Warna-warni Semarak Peringatan Hari Purbakala ke-106

0
904
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda, Memaparkan Kata Sambutan (18/7).
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda, Memaparkan Kata Sambutan (18/7).

Serangkaian acara telah dilakukan dalam rangka menyemarakkan Peringatan Hari Purbakala ke-106. 

Perayaan kali ini diselenggarakan di Plaza Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantara, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Acaranya dimeriahkan dengan pembacaan puisi dari siswa School of Human, tarian nusantara, pemutaran film kaleidoskop lembaga kepurbakalaan, dan pertunjukan musik keroncong.

Puncak acara peringatan Hari Purbakala itu dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia dan UPT yang dibawahi oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Lewat Peringatan Hari Purbakala Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda, berpesan agar cagar budaya harus dapat dimanfaatkan dan dirasakan kehadirannya oleh masyarakat.

Eloknya, seluruh masyarakat harus sadar akan pentingnya cagar budaya. 

Fitra Arda bertutur bahwa komunitas pecinta purbakala sebagai contoh yang menarik, di antara mereka banyak yang tidak berlatar belakang ilmu kepurbakalaan, namun mencintai kepurbakalaan. 

Lewat perayaan ini beliau mengharapkan upaya pelestarian yang dilakukan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dapat memberikan sumbangsih besar dalam masa-masa pembangunan.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid (18/7).
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid (18/7).

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, turut membahas tantangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke depannya. 

Menurutnya, wawasan pemerintah pusat dan daerah tentang cagar budaya dan museum masih belum cukup.

Kabar baiknya, untuk saat ini pemerintah di daerah sudah semakin sadar akan kebutuhan perangkat kebudayaan di daerahnya masing-masing. 

Selain belum terpenuhinya kebutuhan tenaga ahli cagar budaya di banyak daerah, ada tantangan baru di wilayah yang sudah dijadikan cagar budaya, yaitu pembangunan dan harus dibentuknya badan pengelola. 

Sebagai contoh, diangkatnya Kawasan Tambang Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Pemeringkatan kelas dunia itu mendesak pemerintah agar segera melakukan pembangunan dan membentuk badan pengelola. 

Pembangunan maupun investasi harus diawasi dengan ketat agar tidak bersinggungan dengan kaidah-kaidah pelestarian. 

Pembangunan infrastruktur harus dibarengi dengan pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan sebagai jantungnya.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi, Wiwin Djuwita Ramelan (18/7).
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi, Wiwin Djuwita Ramelan (18/7).

Wiwin Djuwita Ramelan, Ketua IAAI, juga membahas tantangan pelestarian cagar budaya dan museum, di antaranya: kebutuhan tim ahli, evaluasi keberlakuan Undang-undang, kesiapan sumber daya manusia, dan kesesuaian undang-undang. 

Tak lupa, dosen arkeologi Universitas Indonesia itu menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yang terus mendukung kegiatan IAAI.

 

Apresiasi Tokoh Arkeologi Indonesia

Edi Sedyawati (kedua dari kiri), Tokoh Arkeologi Indonesia 2019 (18/7).
Edi Sedyawati (kedua dari kiri), Tokoh Arkeologi Indonesia 2019 (18/7).

Selain perayaan, hari purbakala juga dimeriahkan dengan penganugerahan kepada Prof. Dr. Edi Sedyawati sebagai Tokoh Arkeologi Indonesia Tahun 2019.

Pengapresiasian itu sangat pantas disematkan kepada beliau, mengingat kiprah dan perannya dalam perkembangan ilmu arkeologi Indonesia yang tak terhitung.  

Ketika memberikan kata sambutan, Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, mengenang kisahnya ketika diajar oleh Ibu Edi Sedyawati saat berkuliah di FIB UI dulu.

“Dulu saya ambil kelasnya Ibu Edi, tapi tidak lulus karena tidak ikut ujian. Sebagai gantinya saya buatkan paper tentang Serangan Adipati Unus ke Melaka tahun 1513. Menurut Ibu Edi paper saya yang paling bagus di antara mahasiswa yang lain” ucap lulusan Sejarah Universitas Indonesia itu.

 

Pengenalan Ikon Pelestarian kepada Publik

Desain Gambar Karakter Bang Min-Um
Desain Gambar Karakter Bang Min-Um

Momen besar ini dimanfaatkan untuk memperkenalkan ikon pelestarian cagar budaya dan permuseuman yang pertama kalinya ke publik.

Ikon anyar itu diberi nama Bang Min-Um, akronim dari admin Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. 

Secara filosofis, Bang Min-Um adalah tokoh bersahabat yang akan melepaskan dahaga masyarakat mengenai pengetahuan seputar cagar budaya dan museum. 

Karakter Bang Min-Um digambarkan sebagai tokoh berbusana adat Betawi, berkesan lucu agar semakin mudah dikenal dan disukai oleh masyarakat, terutama anak kecil.

 

Baca juga:

Kejar Tayang Registrasi Nasional, PCBM Gelar Workshop di Bogor

UNESCO Tetapkan Sawahlunto Sebagai Warisan Dunia

Festival Budaya Sunyagiri 2019: 11 Museum Menggelar Pameran Bersama