Biola Buatan Nicolo Amati Menjadi Cagar Budaya Nasional

0
3861
Biola W.R. Supratman yang kini disimpa di Museum Sumpah Pemuda.
Biola W.R. Supratman yang kini disimpa di Museum Sumpah Pemuda.

Dibuat dari tiga jenis kayu

Biola tua itu dibuat dari tiga jenis kayu. Bagian depan dibuat dari kayu Cyprus (Peronema canescens). Bagian samping (side plate), bagian belakang (back plate), leher (neck), dan kepala (scroll) dibuat dari kayu maple Italia (Acer pseudoplatanus). Bagian senar holder (tail piece), penggulung senar (driver), kriplang (finger board), dan end pin menggunakan kayu hitam atau kayu eboni Afrika Selatan (Diospyros melanida). Bagian bridge atau jembatan terbuat dari kayu maple (Acer pseudoplatanus). Pada bagian senar kawat disisipkan kayu eboni (Diospyros celebica) yang keras untuk menahan beban senar kawat. Lis tepi biola tersebut dibuat dari rose wood dan eboni. Tulisan “Nicolaus Amatus Fecit In Cremona 16”, terdapat di bagian dalam. Pada bagian badan juga terdapat tick rest atau penahan dagu.

Biola ini termasuk model Amatus, berukuran 4/4 atau standar dengan panjang badan 36 centimeter, lebar badan pada bagian terlebar 20 centimert dan 11 centimer bagian tersempit, tebal tepian biola 4,1 centimeter dan tebal bagian tengah 6 centimeter.

Biola itu dibeli oleh Willem van Eldik di Makassar pada 1914. Kemungkinan sebagai salinan model biola buatan Nicolo Amati. Pembuat biola terbaik dari keluaraga Amati di Cremona, Italia, abad ke-17. Pada akhir abad ke-19, model biola ini banyak ditiru di Jerman. Willem van Eldik kemudian memberikannya sebagai hadiah kepada Wage Rudolf Soepratman.

Mengantarkan Soepratman menjadi pemain Black dan White Jass Band

Biola ini pernah mengantar W.R. Soepratman menjadi pemain Black and White Jazz Band, Makassar. Juga pernah memainkannya di Gedung Societet Concordia (Gedung Merdeka) Bandung, pada 1924.

Soepratman dilahirkan di Purworejo pada 1903 dan meninggal pada 17 Agustus 1938 di Surabaya serta dimakamkan di kota yang sama. Pemain musik yang juga pernah menjadi wartawan itu melantunkan Syair Indonesia Raya dengan biola itu kali pertama pada Kongres Pemuda kedua pada 28 Oktober 1928.

Sepeninggal Wage Rudolf Soepratman, kakaknya, Ny. Roekijem Soepratijah lah yang merawat biola itu. Pada 1974 Ia memberikannya ke Museum Sumpah Pemuda pada 1974 untuk dijadikan koleksi. Kini biola itu telah menjadi Cagar Budaya Nasional dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 247/M/2013, dan nomor Registrasi Nasional RNCB.20131227.01.000002.

Pada 1995 biola itu pernah dikonservasi di Solo oleh Bapak Sujiman. Hingga kini biola tersebut dalam keaadan baik, karena selalu mendapatkan perawatan secara rutin.

Baca juga

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/mengenang-belajar-dan-menghargai-sumpah-pemuda-di-rumah-sie-kong-liong/