Pameran Warisan Budaya Maritim
Dalam Rangka Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) 2017 dan Pertemuan Ilmiah Arkeologi (PIA) XIV di Bogor, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mengadakan Pameran bertajuk Jejak Maritim Indonesia di Botani Square Bogor. Pameran ini akan diselenggarakan dari 22 hingga 27 Juli 2017.
Pameran ini menceritakan warisan budaya maritim Bangsa Indonesia yang pelestariannya adalah tanggung jawab kita bersama. Budaya maritim ini membentuk peradaban Nusantara. Sejarah peradaban di negeri beribu pulau ini tidak akan pernah terlepas dari kisah tentang laut, perahu serta kehebatan para pelaut dalam berlayar dan menaklukan celah sempit yang menghubungkan di antara pulau-pulau itu.
Perairan di antara pulau itu bukanlah pemisah, melainkan penghubung dan pemersatu. Kisah kedekatan manusia dengan laut di Nusantara itu secara jelas telah digambarkan oleh para penghuni gua di Masa Prajasejarah. Terbukti dengan adanya temuan gambar cadas di dinding gua atau ceruk berbentuk perahu yang terdapat di Pulau Muna di Sulawesi Tenggara, Kawasan Kars Sangkulirang-Mangkalihat di Kalimantan Timur, Kawasan Kars Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan, dan Teluk Berau di Papua.
Perahu yang digambarkan itu bisa jadi telah membawa mereka hingga ke tempat itu. Kemudian digunakan untuk mencari ikan atau hewan air lainnya dalam keseharian mereka.
Membawa peradaban masyarakat Nusantara menuju era sejarah
Teknologi pelayaran pada akhirnya membawa peradaban masyarakat Nusantara menuju era sejarah. Saat perdagangan jalur Sutera yang menghubungkan dunia timur dan barat berkembang pada awal Masehi. Masyarakat Nusantara yang telah terbiasa dengan aktivitas pelayaran justru mulai mengembangkan perdagangan antarpulau.
Bukti-bukti historis menyebutkan bahwa pada abad II telah terjalin hubungan dagang antara Nusantara dengan India, dan pada abad V Nusantara mulai membangun hubungan diplomatik dengan China.
Pedagangan melalui pelayaran antarpulau memunculkan pusat-pusat perdagangan seperti di Pantai Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Beberapa pelabuhan penting di Nusantara seperti Pasai, Palembang, Banten Batavia, Semarang, Demak, Jepara, Makassar, Gowa, Tallo,Sangihe, Talaud, Seram, dan Ternate juga terbentuk.
Munculnya kerajan-kerajaan bercorak maritim memperkuat bukti mengenai hubungan Nusantara dengan bangsa asing. Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang mengontrol pedagangan di Kawasan Selat Malaka dan Selat Sunda. Ramainya perdagangan dan pelayaran memang tidak telepas dari peran bandar atau pelabuhan yang menyediakan berbagai fasilitas bagi para pedagang yang hendak menjual atau membeli barang dagangan.
Dalam pameran ini juga terdapat permainan interaktif yang menarik untuk anak-anak. Mereka bisa bermain ular tangga yang dibumbui informasi mengenai kepurbakalan. Anak-anak juga bisa mengasah keterampilan dengan membuat perahu phinisi dari kertas.