Loyang berarti gua

Loyang merupakan bahasa lokal yang berarti gua, sama dengan leang atau liang. Loyang Mendale merupakan kelompok ceruk yang terletak di pinggiran Kota Takengon, dalam wilayah Kampong Mendale, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah. Ceruk ini berjejer menempati tebing perbukitan karst yang membujur baratlaut-tenggara, menghadap ke arah selatan. Setidaknya terdapat empat ceruk di lokasi ini. Masing-masing merupakan situs dengan deposit artefak atau ekofak prasejarah di dalamnya.

Saat ini Lokasi Loyang Mendale rentan terhadap longsor karena belum adanya penguatan struktur dinding kotak ekskavasi. Penataan lingkungan dan sarana pendukung untuk pemanfaatan lokasi menjadikan situs sangat rentan terhadap kerusakan. Oleh sebab itu, pelindungan dan revitalisasi penting dilakukan untuk melindungi Cagar Budaya ini dari kehancuran. Itulah yang kemudian menjadi perhatian dan dasar Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) melakukan kajian dan merekomendasikan Lokasi Loyang Mendale sebagai situs Cagar Budaya dan situs Cagar Budaya peringkat Nasional pada 26 Juli 2018 lalu.

Rekomendasi Loyang Mendale sebagai Cagar Budaya peringkat nasional didasarkan atas tinggalan-tinggalan budaya yang ditemukan di dalamnya. Tinggalan-tinggalan tersebut menunjukkan bukti persebaran manusia dan budaya dari Asia Tenggara Daratan yang becampur dengan migrasi-migrasi pendatang yang lebih kemudian.

Tempat hidup yang cukup nyaman

Menurut Harry Truman Simanjuntak, anggota TACBN, ceruk ini cukup menarik, karena merupakan tinggalan Hoabinhian yang terletak di pedalaman Aceh, umumnya tersebar di pesisir. Ceruk-ceruk Loyang Mendale sangat ideal bagi hunian pada masa prasejarah. Selain karena keletakannya di tebing perbukitan dengan sirkulasi udara dan sinar yang baik, lingkungan perbukitan yang kaya sumberdaya flora dan fauna, juga keberadaan Danau Laut Tawar yang menyediakan biota air yang penting bagi pemenuhan kehidupan manusia pada masa itu.

Kerangka manusia, mungkin tertimpa batu akibat runtuhan atap gua, mengenaskan.
Kerangka manusia, mungkin tertimpa batu akibat runtuhan atap gua, mengenaskan.

Temuan penting Loyang Mendale

Pada 2007 Balai Arkeologi Medan melakukan survei di Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan survei, terungkap adanya beberapa ceruk yang diduga dimanfaatkan sebagai hunian. Salah satunya adalah Loyang Mendale yang terdiri atas empat ceruk. Survei arkeologis ditindaklanjuti dengan melakukan ekskavasi dengan kedalaman empat meter. Dari ekskavasi itu diketahui ada tiga lapisan hunian, yaitu lapisan Preneolotik, Neolotik dan Resen. Temuan-temuan penting yang ada di situs ini, yaitu kapak Sumatera yang menjadi penanda hunian bercorak budaya Hoabinhian, serta kapak lonjong yang umumnya tersebar di kawasan Indonesia Timur. Artefak-artefak ini selalu dihubungkan dengan persebaran Penutur Austronesia dari Taiwan. Kehadirannya di Loyang Mendale mengindikasikan adanya keterkaitan penghuni Loyang Mendale dengan migrasi Penutur Austronesia.

Selain kapak Sumatra dan kapak lonjong, di situs ini juga ditemukan kubur manusia dalam struktur anatomis pada lapisan budaya Hoabinhian dan Neolitik. Salah satu temuan menarik adalah kubur individu yang terletak di bawah satu blok batu besar dengan tangan terlipat. (Shofa Nurhidayati-Sub Direktorat Registrasi Nasional)