Museum Baanjuang-2Museum yang dibangun pada 1 Juli 1935 di Bukittingi oleh Mr. Mondelar Countroller, sebagian bangunannya telah direvitalisasi, namun belum tuntas. Revitalisasi yang telah dilakukan difokuskan pada bagian bawah bangunan. Bangunan museum yang dibangun dengan tujuan untuk menghimpun koleksi sejarah dan budaya Minang ini berdesain arsitektur tradisional Minang dengan bentuk panggung. Kini tiang-tiang panggung yang membentuk ruang itu disangga dengan tiang beton. Tujuannya adalah agar terbentuk ruang yang lebih tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk ruang pamer dan storage.

Museum Baanjuang-3Museum yang semula bernama Museum Bundo Kanduang ini sebenarnya dalam kondisi yang kurang baik. Beberapa tiangnya telah keropos dan atapnya ditumbuhi lumut. Bahkan rumput pun tumbuh di atasnya. Tata pamernya kurang menarik dan tidak mengesankan. Ti dak jelas pesan apa yang harus ditangkap oleh pengunjung. Maka dari itu, museum yang dibangun pada masa Hindia Belanda ini harus mendapatkan penataan kembali. Dengan terlebih dahulu membuat kajian storyline. Kemudian dilanjutkan dengan membuat desain tata pamer dan desain interiornya. Koleksi yang sekarang berada di ruang pamer harus dipilih dan dipilah. Sebagian diletakkan di vitrin, dan sebagian lagi disimpan di ruang storage. Dalam waktu yang  berkala koleksi-koleksi itu bisa bergantian dipamerkan. Dengan cara ini pengunjung tidak akan bosan, dan seolah mendapatkan suasana baru saat berkunjung ke museum ini. Dengan cara ini diharapkan banyak pengunjung berulang untuk datang ke museum ini.Museum Baanjuang-1

Museum Rumah Adat Baanjuang, berada di Jl. Cindur Mato, No. 1, Pasar Atas, Kompleks Kebun Binatang, Bukittinggi, Provinsi Sumatera Selatan.