Meriam Benteng Marlborough
Deretan meriam di dalam Benteng Marlborough

Kondisi Benteng Marlborough di Bengkulu, yang merupakan peninggalan Inggris di Sumatera, saat ini kurang baik dan sudah saatnya mendapat sentuhan revitalisasi. Benteng Marlborough yang didirikan oleh East Indian Company (EIC) pada 1713–1719, yang saat itu berada di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet itu sebenarnya pernah dipugar. Akan tetapi sudah berlangsung cukup lama, sehingga kondisinya tidak sebaik setelah dipugar dahulu.

Benteng Marlborough
Proses penataan lingkungan Benteng Marlborough oleh BPCB Jambi. Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi

Halaman benteng yang didirikan di atas bukit buatan, dan menghadap ke arah kota Bengkulu ini pernah ditata ulang. Tepatnya pada 7–13 Mei 2014 ditata ulang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi. Dengan membuat 10 dudukan baru meriam dan menanami rumput di sekitarnya. Sepuluh deret meriam di bagian baratlaut halaman dalam benteng, dan dua meriam di bagian tenggaranya.

BPJB-JAMBI-300x320
Proses pengambilan sampel di bagian atas benteng oleh BPCB Jambi. Sumber: bengkuluonline.com

Satu bulan sebelumnya, tepatnya pada 15 April 2014 BPCB Jambi melakukan studi teknis dan studi konservasi terhadap Benteng Marlborough. Studi teknis dan studi konservasi di Benteng yang dahulu merupakan benteng Inggris terkuat di daerah Timur, setelah Benteng St. George di Madras (India) ini, bertujuan untuk mendapatkan data supaya di dalam pelaksanaan konservasi diperoleh data yang akurat, dan proses revitalisasinya sesuai dengan kaidah pelestarian.

Proses studi teknis dan konservasi ini dilakukan dalam bentuk penelitian material bangunan Benteng Marlborough. Atap Benteng Marlborough dibor untuk diambil sampel sebanyak 2 bongkah kecil untuk dianalisis material penyusunnya.

Rencana revitalisasi ini akan dibicarakan dalam rapat koordinasi antara Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM) dengan BPCB Jambi pada 4–5 November 2015 di Bengkulu (Ivan Efendi)