Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman — Pada kompleks kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, sebuah museum dibangun dengan mengusung tema Etnografi. Museum yang dinamakan Museum Etnografi Andalas ini berisi informasi dan koleksi mengenai kehidupan masyarakat Mentawai yang tidak lepas dari arwah para leluhur dalam kehidupan sehari-harinya.
Tepat pada tanggal 4 Desember 2019 yang lalu, museum ini diresmikan dibuka oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman bersama dengan Bupati Kepulauan Mentawai dan Rektor Universitas Andalas. Tak hanya mengadakan perayaan seremonial saja, peresmian ini diramaikan juga dengan kegiatan seminar yang dihadiri oleh sejumlah pemakalah terpilih.
Fitra Arda, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, dalam sambutannya menjelaskan bahwa esensi dari museum ini ialah perannya bagi pemajuan kebudayaan, mengingat bahwa kebudayaan yang kuat dapat menjadi pilar bagi pembangunan bangsa. Oleh karenanya museum ini diharapkan mampu menjadi penghubung antara masa lalu dan masa sekarang, yang harus dibangun tidak hanya dari segi fisik tetapi juga marwahnya.
Yudas Sabbagalet, Bupati Kepulauan Mentawai, menjelaskan bahwa kebudayaan Mentawai penting untuk diangkat dan dibuatkan museumnya agar lebih dikenal oleh khalayak umum.
Kedepannya, museum ini akan difungsikan dan dilibatkan sebagai media dalam proses belajar mengajar di Universitas Andalas.
Koleksi yang berada di museum ini merupakan hasil pengumpulan secara sukarela dari Pemerintah Daerah Kepulauan Mentawai dalam upayanya menjaga kearifan lokal sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Setiap sudut dalam museum ini menampilkan peralatan khas suku Mentawai yang digunakan dalam upacara adat Mentawai. Pada salah satu sudut museum misalnya, terdapat replika masyarakat Mentawai yang memiliki peran sebagai dukun pada proses upacara adat. Replika dukun ini memakai peralatan lengkap mulai ikat kepala hingga baju yang khas dan perlengkapan pemanggil arwah.
Pengetahuan tentang kebudayaan merajah badan atau mentato khas Mentawai juga disuguhkan di museum ini. Motif tato masyarakat Mentawai mempunyai nilai dan makna pada setiap gambarnya.
Selain tentang peralatan tradisional dan tato Mentawai, di panil-panil museum ini tersaji informasi yang komprehensif mengenai kebudayaan masyarakat tradisional penghuni kepulauan bagian barat Pulau Sumatera itu.
Koleksi Museum Etnografi Andalas terbilang masih dalam tahap awal dan masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi ke depannya. Peranan mahasiswa dan masyarakat tentu diperlukan untuk melakukan kajian dan penambahan koleksi.