Situs Arkeologi dan Lingkungan Wilayah Jambi. Laporan Hasil Penelitian Arkeologi dan Geologi Provinsi Jambi 1994-1995. Jambi : Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jambi.

Mundardjito. (1996). Rencana Induk Arkeologi Bekas Kota Kerajaan Majapahit Trowulan. Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jakarta. Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Raswaty, Retno. (2009). Konsep Museum Situs dan Open-Air Museum: Tinjauan Kasus pada Taman Arkeologi Onrust, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, dan Taman Mini Indonesia Indah. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sarma, I.K. (1998). “Archaeology Site Museum in India: The Backbone of Cultural Education”. Museum International, 50 (2), 44-49.

Shafernich, Sandra M. (1993) “On-Site Museums, Open-Air Museums, Museums Villages and Living History Museums: Reconstruction and Period Rooms in the United States and the United Kingdom”, dalam Museum Management and Curratorship, hlm. 43-61. Buuterworth-Heinemann Ltd.

Smithsonian Institution. (2002). Exhibition Concept Models. by Office of Policy and Analysis, Washington DC. Juli

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi. (1994). Laporan Pendataan Benda-Benda Koleksi Museum Situs Muarajambi. Jambi:  Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi.

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi. (1999). Laporan Ekskavasi Penyelamatan Menapo-Menapo di Situs Muarajambi. Jambi:  Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi.

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi. (2000). Laporan Ekskavasi Penyelamatan Menapo-Menapo di Situs Muarajambi. Jambi:  Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi.

UNESCO, 2009.  “Muarajambi Temple Compound” in Tentative list World Heritage UNESCO. http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5465. Diakses tanggal 10 Maret 2014.