Ditinjau dari sudut perdagangan, bandar yang terdapat di Asia Tenggara digolongkan oleh Leong Sau Heng dalam tiga tipe, yakni bandar “Collecting Centres’ “Entrepot”, dan “Feeder Points”.1 Bandar yang bertipe “Collecting Centres” adalah bandar tempat menumpuknya berbagai barang komoditi yang datang dari bandar lain untuk dikonsumsi sendiri dan didistribusikan ke daerah pedalaman. Bandar ini didukung oleh hasil bumi di sekitarnya dan terletak di pepesir, atau di hulu sungai yang dekat dengan daerah penghasil barang komoditi.2 Tipe “Entrepots” adalah bandar yang berfungsi untuk pengumpulan barang yang dibawa oleh kapal dagang dari berbagai negeri, seperti dari Timur Tengah, India, dan Eropa. Di sini terjadi pemindahan barang dagangan dari kapal yang satu ke kapal yang lain, dan selanjutnya dikapalkan ke negeri lain. Tipe bandar “Entrepots” pada milenium pertama tergantung pada angin muson.3 Bandar yang termasuk pada tipe “Feeder Points” adalah bandar yang letaknya strategis di rute jaringan perdagangan untuk membantu melayani bandar Entrepot dalam transaksi dagang. Bandar ini berhubungan langsung dengan daerah penghasil barang komoditi.4
Ketiga tipe bandar di atas ada kalanya dimiliki suatu kota bandar yang telah menyediakan fasilitas lengkap, yang dikenal sebagai bandar atau pelabuhan “emporium”. Adalah kota bandar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, sehingga memudahkan bagi para pelaut untuk memenuhi kebutuhan serta memperbaiki kapalnya. Bandar semacam itu telah muncul pada abad ke-10 dan 11 di Samudera Hindia, seperti Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas, dan Hormuz di teluk Persia; Cambay, Calicut, dan Goa di Laut Arab; Satgaon di teluk Benggala, Malaka di selat Malaka; Khanfu di Canton; Zaiton dan nanking di Laut China.5
Dalam perkembangannya, bandar emporium memiliki fasilitas ekonomi berupa kredit, gudang, penginapan, dan sebagainya. Kegiatan para pengusaha yang cukup besar dengan menguasai perdagangan sendiri merupakan salah satu cirri dari bandar emporium. Kapal bisa mereka beli atau disewa untuk mengadakan ekspedisi dagang ke bandar yang lain, dan seringkali nakhoda kapal merangkap sebagai pedagang. Usaha dagang semacam itu dinamakan sebagai pedagang Commenda.6
1 Leong Sau Heng, “Collecting Centers, Feeder Points and Entrepots in the Malay Peninsula 1000 B.C. – A.D. 1400”, dalam Kathirithamby-Wells & John Villiers. Ed. The Southeast Asian Port and Polity Rise and Denise. National University of Singapore: Singapore University Press, 1990, p.17.
2 Leong Sau Heng, Ibid. P. 23
3 Leong Sau Heng. Ibid. P. 32
4 Leong Sau Heng. Ibid. P. 29
5 K.N. Chaudhuri. Trade and Civilsation in the Indian Ocean, An Economic History from the Rise of Islam to 1750. Cambridge-New York-New Rochelle-Melbourney-Sydney: Cambridge University Press. 1989, p. 89.
6 J.C. Van Leur. Op. Cit. P. 60-63
Dikutip juga dari: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II