Memahami Kebutuhan Pengunjung

0
1432
Pengunjung di Museum Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta
Pengunjung di Museum Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta

Oleh: Dian Trihayati

Museum harus dapat memahami kebutuhan pengunjung

Museum tradisional identik dengan pengaturan koleksi yang disusun secara kronologis dan cenderung untuk menampilkan semua koleksi yang dimilikinya. Hal tersebut akan menjadi sangat menjenuhkan bagi pengunjung museum untuk mengikuti alur pameran tetap secara kronologis. Terutama bagi museum yang memiliki koleksi dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk mengatasi hal tersebut museum harus dapat memahami kebutuhan pengunjung, di antaranya dengan cara:

1. Menggunakan pendekatan pameran secara tematis

Henk Dessens menyatakan bahwa ‘masyarakat di era sekarang telah dibesarkan dengan ‘budaya remote control berpindah dari chanel to chanel’. Demikian halnya di museum, mereka ingin memilih sendiri apa yang akan mereka lihat di museum. Tanpa diharuskan untuk mengikuti alur pameran yang sudah ditetapkan museum. Untuk mengatasi hal tersebut, pameran dapat menggunakan pendekatan tematis yang akan memudahkan pengunjung memilih apa tema yang ingin mereka lihat terlebih dahulu dan selanjutnya.

2. Menggunakan pendekatan secara kontekstual

Pendekatan kontekstual berarti memberikan informasi mengenai konteks sejarah dari benda yang dipamerkan. Pemberian konteks sejarah sangat penting untuk membuat pameran menjadi lebih menarik. Konteks ini dapat disampaikan dengan cara mendesain pameran. Menggunakan berbagai macam teknik presentasi yang menarik, dengan bantuan audio visual, suara, cahaya dan efek penciuman, tampilan yang menggugah rasa, dll.

3. Menciptakan keragaman (variety)

Museum perlu membuat program-program atau event lain yang terkait dengan tema pameran tetap, di antaranya yang lebih bersifat rekreatif. Hal ini akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap museum.

Henk Desens dalam merekonstruksi Museum Maritim di Belanda juga menyatakan bahwa pada dasarnya sejarah di masa lalu tidak mungkin dapat direkonstruksi secara obyektif, “the whole idea of an ‘objective representation of history’ is impossible” (Dessens, 1997). Berdasarkan pendapatnya tersebut dapat disimpulkan bahwa ‘knowledge’ yang ingin disampaikan kepada pengunjung merupakan konstruksi yang dibuat oleh museum berdasarkan hasil penelitian. Museum hanya membantu pengunjung dalam membentuk gambaran dari masa lalu melalui presentasi kontemporer yang efektif, salah satunya melalui penyajian pameran.

Baca juga:

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/teore-edukasi-untuk-museum/

 

Referensi

Dessens, Henk, 1997, “From ‘Remote’ to ‘Accessoble’: The Netherlands Maritime Museum”, dalam Museum International, Volume 49, Issue 1 January-March 1997, hlm. 6-10