Bukti Sejarah Kemaritiman Nusantara

Benteng Inong Balee terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jika dilihat dari lokasinya mungkin benteng ini tidak cukup menarik. Letaknya yang jauh dari pusat kota, ditambah dengan medan yang harus dilalui cukup menantang. Akan tetapi siapa sangka, di balik semua itu, benteng ini memiliki sejarah yang sangat penting. Terutama sejarah kemaritiman Nusantara pada masa itu.

Seperti namanya Inong yang berarti wanita dan Balee yang berarti janda, di benteng ini seorang laksamana laut perempuan pertama di dunia berhasil melatih para janda untuk menjadi prajurit Kerajaan Aceh yang tangguh. Laksamana laut itu bernama Malahayati. Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dalam suatu pertempuran laut.

Armada para janda

Pada zaman Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil yang memerintah Kerajaan Aceh pada 997 hingga 1011 H (1589–1604), dibentuklah satu armada. Sebagian prajuritnya terdiri atas para janda yang disebut Armada Inong Balee. Armada tersebut dibentuk atas permintaan Laksamana Malahayati dan dipimpin langsung olehnya.

Laksamana Malahayati bersama dengan 2000 prajurit wanita yang gagah dan tangkas berulang kali terlibat dalam pertempuran. Tidak hanya di Selat Malaka, tetapi juga di daerah pantai timur Sumatera dan Malaya. Selain memiliki benteng, Armada Inong Balee juga memiliki pangkalan militer yang terletak di Teluk Lamreh Krueng Raya.

Menurut Hasan Djafar, anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Benteng Inong Balee terletak di lokasi yang sangat strategis bagi pertahanan militer Aceh dari ancaman serangan musuh dari arah Selat Malaka. Posisinya yang berada di atas bukit dengan ketinggin 100 mdpl, membuat armada Inong Balee memiliki jangkauan pandang yang luas.

Sisi barat Benteng Inong Balee yang berbatasan langsung dengan tebing dan garis pantai.
Sisi barat Benteng Inong Balee yang berbatasan langsung dengan tebing dan garis pantai.

Benteng ini membentang dari ujung Barat Teluk Krueng Rata hingga jauh ke pesisir Timur Aceh Besar. Letaknya benteng yang strategis ini membuat pasukan Inong Balee dapat menyerang pasukan Hindia-Belanda pada 1599. Pada peristiwa tersebut Armada Inong Balee berhasil mengalahkan pasukan musuh. Bahkan Laksamana Malahayati berhasil membunuh pimpinan armada laut Hindia-Belanda, Cornelis De Houtman.

Atas kiprahnya sebagai tokoh sejarah bangsa Indonesia dan merupakan laksamana laut wanita pertama di dunia, Laksamana Malahayati mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2017 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Berdasarkan hal tersebut tidak heran jika benteng yang pernah menjadi saksi sejarah kekuatan Laksamana Malahayati, yaitu Benteng Inong Balee juga di tetapkan menjadi Struktur Cagar Budaya peringkat Nasional oleh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional.

Teluk Lamreh Krueng Raya, tempat pangkalan militer armada Inong Balee yang sekarang menjadi Pelabuhan Malahayati.
Teluk Lamreh Krueng Raya, tempat pangkalan militer armada Inong Balee, sekarang telah menjadi Pelabuhan Malahayati.

Inong Balee saat ini

Kondisi Benteng Inong Balee yang terletak di tepi jurang yang berbatasan langsung dengan Teluk Krueng Raya saat ini sudah tidak utuh. Hanya tersisa reruntuhannya saja. Benteng yang dibangun pada abad ke 16-ini mengalami keterancaman, khususnya karena faktor alam. Dinding sisi barat benteng yang berbatasan langsung dengan jurang rawan mengalam longsor karena abrasi. Hampir seluruh bagian benteng juga ditumbuhi pepohonan.

Ombak di Teluk Krueng Raya sering kali menghempaskan batuan penyusun benteng ke dalam lautan. Bila hal tersebut dibiarkan, maka batuan penyusun benteng akan habis seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, pelindungan dan revitalisasi penting dilakukan untuk melindungi Cagar Budaya Nasional ini dari kehencuran. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi perhatian dan dasar Tim Ahli Cagar Budaya Nasional melakukan penetapan Benteng Inong Balee, yang menjadi saksi sejarah besar kemaritiman Indonesia sebagai Cagar Budaya Nasional pada 24 Mei 2018. (Shofa Nurhidayati-Sub Direktorat Registrasi Nasional)