Berkunjung ke Museum Arkeologi di Bagan, Myanmar

0
1966
archeological-museum2
Museum Arkeologi Bagan, Myanmar. Sumber: baganmyanmar.com

Berkunjung ke Museum Arkeologi di Bagan Myanmar merupakan pengalaman yang luar biasa. Arsitektur Museum ini begitu megah dan sangat menonjolkan arsitektur tradisional Myanmar dengan ornamen arsitektural dan ukiran kayu yang indah.

Awalnya museum ini berukuran kecil dan sederhana. Dibangun pada 1902 atas inisiatif U Taw Sein Kho, Inspektur kantor Epigraphic (sekarang Jurusan Arkeologi), Museum Nasional dan Perpustakaan. Museum kecil ini dibangun di sebelah utara Candi Ananda, untuk menyimpan temuan arkeologi di sekitar Bagan. Dua tahun kemudian, yaitu pada 1904 museum kecil ini dibuka dengan tata pamer yang tidak sistematis.

Museum Arkeologi-Bagan-Myanmar
Kedua dari kanan: Ms Daw Baby, Deputy Director, Department of Archaeology and National Museum, Bagan Branch, Ministry of Culture, Myanmar. Keempat dari kanan: Dr. Bob Hudson, Arkeolog dari Universitas of Sydney, Australia. Kedua dari kiri: U Aung Kyaw Win, Assistant Director, Conservation Division, Department of Archaeology and National Museum, Bagan Branch, Ministry of Culture, Myanmar. Berfoto di depan Museum Arkeologi bersama delegasi dari Indonesia, Singapore, Vietnam, Cambodia, Thailand, Lao, dan Brunai Darussalam yang tergabung dalam kelompok III yang membahas mural painting atau lukisan dinding.

Kemudian pada 1976 di lahan situs dengan luas 8.16 hektar, yang berada di sebelah selatan Gawdaw Palin Pagoda (di area Bagan lama), dibangun museum modern berdesain oktagonal, dan mulai dibuka pada 1 Oktober 1979. Di museum baru ini terdapat tiga ruang (storage) untuk menampung prasasti batu, patung dan benda-benda arkeologis yang berukuran besar.

Awal 1995, tiga storage itu dihancurkan dengan menyisakan struktur Oktagonal. Kemudian dibangunlah museum baru yang megah dan diresmikan pada 17 April 1998. Bangunan ini berdiri di atas tanah berukuran 180 kaki dari Timur ke Barat, dan 360 kaki dari Utara ke selatan, atau seluas 10.97 hektar.

Di Museum ini dipamerkan alat-alat batu prasejarah, alat-alat perunggu, fosil, patung Buddha perunggu, tablet, prasasti lontar, tembikar, keramik, dan artefak terrakota. Untuk menikmati koleksi museum yang begitu luas cukup melelahkan, ditambah tidak adanya bangku atau bench untuk sekadar beristirahat sejenak. (Ivan Efendi)