Buhun Dalm

Hasil penelitian di Sembiran mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah sekitarnya, salah satunya adalah di Desa Bondalem. Penelitian dilakukan karena adanya penyebutan buhun dalm dalam prasasti 703 Kintamani E yang dikeluarkan oleh Raja Ekajaya Lancana dengan ibunya Arjaya Deng Jaya Ketana pada 1122 Saka atau 1200 Masehi (Suantika, 1993:2). Secara etimologi, kata buhun dalm berarti sumur raja (Warsito dalam Suantika, 1993:3). Jika kata ini diartikan secara harfiah, maka dapat diduga bahwa pada masa lampau di lokasi di desa tersebut ada satu sumur yang penggunaannya khusus bagi raja atau keluarga raja (kerajaan). Namun jika diartikan secara kias, maka dapat berarti bahwa di desa tersebut tinggal keluarga raja atau pejabat kerajaan. Jika dikaitkan dengan dugaan bahwa Desa Julah merupakan lokasi pelabuhan kuna, maka dapat diduga bahwa Bondalem atau buhun dalm adalah lokasi tempat tinggal dari raja atau keluarga kerajaan yang mengurusi masalah pelabuhan (Suantika, 1993:3).

Hasil penelitian pada 1993 ini berupa fragmen gerabah, logam, dan juga rangka manusia hasil ekskavasi dekat Pura Sasahan (Suantika, 1993:4). Temuan serupa juga ditemukan di tepi pantai yang terkena abrasi ketika laut surut. Selanjutnya karena abrasi yang terjadi di Desa Bondalem sangat parah, kurang lebih mencapai 1 meter pertahun, penelitian dilakukan oleh Jurusan Arkeologi Universitas Udayana, oleh Balai Arkeologi dan juga Puslit arkenas (Ardika, 2000:81). Berdasarkan dari hasil ekskavasi yang dilakukan di Desa Bondalem, terlihat kesamaan tinggalan dan lapisan stratigrafi antara situs di Desa Bondalem dengan di Sembiran dan Gilimanuk, yang diduga berasal dari masa logam awal. Fragmen gerabah yang ditemukan serupa dengan gerabah di Sembiran dari fase awal (Ardika, 2000:83).

Bagian dari sistem perdagangan dari Asia daratan dan India

Beranjak dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa wilayah Bali merupakan salah satu bagian dari sistem perdagangan dari Asia daratan dan India pada awal abad masehi. Calo dalam artikelnya menyebut Sembiran dan Pacung merupakan bagian dari jaringan trans asiatic pada akhir masa prasejarah. Hasil penelitiannya berupa fragmen gerabah Arikamedu. Juga berdasarkan dari hasil analisis komparasi kaca, perunggu, emas, dan artefak dari karnelian dengan situs-situs lain di Asia (Calo et al., 2015:379). Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah Tejakula menunjukkan bahwa wilayah Tejakula memiliki potensi yang besar. Sebagai salah satu wilayah yang mengandung tinggalan arkeologi dari awal abad masehi.

Seiring dengan besarnya potensi sebagai sumber data untuk mengungkap sejarah masa lalu, wilayah ini juga terancam oleh kondisi alam. Salah satunya adalah terjadinya abrasi. Situs arkeologi yang sebagian besar berada di wilayah pantai, saat ini telah tergerus dan hilang atau terendam di dasar laut. Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan dilakukannya penelitian dengan metode survei bawah air dengan melakukan penyelaman (SCUBA diving).

Selengkapnya baca di sini