Candi LarasCandi Laras berada di Desa Candi Laras, Kecamatan Candi Laras Selatan, Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan, dengan koordinat 2052’2” LS 114056’7” BT. Candi Laras adalah situs candi yang ditemukan pada lokasi yang dinamakan penduduk dengan sebutan “Tanah Tinggi”. Letak candi itu tidak berada pada lokasi yang strategis, sehingga diperkirakan candi ini dibangun untuk maksud-maksud tertentu dan diperkirakan merupakan candi kerajaan. Di sekelilingnya merupakan daerah rawa, bahkan untuk mencapainya harus berjalan di rawa.

Keadaan bangunan sudah hancur, dan ketika dilakukan ekskavasi hanya ditemukan runtuhan bata yang tidak membentuk struktur. Selain itu ditemukan juga tonggaktonggak kayu ulin sejumlah tujuh batang. Dari temuan ini, diduga Candi Laras dibangun dari struktur bata yang disangga dengan balok-balok kayu ulin. Pada situs candi itu ditemukan juga potongan-potongan arca

Śiwa Mahāguru  memegang cupu, Nandi dan lingga. Semuanya disimpan di Museum Negeri Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Melihat temuan itu di sekitar runtuhan, diduga Candi Laras merupakan bangunan pemujaan ajaran Hindu.

Di daerah yang berdekatan dengan candi tersebut, yaitu di jalan Desa Beringin B dekat sungai Tambingkaran termasuk daerah aliran Sungai Amas ditemukan arca . Keadaanya sudah rusak bagian tangan kanan dan kedua kaki sudah patah. Arca Buddha itu dibuat dari bahan perunggu dengan ukuran lebar 8 cm dan tinggi 21 cm. Digambarkan berdiri memakai jubah yang disampirkan pada bahu kiri. Tangan kirinya ke depan sambil memegang ujung jubah. Wajahnya digambarkan agak bulat dengan mata sipit dan mulut dengan ujung bibirnya agak ke atas seperti pada wajah arca-arca Thailand. Melihat ciri wajahnya arca Buddha itu berlanggam Dwarawati yang berkembang pada sekitar abad ke-8 Masehi.

Fragmen prasasti batu dengan tulisan beraksara Pallawa ditemukan di dasar Sungai Amas. Prasasti berbahasa Melayu Kuno ini yang berkaitan dengan “perjalanan suci”, berbunyi //… siddha…// (selengkapnya seharusnya berbunyi // jaya siddha yatra// artinya “perjalanan suci yang mendapat berhasil”). Prasasti siddhayatra ini kalau dilihat bentuk akasaranya sejaman dengan prasasti siddhayatra yang banyak ditemukan dari daerah Palembang, Dilihat dari gaya seni arca Buddha Dipaŋkara dan bentuk aksara pada fragmen prasasti diduga bahwa tempat itu sudah ada penduduk sejak abad ke-7-8 Masehi.

Pada 2000 dilakukan penelitian radiokarbon C-14 dari sampel tonggak kayu ulin yang masih tertancap di lokasi aslinya, dan dihasilkan penanggalan sekitar abad ke-14 Masehi.

Sumber:

Utomo, Bambang Budi, 2014, “Candi Laras” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.) Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 192–193