Sumber-sumber asing dapat digunakan untuk mempelajari kemampuan navigasi dari para pelayar Kepulauan Nusantara. Kapal-kapal Eropa yang berlayar di perairan Kepulauan Nusantara mempergunakan para mualim Kepulauan Nusantara untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuannya. Dalam ekspedisi Magelhaens pada 1521, mereka menculik dua pandu laut Kepulauan Nusantara untuk mengantarkan kapal-kapal mereka dari Filipina ke Tidore.[1]
Pelayaran pertama orang Belanda ke Kepulauan Nusantara menggunakan tenaga bekas pekerja kapal Portugis. Namun setelah itu Belanda menggunakan para mualim Kepulauan Nusantara. Ketika tiba pertama kali di Selat Sunda, Belanda memanfaatkan juragan perahu untuk mengantarkan mereka ke Banten dengan sewa sebanyak 5 real.[2]
Pada abad ke-16 dan 17 telah banyak para pelayar Kepulauan Nusantara yang membawa kapal Eropa. Mereka telah mahir dalam ilmu navigasi dan telah mengetahui lamanya pelayaran ke berbagai daerah tertentu. Walaupun teknologi kapal Eropa lebih maju dari pada kapal Kepulauan Nusantara ketika itu, namun para pelayar setempat tidak canggung bekerja di kapal asing karena mereka sangat menguasai navigasi. Para pelayar Belanda dan Portugis sangat terbantu atas pengetahuan yang dimiliki oleh pelayar setempat sehingga orang Belanda dan Portugis dapat menguasai keadaan iklim geografi. Petunjuk-petunjuk untuk berlayar tidak hanya didasarkan atas observasi orang Portugis sendiri, tetapi juga karena kemampuannya untuk memperoleh keterangan nautika dari pelaut setempat. Francoisco Rodrigues menggunakan toponim Melayu untuk mengunjungi beberapa tempat di Vietnam dan Campa.[3]
[1] A. Pigafetta. Premier Voyage Autour du Monde….. Paris: 1801, p. 160.
[2] G.P. Rouffaer dan J.W. Ujzermen, ed. De Eerste Schipvaart der Nederlanders naar Oost Indie….Jilid I. Den Haag: D`eerste Boeck van Willem Lodewycksz, 1915, p. 65.
[3] P.Y. Manguin. Les Portugais sur les cotes du Viet- Nam et du Campa, Etude sur les routes Maritimes et Les Relations Commerciales, d`apres les Sources Portugaiser. Paris: Ecole Francaise d`Extreme –Orient, 1972, bab 1 dan 2.
Dikutip juga dari: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II