Pembangunan Museum dan Monumen PDRI

0
5539
Desain Museum dan Monumen PDRI.
Desain Museum dan Monumen PDRI.

Pembangunan Monumen Bela Negara PDRI

Pembangunan Monumen Bela Negara PDRI di Kabupaten Limapuluhkoto, Sumatera Barat merupakan representasi dari peristiwa peristiwa bersejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, yang merupakan penyelamat Republik Indonesia di mata dunia. Peristiwa ini adalah salah satu babak penting sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 2006 tentang Penetapan Hari Bela Negara pada tanggal 19 Desember.

Monumen PDRI dibangun dengan menggunakan dana Tugas Pembantuan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penataan kawasan Monumen ini direncanakan berkonsep linier, untuk memudahkan akses bagi pengunjung, dan dapat meminimalisir kawasan yang rusak akibat pengolahan lahan, serta pembangunan monumen dan fasilitas penunjangnya.

Kearifan lokal dan sejarah perjuangan

Nilai kearifan lokal dan sejarah perjuangan menjadi inspirasi untuk dituangkan dalam garis desain dan elemen desain kawasan secara umum. Pemilihan material, desain bangunan, serta pesan-pesan arsitektural ditampilkan dalam bentuk fresh yang mengakar pada nilai-nilai setempat. Agar menjadi identitas bagi kawasan ini, tetapi tidak menjadi “asing” bagi masyarakat dari luar kawasan.

Desain Museum PDRI tampak samping.
Desain Museum PDRI tampak samping.

Desain

Monumen ini dirancang dengan sumbu sederhana agar mudah dikembangkan. Ruang-ruang dibuat sebagai bahan belajar dan pengingat masa lalu tentang kegigihan dan rasa percaya diri untuk melawan musuh bersama, termasuk nilai-nilai sosial yang bisa diserap. Ruang-ruang ditata dengan berdasar pada alur sejarah perjuangan, dari penjajahan menuju kemerdekaan yang hakiki.

Monumen PDRI mengambil desain dengan menggubah Rumah Gadang yang merupakan simbol lokal dan refleksi dari bahtera. Masa bangunan yang terbelah dua menunjukkan kondisi darurat yang mendesak untuk dilakukan langkah penyelamatan. Rangka baja yang menyelimuti bangunan menjadi simbol kesementaraan sekaligus keberlanjutan sebagai refeksi keberadaan PDRI dalam menjaga eksistensi NKRI. Kulit bangunan terbuat dari rangkaian rangka baja  dapat mengurangi glare pada dinding bangunan yang terbuat dari kaca, serta sebagai elemen pembentuk efek visual.

Namun pembangunan monumen ini juga tidak terhindar dari permasalahan, terutama kondisi alam. Kondisi Jalan Koto Tinggi Aia Angek rusak parah, dan curah hujan yang cukup tinggi mengganggu mobilisasi material, serta mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

Baca juga: Sekilas Sejarah PDRI