Mangunjayan Tidak Menakutkan Lagi

0
2819

Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Mangunjayan telah selesai dikerjakan pada 2015. Bangunan ini dulu merupakan RSJ Mangunjayan yang didirikan pada Masa Paku Buwono X dengan nama ”Doorhanguis Krangziniengen”. Bangunan Cagar Budaya, yang merupakan bagian dari komplek Sriwedari,  diresmikan sebagai Rumah Sakit Jiwa pada 17 juli 1919, di areal seluas ± 0,69 Ha dengan kapasitas tampung 216 tempat tidur.

PCBM-Mangunjayan-revitalisasi-1
Salah satu bangunan Eks RSJ Mangunjaya saat proses revitalisasi.
Mangunjayan setelah direvitalisasi-2
Salah satu bangunan Eks RSJ Mangunjaya setelah direvitalisasi. Tampak Museum Keris di sisi belakang.

Bangunan ini sempat terlantar dan rusak, karena tidak lagi difungsikan, sehingga tampak kotor dan menakutkan. Kini, setelah direvitaisasi, kondisinya berubah menjadi sangat nyaman. Apalagi pada malam hari. Jika salah satu ruang dimanfaatkan untuk kafe, tentu akan  menjadi tempat yang menarik, bahkan bisa menumbuhkan suasana romantis.

PCBM-Mangunjayan-revitalisasi-2
Salah satu bangunan Eks RSJ Mangunjaya saat proses revitalisasi. Tampak plester dinding terkelupas dan terlihat susunan bata merah.
Mangunjayan setelah direvitalisasi-1
Salah satu bangunan yang tadinya menyeramkan, kini menjadi menyenangkan.

Rencananya, beberapa ruang akan digunakan sebagai kantor pengelola Museum Keris, dan beberapa ruang lagi akan digunakan sebagai museum. Ada baiknya juga disiapkan satu ruang untuk kafe atau resto. Hal ini dapat dijadikan salah satu daya tarik Museum Keris. Untuk menarik pengunjung tidak harus melalui koleksinya, tetapi bisa melalui cara ini. Jadi fungsi kafe atau reso ada dua, yang pertama sebagai fasilitas museum yang sekarang menjadi keharusan. Pengunjung yang telah lelah menikmati koleksi dapat beristirahat di kafe atau resto sambil menikmati minuman atau makanan. Fungsi keduanya adalah untuk menjaring masyarakat yang mungkin belum tertarik dengan museum. Melalui kafe atau resto ini perlahan-lahan pengunjungnya akan tertarik untuk berkunjung ke museum. Mungkin melalui percakapan dengan pengunjung yang sudah berkunjung sebelumnya. Ini yang disebut sebagai word of mouth marketing.

Baca juga: Mangunjayan Direvitalisasi pada 2015