Padang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat menggelar puncak acara Festival Film Dokumenter Kebudayaan 2016 sekaligus penyerahan hadiah bagi peserta dengan film terbaik. Puncak acara ini dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota pada Jumat, 11 November 2016. Acara puncak ini secara resmi dibuka oleh Bapak Bupati Lima Puluh Kota Irfendi Arbi.
Acara ini juga dihadiri Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud, Kepala BPNB Sumatera Barat, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lima Puluh Kota, Dewan Juri, Panitia, Undangan lainnya serta tim produksi yang filmnya masuk 10 nominasi film terbaik yang berasal dari 5 SLTA di Sumatera Barat dan 2 SLTA dari Sumatera Selatan. Setiap tim produksi masing-masing terdiri dari 4 orang siswa dan 1 orang guru pendamping. Sebelum acara puncak, rangkaian kegiatan telah dilaksanakan sejak Rabu (09/11). Diawali dengan Workshop pembuatan film yang berlangsung selama 2 hari.
Hasil penilaian dewan juri memutuskan tiga film terbaik yakni (1) Debus dari SMAN 1 Kec Payakumbuh, (2) Simuntuak dari SMAN 3 Batusangkar, (3) Mandi Balacuik dari SMKN Enam Lingkuang. Sementara peserta yang masuk kategori Harapan (1) Bakul Tangkal dari SMKN 1 Sekayu, (2) Rangkiang dari SMKN 1 Solok dan (3) Babaliak ka Surau dari SMKN 1 Solok.
Seluruh peserta terbaik berhak atas hadiah yang disediakan oleh panitia berupa uang tunai dan tropi. Film terbaik I uang tunai sebesar Rp. 8.500.000,- ke II sebesar Rp. 7.500.000,- ke III sebesar Rp. 6.000.000,- dan Harapan masing-masing Rp. 3.000.000,-. Penyerahan Hadiah I langsung diserahkan oleh Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, ke II oleh Pusat Pengembangan Perfilman Kemendikbud, ke III Dewan Juri, Harapan I oleh Kepala BPNB Sumbar, ke II Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota dan ke III Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lima Puluh Kota.
Padang (BPNB SUMBAR) – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat melaksanakan kegiatan Sosialisasi Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pelestarian Nilai Budaya. Acara ini diadakan di Hotel Daima Padang Sumatera Barat pada Rabu (2/11) dengan mengundang dinas-dinas terkait dan komunitas budaya yang ada di tiga wilayah kerja BPNB Sumatera Barat. Acara dimulai pada pukul 09.00 dan dibuka secara langsung oleh Kepala BPNB Sumatera Barat Bapak Jumhari, S.S.
Kegiatan sosialisasi ini merupakan lanjutan dari kegiatan FGD penyusunan draft Petunjuk Teknis (Juknis) yang dilaksanakan seminggu sebelumnya. Setelah draft juknis tersebut selesai disusun, selanjutnya adalah melaksanakan sosialisasi bantuan pemerintah dan juknis sehingga masyarakat dan stakeholder yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pelestarian budaya dapat mengetahui dan memanfaatkan bantuan yang ditawarkan pemerintah untuk mendorong pelestarian budaya sebagaimana tujuan dari bantuan tersebut.
Dalam sambutannya Kepala BPNB Sumatera Barat meminta masyarakat yang mempunyai informasi mengenai sanggar atau komunitas budaya yang layak, eksis serta sangat membutuhkan bantuan pemerintah maka akan mendukung program ini. Sehingga bantuan yang ditawarkan pemerintah ini bisa tepat sasaran, efektif dan memenuhi. Beliau juga menekankan bahwa bantuan pemerintah ini akan lebih bermanfaat jika sanggar-sanggar atau komunitas budaya yang mendapat bantuan berasal dari daerah terisolir, terluar dan tertinggal.
Tujuan dari bantuan ini sesungguhnya adalah memperkuat nilai-nilai budaya sehingga masyarakat tidak kehilangan identitasnya. Sesuai tujuan tersebut, sasaran bantuan adalah komunitas-komunitas yang fokus pada pelestarian budaya seperti sanggar, sasaran dan kelompok-kelompok yang tetap menjaga nilai-nilai budaya. Selain itu yang memang tidak kalah penting adalah bahwa bantuan pemerintah hanya diberikan kepada komunitas yang sangat membutuhkan baik dalam mempertahankan eksistensinya maupun dalam memenuhi kebutuhan mereka dalam menampilkan nilai-nilai yang mereka miliki.
Adanya sosialisasi ini diharapkan mampu memenuhi keinginan masyarakat khususnya komunitas budaya untuk dapat memanfaatkan bantuan pemerintah dalam menjaga eksistensinya dalam pelestarian budaya. Dengan adanya Juknis maka komunitas mempunyai gambaran yang jelas dan terarah dalam memanfaatkan bantuan yang ada. Masyarakat dan komunitas dapat lebih focus pada pelestarian budaya. Di sisi lain juga mempermudah pemerintah dalam menjaga tetap terawatnya budaya dan jati diri bangsa dengan adanya komunitas budaya yang kuat menjaga nilai-nilai budayanya.
Padang (BPNB SUMBAR) – Setelah melalui beberapa tahapan penilaian, akhirnya dewan juri menetapkan 10 besar peserta terbaik Festival Film Dokumenter Kebudadayaan 2016. Kesepuluh peserta tersebut antara lain:
‘Debus’ karya Mentari, dkk dari SMAN 1 Kecamatan Payakumbuh
‘Simuntuak’ karya Faiz Tomendra, dkk dari SMAN 3 Batu Sangkar
‘Mandi Balacuik’ karya Agustina Putri, dkk dari SMKN 1 Enam Lingkuang
‘Rangkiang karya’ Nur Asyifa, dkk dari SMKN 1 Kota Solok
‘Bakul Tangkal’ karya Wendi MS, dkk dari SMKN 1 Sekayu
‘Ratik Tulak Bala’ karya Akmal Dunil Hag, dkk dari SMKN 1 Enam Lingkuang
‘Randai karya’ Sri Wahyu Ningsih, dkk dari SMAN 1 Kecamatan Payakumbuh
‘Babaliak Ka Surau’ karya Regina Yolanda, dkk dari SMKN 1 Solok
‘Midang Morge Siwe’ karya Nova Novita, dkk dari SMAN 1 Tanjung Raja Ogan Ilir
‘Harapan dari Pelosok Negeri/Permainan Tali’ karya Erlin Pradita dari SMAN 1 Timpeh
Panitia melalui ketua panitia Dra. Ernatip menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan pengumuman ini. Kendala teknis menjadi salah satu penyebab pengumuman tertunda beberapa waktu.
Penilaian film dokumenter ini sendiri didasarkan pada beberapa kriteria seperti: Penyampaian ide/gagasan/tema, komunikasi dalam penceritaan, perekaman gambar, perekaman suara, penyusunan gambar dan suara (editing), ilustrasi musik dan penggunaan musik sendiri. Nilai tertinggi dari akumulasi masing-masing kriteria ditetapkan sebagai peserta terbaik. Penilaian semua kriteria ini diserahkan kepada tiga dewan juri yang sudah berpengalaman di bidangnya. Ketiga juri tersebut yaitu Dr. Zainal Arifin dari Departemen Antropologi Universitas Andalas, Kusen Dony Hermansyah, M.Sn dosen TV dan Film Institut Kesenian Jakarta dan Adri Yandi, M. Sn dosen Institut Seni Indonesia Padang Panjang. Selain itu penilaian ini bebas dari intervensi manapun.
Selanjutnya panitia akan mengundang seluruh tim yang masuk sepuluh besar untuk hadir dalam acara Workshop Pembuatan Film Dokumenter selama dua hari yaitu tanggal 9 – 10 Nopember 2016 di Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota sekaligus penyaringan peserta menjadi enam peserta terbaik. Selama kegiatan workshop para peserta akan diajak ke ISI Padang panjang, presentasi film masing-masing tim dari 10 besar, penyampaian materi pembuatan film dan penilaian peserta terbaik.
Pada 11 nopember 2016 di tempat yang sama penyelenggaraan workshop akan diadakan pengumuman peserta terbaik serta penyerahan hadiah sekaligus penutupan acara. Untuk informasi selanjutnya, para peserta masih diperkenankan menghubungi panitia pada nomor 081363465984 (Ernatip) dan 081266166642 (Erric Syah).
Padang (BPNB Sumbar) – Dalam rangka mensukseskan Program Bantuan Pemerintah bagi komunitas budaya untuk tumbuh dan berkembang, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat yang merupakan Unit PelaksanaTeknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Optimalisasi Pengelolaan Bantuan Pemerintah pada Sabtu (22/10) di Hotel Daima Padang. Secara resmi kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Jumhari SS.
Penyelenggaraan FGD ini bermaksud menampung berbagai aspirasi dari pelaku-pelaku budaya dan sharing pengalaman dalam pemberian bantuan pemerintah. Hasil dari FGD ini diharapkan akan memberikan gambaran lebih terang bagaimana konsep petunjuk teknis yang akan disusun sehingga pemberian bantuan pemerintah tepat sasaran dan mempunyai nilai kemanfaatan.
Sebagaimana disampaikan Bapak Jumhari, SS dalam sambutannya: “tujuan dari FGD ini adalah untuk menghasilkan draft petunjuk teknis pengelolaan bantuan pemerintah fasilitasi pelestarian nilai budaya. Petunjuk teknis itu nantinya menjadi aturan baku yang akan mengarahkan tim penilai komunitas social untuk layak atau tidak mendapatkan bantuan pemerintah. Sehingga tujuan dari program bantuan pemerintah bisa tepat sasaran dan mempunyai manfaat baik bagi komunitas budaya dalam mengembangkan komunitasnya dan upaya pelestarian nilai budaya yang mereka lakukan”.
Focus Group Discussion ini mengundang tiga narasumber utama yaitu Ibu Dra. Yulfira Media, M.Si salah seorang peneliti senior dari BAPPEDA Sumatera Barat, Bapak Drs. Defrizal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat serta Prof. Nursiyrwan Effendi dari Akademisi (UNAND). Sementara peserta FGD terdiri dari perwakilan komunitas-komunitas budaya seperti sanggar, sasaran silat, dinas social, kesbangpol dan lain-lain.
Secara umum, ketiga narasumber menekankan bahwa dalam mengoptimalkan pemberian bantuan pemerintah harus tepat sasaran bukan hanya pada pemberiannya namun juga pada manfaat yang diberikan dengan adanya bantuan tersebut. Menjadikan bantuan sebagai stimulus dan dapat mendorong kemandirian komunitas untuk tetap eksis dalam pelestarian budaya. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa bantuan bukan Kooptasi yang kemudian melemahkan tapi bantuan lebih kepada usaha untuk pemberdayaan. Prof. Nursyirwan menegaskan bahwa pemberian bantuan jangan dijadikan sebagai modal daya yang ketika dilepaskan maka komunitasnya mati tapi menjadikan bantuan sebagai akselerator dalam menjaga tetap eksisnya komunitas budaya tersebut.
Setelah kegiatan FGD ini selesai, tim Fasilitasi Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat akan menyusun Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pengelolaan Bantuan Pemerintah yang baku. Selanjutnya tim akan mensosialisasikan Juknis tersebut kepada pelaku-pelaku budaya yang ada di tiga wilayah kerja Balai Pelestarian Nilai Sumatera Barat yaitu Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.
BPNB SUMBAR – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat secara resmi memulai kegiatan Workshop Pelestarian Musik Tradisional Minangkabau. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Titit Lestari, S.Si, MP pada Kamis (04/08) di Aula BPNB Sumbar ditandai dengan pemukulan Gandang Tasa.
Workshop Pelestarian Musik Tradisional Minangkabau ini merupakan kegiatan kedua setelah tahun lalu kegiatan yang sama sukses dilaksanakan.
Workshop ini adalah wadah yang ditawarkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya kepada para generasi muda untuk belajar mengenal dan menggunakan alat musik tradisional Tradisional. Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini banyak diantara generasi muda yang sudah melupakan kesenian tradisional. Hal ini akibat penetrasi budaya luar yang semakin kencang. Tanpa dibentengi dengan pemahaman identitas yang kuat, lama kelamaan hal itu akan mengakibatkan abrasi budaya sehingga generasi masa depan bisa-bisa kehilangan jati dirinya.
Workshop Pelestarian musik tradisional Minangkabau menjadi satu tawaran untuk meminimalisasi kondisi tersebut, tentu dengan terlibat aktif dalam melestarikan musik tradisional dan memahami serta menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga di masa depan para generasi muda tidak hanya mengenal Musik tradisionalnya tapi juga berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan harapan Ibu Titit Lestari, S.Si, MP yang menyatakan “kegiatan ini jangan hanya dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan atau keahlian saja, tapi juga menunjukkan perilaku sesuai dengan nilai yang ada dalam berkesenian tersebut”
Seiring dengan tujuan kegiatan untuk mengenalkan musik tradisional sejak dini, para peserta dalam kegiatan ini terdiri dari anak SMP dan SMA dari berbagai sekolah yang ada di Kota Padang. Para peserta tersebut diseleksi berdasarkan minat dan ketertarikan.
Para peserta juga akan dikelompokkan menurut minat nya. Dalam hal ini ada beberapa alat musik tradisional yang akan diajarkan oleh seniman handal Hendri Yusuf seperti Gandang Tasa, Gandang Tambur, Talempong dan Serunai. Para peserta juga akan berlatih sebanyak delapan kali pertemuan setiap Hari Selasa dan Jumat. Selanjutnya setelah kegiatan latihan selesai para peserta akan menampilkan kemampuannya.
Hariadi, SS sebagai ketua pelaksana mengharapkan bahwa nantinya para peserta tidak lagi malu akan music tradisionalnya, tapi menjadikan music tradisional itu sebagai keahlian yang unik dan jarang dimiliki orang lain. Beliau juga berharap generasi muda akan semakin mencintai kesenian tradisionalnya khususnya musik tradisional.
BPNB SUMBAR – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat dalam waktu dekat akan melaksanakan lomba Penulisan Karya Ilmiah Tingkat Mahasiswa. Lomba ini sebagai salah satu media dalam mengenalkan kebudayaan masyarakat Indonesia yang multikultural kepada generasi muda khususnya mahasiswa. Lomba ini juga bermaksud membangun budaya menulis bagi para mahasiswa berhubungan dengan kebudayaan.
Lomba Penulisan karya Ilmiah ini bertemakan ‘Revitalisasi Kearifan Lokal bagi Penguatan Multikulturalisme Indonesia’. Menurut ketua pelaksana Hasanadi, S.S, alasan pengangkatan tema ini adalah bahwa masih banyak kearifan-kearifan lokal yang belum tergali dimana banyak diantaranya sangat relevan dalam memelihara kokohnya Multikulturalisme Indonesia. Salah satu diantaranya adalah toleransi. Memelihara nilai-nilai toleransi diakui sangat penting untuk menjaga kerukuran antar suku bangsa.
Suku-suku bangsa di Indonesia mempunyai konsep kearifan lokal berisi nilai toleransi yang bisa memelihara hubungan baik dengan suku bangsa lain. Hal ini terlihat bahwa sejak lama suku-suku bangsa Indonesia telah hidup berdampingan dan rukun. Oleh karena itu lomba penulisan ini diharapkan bisa menggali lebih banyak lagi kearifan-kearifan lokal yang ada di tiga wilayah kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat yaitu Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Bagi mahasiswa Sarjana yang berminat pada kajian-kajian sejarah dan budaya, lomba karya Ilmiah ini sangat bagus. Baik itu sebagai pembelajaran dalam mengasah kemampuan menulis, juga menambah wawasan mengenai kekayaan budaya Bangsa Indonesia. Lomba ini juga akan diapresiasi dengan memberikan hadiah kepada pemenang. Total hadiah yang ditawarkan adalah Rp.20.500.000,-.
Batas pengiriman naskah tulisan ditetapkan sampai tanggal 31 September 2016. Bagi yang berminat mengikuti kegiatan ini atau membutuhkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ketua Panitia Hasanadi, S.S (081363642892).
Subuh hari itu berjalan seperti biasa, masyarakat setempat telah ramai memadati Pasar Kuto dengan berbagai aktivitas dan kesibukannya. Sementara di sudut yang lain para warga satu-persatu mulai berdatangan ke Masjid tidak jauh dari pasar Kuto. Seakan tidak terganggu dengan keramaian di pasar mereka bergerak menuju Masjid Daruul Muttaqien untuk menghadap yang Kuasa, menjalankan shalat subuh dan menjadi pembuka rangkaian Ziarah Kubra 1437 H.
Masjid Daruul Muttaqien ditetapkan sebagai tempat pertama pelaksanaan Ziarah Kubro. Hal ini berkaitan bahwa masjid tersebut cukup bernilai sejarah dalam penyebaran Islam di Palembang. Masjid Daruul Muttaqien juga dinamakan sebagai Masjid Al-Habib Ahmad Bin Syech Bin Shahab sesuai dengan nama pendirinya. Ziarah ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan selama itu, para peserta mengadakan berbagai ritual mulai dari shalat subuh, arak-arakan, dan zikir bersama di pemakaman. Para peserta juga mengikuti acara haul para ulama sebagai pelengkap acara yang dilaksanakan pada siang dan malam hari setelah ziarah selesai dilaksanakan.
Ziarah kubra adalah ziarah mengunjungi makam leluhur atau orang yang sudah lebih dulu meninggal. Ziarah bertujuan sebagai salah satu penghargaan kepada orang yang sudah meninggal atas jasa-jasanya semasa hidup. Ziarah ini juga dimaksudkan sebagai balasan atas jasa tersebut dengan mendoakan orang yang sudah meninggal agar tenang dan diterima di sisi penciptanya. Ziarah juga mampu membangun komunikasi dan meminta berkat kepada yang maha Kuasa melalui barakah yang sudah meninggal.
Disebut Kubra atau besar karena peserta yang terlibat berjumlah ribuan orang. Selama perhelatan para peserta bagai lautan manusia mengular mengikuti jalan umum menuju makam. Dengan berjalan kaki hampir 2-3 Km menuju makam para habaib dan auliya yang diyakini sebagai orang suci dan sangat berjasa semasa hidupnya. Berjasa khususnya dalam penyebaran Agama Islam.
Pada awalnya ziarah kubra ini adalah tradisi ruahan seperti umumnya yang dilakukan oleh masyarakat Palembang. Ziarah ini diawali oleh keluarga Al-Habib al Wibib Ahmad Basin, juga bersama Habib Muhammad bin Umar, Habib Ali bin Abubakar beserta anggota keluarga turun temurun. Lama-kelamaan seiring dengan bertambahnya keturunan keluarganya, maka peserta ziarah juga semakin banyak.
Bagi masyarakat Arab yang ada di Palembang, upacara ziarah kubra merupakan even besar silaturahmi. Even yang mempertemukan banyak keturunan-keturunan Kambang Koci mengunjungi kakek-kakeknya. Memang, pada perhelatan ini keturunan Arab Palembang yang sudah merantau ke luar Palembang akan pulang untuk merayakan ziarah kubra tersebut. Kambang Koci sendiri adalah cikal bakal/pemakaman pertama diadakannya ziarah kubra. Kambang koci merupakan pemakaman yang terletak di Pelabuhan Boom baru dan merupakan pemakaman para ulama dan auliya pertama yang menyebarkan Agama Islam di Palembang. Pemakaman ini berdekatan dengan pemakaman Pangeran Syarif Ali dan Pemakaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Tradisi ini juga tidak berhenti hanya pada anggota keluarga saja. Banyak orang yang mulai sadar akan jasa-jasa orang-orang pertama penyebar agama Islam di Palembang. Beberapa juga ada anggota keluarga yang selama keluarga dari Palembang mulai mencari garis keturunannya, sehingga membuat tradisi ziarah kubra semakin besar. Peserta yang semakin besar menjadi unik bagi masyarakat luar, kemudian mencari sejarah tentang orang-orang yang diziarahi. Ada banyak orang yang mulai menyukai tokoh-tokoh tersebut dan menjadikan teladan dalam hidupnya. Ada juga yang kemudian ingin mengunjungi makamnya sebagai bentuk silaturahmi dan penghargaan akan jasa-jasanya dahulu.
Awal acara dimulai dari Masjid Daruul Muttaqien. Salah satu masjid bersejarah yang di Jl. M. Isa berdekatan dengan Pasar Kuto Palembang. Masjid ini dibangun oleh Al-Habib Ahmad bin Syech bin Shahab di atas tanah wakaf milik ayahnya yang dihadiai oleh Sultan Palembang. Di masjid inilah para peserta sejak subuh melakukan shalat subuh serta mempersiapkan keberangkatan ke pemakaman di Gubah Duku.
Dari Masjid Daruul Muttaqien para peserta arak-arakan ke pemakaman Gubah Duku. Pemakaman Gubah Duku juga merupakan pemakaman yang dibangun oleh Al-Habib Ahmad bin Syech bin Shahab. Dalam arak-arakan para peserta hanya memperbolehkan laki-laki masuk dalam barisan. Berbeda dengan ziarah umumnya, ziarah kubra tidak membolehkan perempuan ikut dalam rombongan peserta ziarah karena bertentangan dengan ajaran Islam. Para peserta juga tidak menggunakan pakaian sembarang warna dan hanya menggunakan pakaian muslim/gamis berwarna putih. Arak-arakan dengan berjalan kaki juga disertai dengan tetabuhan hazir marawis, berbagai umbul-umbul berisikan ayat-ayat Al-Quran, serta kumandang shalawat.
Keinginan untuk mencari barakah oleh masyarakat kepada orang-orang suci membuat ziarah ini semakin diminati oleh banyak orang. Setiap tahun ritual ziarah kubra mengalami peningkatan dari jumlah peserta yang hadir. Sekitar 14000 peserta hadir dari berbagai daerah di Indonesia serta dari Negara-negara yang juga cukup antusias mengikuti tradisi ini. Negara-negara yang hampir tiap tahun mengirimkan delegasinya antara lain Malaysia, Singapura, Thailand, Yaman, Arab Saudi dan lain-lain. Para peserta juga tidak hanya berasal dari orang-orang biasa tapi juga ulama-ulama besar turut memeriahkan acara tersebut.
Berbagai aktivitas selain ziarah, aktivitas budaya yang menyertai juga sangat unik. Beberapa diantaranya adalah menerima tamu yang datang dari luar Palembang. Warga setempat membuka rumahnya untuk tempat penginapan para tamu sehingga membangun tali silaturahmi antara para pendatang dengan penduduk setempat. Para peserta yang memang mempunyai pertalian kekerabatan dengan masyarakat Arab Palembang akan mencari garis keturunannya. Sementara bagi orang bisa merasakan suasana sebenarnya pola kehidupan masyarakat Arab di Palembang. Sementara bagi tamu yang tidak berkenan untuk menginap di rumah penduduk, panitia juga memberikan penginapan di hotel-hotel di sekitar tempat pelaksanaan tersebut.
Panitia juga menyediakan makan kepada peserta yang datang dari luar Palembang selama tiga hari berturut-turut. Selama itu, panitia menyediakan nasi kebuli dengan lauk daging kambing. Nasi kebuli ini disediakan pada pagi hari sebelum berangkat ke makam, siang dan malam hari di tempat Haul. Nasi kebuli ini juga dihidangkan dalam nampan untuk porsi empat orang. Sehingga makan bersama dilakukan dengan satu nampan berempat. Betapa indahnya kebersamaan dalam acara makan bersama.
Biaya pelaksanaan acara selama tiga hari berturut-turut mereka peroleh melalui urunan dan sumbangan yang tidak mengikat oleh pengusaha-pengusaha. Setiap tahun ketika acara ziarah kubra, panitia bisa mengurbankan hingga 200 ekor kambing dan semua itu mereka peroleh dari sumbangan-sumbangan orang yang ikhlas membantu. Teknis pelaksanaan acara juga mereka kerjakan secara gotong royong dan ikhlas.
Padang (BPNB Sumbar) – Banyak cara dan media yang bisa digunakan untuk mengenalkan budaya kepada generasi muda. Di tengah semakin berkurangnya ketertarikan masyarakat untuk mengenal dan mempelajari budaya lokal, maka dibutuhkan cara-cara yang menarik dan bervariasi dalam mengenalkan budaya tersebut. Sehingga, masyarakat tidak terbatas lagi hanya pada tradisi lama yang mengenalkan budaya melalui tradisi lisan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang telah memungkinkan media lain seperti media cetak melalui tradisi tulis dan audiovisual.
Pada tahun 2016, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat mencoba mengenalkan ragam karya budaya melalui kegiatan‘Festival Film Dokumenter’. Sesuai dengan tujuannya untuk mengenalkan budaya, festival ini akan mengangkat tema-tema budaya. Jadi, kegiatan ini selain memperkenalkan peserta bagaimana cara membuat film dokumenter, juga akan mengenalkan ragam karya budaya yang akan dijadikan sebagai obyek perekaman dalam film dokumenternya.
Ketua panitia Dra. Ernatip menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kekayaan budaya secara audiovisual. Nantinya, selain pelajar berkenalan dengan berbagai karya-karya budaya, pelajar yang terlibat juga mampu menuangkan atau mendokumentasikan karya tersebut dalam bentuk audiovisual. Sehingga pengenalan karya budaya khususnya yang karya tradisional kepada masyarakat awam semakin bervariasi dan mudah untuk dipahami.
Kegiatan festival ini ditujukan kepada anak sekolahan setingkat SMA dari tiga wilayah kerja BPNB Sumatera Barat yaitu Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Peserta merupakan tim produksi yang dibentuk oleh sekolah dengan keterangan dari kepala sekolah. Masing-masing tim terdiri dari 4 (empat) orang meliputi Sutradara, Editor, Kameramen dan Penulis Skenario. Peserta mengirimkan karya kepada panitia. Bagi pelajar yang berminat untuk mengikuti kegiatan Festival Film Dokumenter dan berada di wilayah kerja BPNB Sumatera Barat bisa langsung menghubungi ketua panitia Dra. Ernatip.
Pidato Mendikbud – Hardiknas 2016
PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2016
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Hari ini kita kembali merayakan Hari Pendidikan Nasional. Mari kita panjatkan puji
dan puja ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
atas ijin, rahmat dan karunia-Nya kita dapat kembali berkumpul merayakan semangat,
capaian dan cita-cita pendidikan dan kebudayaan bangsa.
Kepada para pegiat pendidikan di seluruh penjuru Nusantara, ijinkan saya
menyampaikan apresiasi atas peran aktifnya dalam mencerdaskan saudara sebangsa.
Kepada Ibu dan Bapak pendidik di seluruh jenjang, yang tak lelah menyalurkan
inspirasi, membuka jalan pencerahan, dan membangkitkan asa setiap insan yang
dididiknya agar menjadi manusia yang berkarakter, berpengetahuan dan memberikan
faedah bagi sekitarnya, ijinkan saya atas nama pemerintah menghaturkan rasa hormat
mendalam.
Ibu, Bapak dan Hadirin yang mulia,
Hari Pendidikan Nasional kita rayakan sebagai hari kesadaran tentang pentingnya
kualitas manusia. Presiden Jokowi menggariskan bahwa Indonesia akan menjadi
bangsa yang disegani dunia dan akan berhasil dalam berbagai kompetisi era global jika
tinggi kualitas manusianya. manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci
kemajuan bangsa. Segala capaian yang kita raih sebagai individu maupun sebagai
bangsa kolektif tak lepas dari persinggungan dengan pendidikan. Mutu dan jenjang
pendidikan berdampak besar pada ruang kesempatan untuk maju dan sejahtera. Maka
memastikan setiap manusia Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang bermutu
sepanjang hidupnya sama dengan memastikan kejayaan dan keberlangsungan bangsa.
Dunia saat ini adalah dunia yang sangat berbeda dengan dunia beberapa dekade lalu.
Perubahan terjadi begitu cepat dalam skala eksponensial yang tidak pernah ditemui
dalam sejarah umat manusia sebelumnya. Revolusi teknologi menjadi pendorong
lompatan perubahan yang akan berpengaruh pada cara kita hidup, cara kita bekerja,
2
dan tentu saja, cara kita belajar. Meramalkan masa depan menjadi semakin sulit karena
ketidakpastian perubahan yang ada. Namun yang harus kita pastikan kepada anak-anak
kita adalah bahwa kita memberikan dukungan sepenuhnya kepada mereka untuk
menyiapkan diri meraih kesempatan yang terpampang di hadapannya.
Salah satu dukungan yang perlu kita berikan pada anak-anak Indonesia adalah
memastikan bahwa apa yang mereka pelajari saat ini adalah apa yang memang mereka
butuhkan untuk menjawab tantangan jamannya. Keterampilan utuh yang dibutuhkan
oleh anak-anak Indonesia di abad 21 ini mencakup tiga komponen yaitu kualitas
karakter, kemampuan literasi, dan kompetensi.
Karakter terdiri dari dua bagian. Pertama, karakter moral, sesuatu yang sering kita
bicarakan. Karaker moral itu antara lain adalah nilai Pancasila, keimanan, ketakwaan,
intergitas, kejujuran, keadilan, empati, rasa welas asih, sopan santun. Yang kedua dan
tak kalah pentingnya adalah karakter kinerja. Di antara karakter kinerja adalah kerja
keras, ulet, tangguh, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan beradaptasi, dan
kepemimpinan. Kita ingin anak-anak Indonesia menumbuhkan kedua bagian karakter
ini secara seimbang. Kita tak ingin anak-anak Indonesia menjadi anak yang jujur tapi
malas, atau rajin tapi culas. Keseimbangan karakter baik ini akan menjadi pemandunya
dalam menghadapi lingkungan perubahan yang begitu cepat.
Literasi dasar menjadi komponen kemampuan abad 21 yang perlu kita perhatikan
berikutnya. Literasi dasar memungkinkan anak-anak meraih ilmu dan kemampuan
yang lebih tinggi serta menerapkannya kepada kehidupan hariannya. Bila selama ini
kita berfokus pada literasi baca-tulis dan berhitung yang masih harus kita perkuat,
maka kini kita perlu pula memperhatikan literasi sains, literasi teknologi, literasi
finansial dan literasi budaya.
Terakhir dan tak kalah pentingnya adalah komponen kompetensi. Abad 21 menuntut
anak-anak Indonesia mampu menghadapi masalah-masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur. Maka mereka membutuhkan kompetensi kemampuan kreativitas,
kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah, kemampuan komunikasi serta
kemampuan kolaborasi.
Ibu, Bapak, dan Hadirin yang mulia,
Setiap anak lahir sebagai pembelajar, tumbuh sebagai pembelajar. Kita semua
menyaksikan sendiri betapa anak-anak terlahir dengan rasa ingin tahu yang besar dan
keberanian untuk mencoba. Proses belajarnya didapatkan melalui permainan dan
petualangan. Lalu saat ia mulai melangkah masuk ke sekolah, ia mulai berhadapan
dengan struktur dan berbagai peraturan sebagai bagian dari sebuah model masyarakat
mini. Struktur dan berbagai peraturan yang ia hadapi ini dapat mengarahkan mereka
terus menjadi pembelajar, atau justru sebaliknya, meredupkan hasrat belajarnya.
3
Adalah tugas kita semua untuk memastikan binar keingintahuan di mata setiap anak
Indonesia, serta api semangat berkarya di dalam dirinya tidak akan padam. Adalah
tugas kita memberikan ruang bagi anak-anak Indonesia untuk berkontribusi,
memajukan dirinya, memajukan masyarakatnya, memajukan kebudayaan bangsanya.
Rasa percaya dari orang dewasa kepada anak-anak untuk berkarya dan ikut membawa
kebudayaan kita terus bergerak melangkah maju adalah kunci kemajuan negara.
Ibu, Bapak dan Hadirin yang berbahagia,
Hari Pendidikan Nasional ini kita rayakan karena kita termasuk di antara yang sudah
merasakan dampaknya. Maka pada bulan Mei ini, di mana Hari Pendidikan Nasional
terletak, ayo kita ikut bergerak, ikut terlibat dalam memperluas dampak pendidikan
terhadap saudara-saudara sebangsa yang belum sepenuhnya merasakan kesempatan
itu. Karena itulah pada tahun ini kita memilih tema “Nyalakan Pelita, Terangkan Citacita”
sebagai tema keriaan Hari Pendidikan Nasional. Kita ingin pendidikan benarbenar
berperan sebagai pelita bagi setiap anak Indonesia yang akan membuatnya bisa
melihat peluang, mendorong kemajuan, menumbuhkan karakter, dan memberikan
kejernihan dalam menata dan menyiapkan masa depannya.
Mari kita perluas keriaan pendidikan dan kebudayaan selama sebulan ke depan. Kita
bayar balik apa yang telah kita dapatkan dari pendidikan, kita gelorakan semangat
bergerak untuk pendidikan, dan kita teruskan ikhtiar bersama ini.
Kepada semua yang telah merasakan manfaat pendidikan dan di bulan pendidikan ini,
sapalah para pendidik kita dulu. Tanyakan kabarnya, ucapkan terima kasih dan
tunjukkan apreasiasi pada mereka, para pendidik dan pejuang pendidikan. Lalu mari
sama-sama kita tetapkan bahwa ikhtiar memajukan pendidikan akan kita lanjutkan dan
kembangkan.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Melapangkan dan Maha Meninggikan, selalu
meridhai ikhtiar kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kita tercinta.
Selamat Hari Pendidikan Nasional,
Selamat merayakan dan memeriahkan bulan pendidikan dan kebudayaan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 2 Mei 2016
Anies Baswedan, Ph.D.
Padang (BPNB Sumbar) – Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat melaksanakan Bedah Skenario untuk Tiga Kegiatan perekaman yang akan berlangsung selama tahun 2016. Kegiatan bedah skenario ini dilaksanakan di Ruang Sidang Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat. Dibuka secara langsung oleh kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Jumhari, SS.
Bedah skenario ini merupakan satu kegiatan yang selain membuat perekaman yang lebih matang dan sempurna, ini juga diharapkan menjadi satu transfer ilmu antara nara sumber dengan tim yang melakukan perekaman pada tahun 2016. Bapak Jumhari, SS dalam membuka acara ini mengharapkan bahwa kegiatan ini bisa Memberi cakrawala dan pengetahuan baru dalam proses pembuatan film yang baik.
Ibu Titit Lestari menekankan bahwa film yang dibuat oleh Balai Pelestarian Nilai Sumatera Barat harus harus berbeda dengan film-film yang diproduksi di tempat lain seperti Balai Cagar Budaya, Pariwisata maupun lembaga lain. Perekaman di Balai Pelestarian Nilai Budaya harus disesuaikan dengan Tugas dan Fungsi kantor,t entu saja lebih menonjolkan sisi-sisi budaya di dalamnya.
Kegiatan yang dimulai pukul 08.30 wib ini membedah sembilan skenario perekaman Aktivitas Budaya, Perekaman Bangunan Bersejarah dan Perekaman film Dokumenter. Ke sembilan kegiatan tersebut antara lain: 1) Kehidupan Nelayan Penghasil Ikan Kering di Kabupaten Muko-Muko oleh Mutiara Al husna, 2) Ziarah Qubro di Palembang oleh Firdaus Marbun, 3) Menaiki Rumah Gadang di Kabupaten Sumatera Selatan oleh Yondri. Ketiga perkeman ini merupakan kegiatan perekaman untuk Aktifitas Budaya.
Sementera kegiatan untuk Bangunan Bersejarah antara lain: 1) Bangunan Bersejarah di Kabupaten Pesisir Selatan oleh Sefiani Rozalina, 2) Bangunan Bersejarah di Kota Lubuk Linggau oleh Rahma Dona dan 3) Bangunan Bersejarah di Kabupaten Lebong oleh Ferawati. Untuk kegiatan film dokumenter antara lain: 1) Potret Orang Bali di Desa Rama Agung, Provinsi Bengkulu oleh Noveri, 2) Harmoni Bali di Bayung Lencir, Provinsi Sumatera Selatan, 3) Potret Petani Gambir di Kapuah IX, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat oleh Budi Eka Putra.
Bedah Skenario yang dimoderatori oleh Bahren, SS, MA dan Donny, SS, MA ini di bedah oleh tiga nara sumber yang memang sudah malang melintang dalam dunia perfilman dan skenario. Ketiga narasumber tersebut antara lain Dr. Pramono, S. Metron, SS, dan Adri Yandi, M. Sn.
Bedah skenario tahun 2016 memberikan banyak pemahaman bagi tim yang terlibat didalamnya baik secara konsep maupun dalam hal pelaksanaan teknis. Para pembedah menyampaikan perlu menonjolkan nilai-nilai budaya sesuai tugas dan fungsi Balai Pelestarian Nilai Budaya dan memastikan tujuan dari aktivitas perekaman yang akan dilakukan.