Candi di Ranah Minangkabau

0
2218
Tinggalan arkeologis di Sumatera Barat.
Tinggalan arkeologis di Sumatera Barat.

Hanya ditemukan di Pasaman dan Dharmasraya

Di daerah Sumatera Barat, yang dikenal pula dengan sebutan Ranah Minangkabau, peninggalan cagar budaya berupa bangunan candi sangat sedikit ditemukan. Candi-candi hanya ditemukan tersebar di dua daerah kabupaten, yaitu di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Dharmasraya. Kedua daerah itu merupakan daerah hulu perairan Sungai Batanghari dan Sungai Kampar. Padahal daerah itu dahulunya merupakan pusat wilayah Kerajaan Malayu. Bahkan, daerah perairan hulu Sungai Kampar, yang disebut Minānga di dalam Prasasti Kedukanbukit pada 682, merupakan pula “daerah asal” Kerajaan Śrīwijaya sebelum kepindahannya ke daerah Palembang. Walaupun temuan berupa candi dari daerah itu dapat dikatakan jumlahnya sangat sedikit, namun temuan-temuan lain seperti prasasti dan arca dapat dikatakan relatif lebih banyak.

Prasasti

Dari daerah Sumatera Barat telah ditemukan lebih dari 20 prasasti batu yang berasal dari masa Kerajaan Malayu (Djafar, 1992; Budi Utomo, 2007; Istiawan, 2011). Selain prasasti-prasasti batu ditemukan pula beberapa prasasti lain, di antaranya prasasti pendek pada lembaran emas berbentuk bunga teratai. Prasasti ini ditemukan dalam reruntuhan bangunan candi di Tanjungmedan (Groeneveldt, 1887; Krom, 1912:36; Bosch, 1930:133). Prasasti lainnya ditulis di lempengan perak yang ditemukan oleh penduduk Siguntur di Sungai Batanghari. Sejumlah temuan arca, baik berupa arca batu maupun arca logam, ditemukan dari beberapa situs di Sumatra Barat. Di antaranya ditemukan di Kompleks Percandian Pulausawah.

Daerah persebaran situs-situs, yang memiliki tinggalan-tinggalan cagar budaya tersebut, dahulu merupakan daerah yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah di Nusantara. Khususnya di Kerajaan Malayu (Swarnabhūmi). Tinggalan-tinggalan berupa prasasti yang ditemukan di daerah ini telah memperkuat kenyataan tersebut. Memberikan rentang waktu setidak-tidaknya antara abad ke-13 dan ke-14. Masa ini sebagai masa puncak kebesaran Kerajaan Malayu di Ranah Minangkabau.

Tertimbun dalam munggu

Candi-candi yang kini telah ditemukan kembali semuanya terbuat dari bata. Tidak ada satu pun candi-candi di Sumatra Barat yang ditemukan masih utuh. Semuanya ditemukan dalam keadaan sudah runtuh. Tertimbun tanah hingga menjadi gundukan yang oleh penduduk setempat disebut munggu. Di dalam munggu-munggu inilah, setelah digali (diekskavasi), ditemukan sisa-sisa bangunan candi. Sisa-sisa bangunan candi ini pada umumnya berupa bagian kaki candi atau fondasinya saja. Candi-candi tersebut merupakan kompleks percandian agama Buddha yang berasal dari masa sekitar abad ke-13 hingga abad ke-14. Candi di Sumatra Barat yang akan dibicarakan adalah candi-candi yang telah ditemukan kembali dan telah diteliti, di antaranya:

(1) Kompleks Candi Padangroco;

(2) Kompleks Candi Pulausawah;

(3) Candi Bukik Awang Maombiak;

(4) Kompleks Candi Tanjungmedan;

(5) Candi Pancahan;

(6) Candi Patani.

Sumber:

(Hasan Djafar), 2014. “Candi Pancahan” dan “Candi Patani” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.), Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 87–89.