Candi yang unik, besar dan megah

Bila ditanya mengenai salah satu candi paling unik di Sumatra, bisa jadi jawabannya adalah Candi Si Pamutung. Keunikan Candi Si Pamutung terletak dari dua unsur penyusunnya, yakni bata merah dan batuan tuff. Selain keunikan tersebut, candi yang terletak di Desa Siparau, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padanglawas, Provinsi Sumatera Utara tersebut merupakan candi terbesar dan termegah yang ada di kawasan Padanglawas, bahkan Sumatera. Pendapat tersebut dikemukakan oleh F. M. Schnitger (1937) dan Soeroso saat melakukan kajian lapangan percandian Padang Lawas (Mei, 2018).

Kemegahan Candi Si Pamutung terlihat dari adanya tujuh perwara di sekeliling candi. Hal tersebut disampaikan oleh Soeroso, selaku ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional. “Candi Si Pamutung merupakan candi termegah bila dibandingkan dengan candi-candi lain di Padang Lawas. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya tujuh perwara di sekeliling Candi Si Pamutung”, tutur Soeroso.

Perwara Candi Si Pamutung
Perwara G yang belum dipugar

Candi Perwara tak berbentuk

Salah satu perwara Candi Si Pamutung terletak di luar pagar keliling. Tepatnya di sebelah Selatan. Oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh, perwara tersebut diberi kode Perwara G. Perwara ini belum dipugar. Masih terlihat seperti gundukan bata. Bahkan menurut cerita penduduk setempat, Perwara G merupakan sarang ular kobra.

Benteng tanah Candi Si Pamutung
Benteng tanah yang mengelilingi Candi Si Pamutung

Gugusan benteng tanah

Candi Si Pamutung juga memiliki gugusan benteng tanah yang mengelilingi areal candi seluas 24,2 ha. Hal tersebut tertuang dalam Laporan Konservasi Candi Induk Si Pamutung yang dibuat oleh BPCB Aceh pada 2016 lalu. Menurut penuturan anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Junus Satrio Atmodjo, benteng tanah tersebut berfungsi untuk melindungi kawasan pemukiman yang berada di sekeliling candi.

Akan tetapi, di balik kemegahan Candi Si Pamutung, terdapat beberapa masalah yang melingkupinya. Akses jalan menuju Candi Si Pamutung sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor. Dari jalan utama Binanga, akses menuju Candi Si Pamutung harus melewati areal perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis). Jalan di tengah areal kelapa sawit tersebut masih berbatu dan berlubang. Bila turun hujan, lubang-lubang tersebut akan terisi air dan membuat jalan menjadi berlumpur.

Foto udara Candi Si Pamutung
Foto udara Candi Si Pamutung: kemegahan di balik rimbunan kelapa sawit

Selain melawati jalan di tengah perkebunan kelapa sawit, untuk mencapai Candi Si Pamutung juga harus menyebrangi Sungai Barumun dengan jembatan kayu yang disanggah tali-tali besi. Akses jalan yang sulit tersebut membuat Candi Si Pamutung jarang dikunjungi wisatawan. Padahal, untuk masuk ke dalam Candi Si Pamutung tidak dikenakan biaya.

Potensi Candi Si Pamutung

Sebagai candi dengan segudang keistimewaan, Candi Si Pamutung memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Oleh sebab itu, akses menuju candi harus segera diperbaiki. Biarkan dunia tahu bahwa di tengah rimbunan kelapa tersebut, tersembunyi situs yang begitu istimewa, begitu jelita: Si Pamutung! (Indrawan Dwisetya Suhendi-Sub Direktorat Registrasi Nasional)

Baca juga: Bharata Lokanantha dari Gunungtua