Prasasti-prasasti tentang Purnawarman

0
31923
Prasasti Cidanghiang, salah satu prasasti Purnawarman di tepi Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Prasasti Cidanghiang, salah satu prasasti Purnawarman di tepi Sungai Cidanghiang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Prasasti-prasati Punawarman ini menyatakan bahwa raja Purnawarman adalah seorang raja yang gagah perkasa, pemberani dan senantiasa mengalahkan musuh-musuhnya.[1] Tiga di antaranya disertai dengan gambar tapak kaki yang dipersembahkan dengan tapak kaki dewa Wisnu.

Prasati Tugu

Prasati atau inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di Kampung Batutumbuh, desa Tugu, dekat Tanjungpriuk, Jakarta. Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara Palawa dan bahasa Sanskerta. Inskripsi terebut isinya sebagai berikut:

“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan kerena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal 8 paroh gelap bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh Brahmana disertai persembangan 1000 ekor sapi”.

Prasasati Ciaruteun

Inskripsi ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Inskripsi ini terdiri atas dua bagian, yaitu Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan berakasara Palawa dan bahasa Sanskerta, dan Inskripsi B yang terdiri atas satu baris tulisan yang belum dapat dibaca dengan jelas. Inskripsi ini disertai pula gambar sepasang telapak kaki. Inskripsi A isinya sebagai berikut:

“ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Beberapa sarjana telah berusaha membaca inskripsi B, namun hasilnya belum memuaskan. Inskrispi B ini dibaca oleh J.L.A. Brandes sebafai Cri Tji aroe? Eun waca (Cri Ciaru?eun wasa), sedangkan H. Kern membacanya Purnavarmma-padam yang berarati “telapak kaki Purnawarman”.[2]

Prasasti Kebon Kopi I

Inskripsi ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruetun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasastinya di pahatka dalam satu baris yang diapit pahatan telapak kaki gajah. Isinya sebagai berikut:

“Di sini tampak sepasang telapak kaki……yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam……dan (?) kejayaan”.

Prasasti Pasir Koleangkak atau Prasasti Jambu

Inskripsi ini terletak di sebuah bukit (pasir) Kolengkak, Desa parakanmuncang, Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan dalam dua baris tulisan dengan aksara Palawa dan bahasa Sansekerta. Isinya sebagai berikut:

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhdap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanagara dan yang baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.

Inskripsi ini disertai pula dengan pahatan sepasang telapak kaki.

Prasasti Cidanghiang (Lebak)

Prasasti ini terdapat di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara Palawa dan bahasa Sanskerta. Isinya sebagai berikut:

“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja”.

[1] (coedes, 1968:53-54; Hall, 1985:105)

[2] Lihat: Vogel, idem, 1925: 24

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)

Baca juga: Pendukung Kebudayaan Buni Merupakan Cikal Bakal Tarumanagara