Beranda blog Halaman 20

Lawatan Sejarah Daerah 2018 Resmi Dibuka

0

Padang – Lawatan Sejarah Daerah 2018 BPNB Sumbar resmi dibuka pada Senin, 2 April 2018. Acara pembukaan dilaksanakan di Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat Drs. Burhasman. Turut hadir dalam acara pembukaan yakni KasubBag Tata Usaha BPNB Sumatera Barat Titit Lestari, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, perwakilan BPKP, BP PAUDNI Padang Pariaman serta peserta Laseda 2018.

Acara pembukaan diawali dengan lantunan ayat suci Alquran yang dibawakan oleh M. Fathur Rahman dari SMA 6 Kota Palembang. Selanjutnya menyanyikan lagu Indonesia Raya, kata sambutan dan pembukaan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat.

Selesai acara pembukaan, selanjutnya pembekalan oleh narasumber. Ada tiga narasumber yang diundang dalam kegiatan ini yakni Titit lestari (BPNB Sumatera Barat), Zusneli Zubir (Peneliti Madya Sejarah), dan Bachtiar (pemerhati sejarah pesisir selatan). Acara pembekalan ini dimoderatori oleh ibu Rita yenis (LPMP). Pemaparan materi diiringi dengan diskusi yang hangat terutama berkaitan dengan tema menggali potensi kemaritiman melalui perspektif sejarah.

Lawatan sejarah merupakan media mengenalkan sejarah masa lalu kepada generasi muda. Melalui kegiatan ini, para peserta akan dibawa berkunjung ke berbagai tempat-tempat bersejarah. Hasil kunjungan akan disajikan dalam karya tulis sejarah. Harapannya, kunjungan tersebut dapat membantu para peserta memperoleh pelajaran sekaligus pengalaman berharga tentang peristiwa masa lalu. Hal ini akan memunculkan memori kolektif generasi muda untuk cinta akan sejarah bangsanya.

Sebagaimana diinformasikan sebelumnya bahwa Laseda 2018 dilaksanakan dari tgl 2 hingga 5 April 2018 di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari siswa dan guru. Peserta siswa dipilih melalui 2 jalur yaitu melalui Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan melalui sekolah pilihan. Adapun rincian peserta berdasarkan provinsi yakni 19 peserta dari Sumatera Barat, 12 peserta dari Sumatera Selatan dan 14 peserta dari Bengkulu. Selama perhelatan, para peserta akan dibawa melawat ke berbagai objek-objek sejarah yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.

Dari kunjungan ke berbagai objek sejarah di Pesisir Selatan, peserta diminta untuk menyajikan hasil kunjungan tersebut dalam bentuk karya tulis. Karya tulis ini akan dinilai menjadi yang terbaik dari seluruh peserta yang ada. Peserta terbaik akan diberi apresiasi dan selanjutnya diikutsertakan dalam Lawatan Sejarah Nasional yang akan diadakan di Provinsi Aceh.(FM)

Kontributor: Rahma Dona

Sumarak Pesisir Selatan 2018

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat akan melaksanakan Sumarak Pesisir Selatan 2018. Kegiatan ini diadakan dalam rangka Gebyar Seni Multikultural se-Indonesia. Rencananya Sumarak Pesisir Selatan 2018 akan digelar pada 14-21 April di Pantai Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama antara BPNB Sumatera Barat dengan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.

Selain memperkenalkan berbagai kekayaan budaya dari beragam suku bangsa di Indonesia, kegaitan ini juga menjadi ajang menyebarkan pengetahuan tentang nilai-nilai tradisi masyarakat lokal. Dalam pelaksanaan Sumarak Pesisir Selatan 2018, rangkaian kegiatan diramu dalam Festival Seni Multikultur, Pawai Multikultur, Pameran multikultur, Maelo Pukek, serta permainan tradisional.

Festival seni multikultur akan melibatkan 11 BPNB yang ada di seluruh Indonesia. Masing-masing BPNB akan menampilkan tarian khas dari wilayah kerjanya. Pertunjukan tari ini dibagi dua yakni tari tradisional dan tari kreasi. Selain itu peserta juga akan melakukan pawai kebudayaan masing-masing daerah yang menunjukkan kekhasan suku bangsa tersebut. Hal ini akan menunjukkan betapa kaya kebudayaan kita.

Selain festival seni dan pawai, kegiatan ini juga mengadakan Pameran Multikultural. Pameran ini akan diikuti oleh satuan kerja-satuan kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti BPNB Sumatera Barat, BPCB Sumatera Barat, Balai Arkeologi Medan, Museum Sumpah Pemuda Jakarta, dan Balai Bahasa Sumatera Barat dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Tujuannya tetap sama yakni mengenalkan ragam dan kekayaan budaya melalui benda, visual dan hasil-hasil penelitian.

Salah satu hal menarik dalam kegiatan ini adalah dikenalkannya salah satu tradisi ekonomi masyarakat nelayan yakni maelo pukek. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan melihat pukat. Tradisi ini berkaitan dengan aktivitas utama masyarakat nelayan yaitu menangkap ikan. Nantinya, pengunjung akan dilibatkan dalam kegiatan ini untuk turut merasakan bagaimana nelayan memenuhi kebutuhan dan menghadapi segala tantangan dalam aktivitas sehari-hari.

Menambah semaraknya kegiatan Sumarak Pesisir Selatan 2018, acara juga dilengkapi dengan lomba permainan tradisional. Lomba dimaksudkan untuk mengenalkan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang memang sudah semakin hilang. Harapannya, melalui lomba ini masyarakat khususnya generasi muda dapat menggali nilai-nilai yang ada dalam permainan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.(FM)

Menulis: Bekerja dalam Kesunyian

0

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan kegiatan Menulis Kreatif, Senin, 26 Maret 2018. Kegiatan bertempat di Ruang Rapat Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat, Jalan Raya Belimbing Kuranji, Kota Padang.

Kegiatan ini diikuti oleh pegawai Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat,  dengan mengambil tema “Menulis: Bekerja dalam Kesunyian”. Sebuah kegiatan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan literasi kedepannya. Tema tersebut bermakna bahwa menulis diperlukan suasana bathin yang tenang, sunyi dan akhirnya melahirkan gagasan, ide yang bernas untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.

Narasumber dalam kegiatan ini yakni Undri, SS.M.Si, peneliti pada lembaga tersebut. Dalam paparannya dijelaskan bahwa menulis adalah pekerjaan menulis yang mengasikkan bila ditekuni dengan baik. Sebuah keterampilan yang didasari dengan kemauan, kecakapan dalam melahirkan pikiran, gagasan, ide ke dalam bentuk tulisan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menuangkan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Gagasan yang disampaikan secara tertulis sebaiknya menggunakan bahasa yang baik, benar dan santun agar terjalin hubungan yang baik antara penuis dan pembaca.

Dalam kegiatan ini, narasumber juga memberikan teknik menulis dengan baik mulai dari merangkai kata, kalimat sampai pragraf.  Setelah pemberian materi, dilakukan pembedahan tulisan dari peserta.

Sebagai informasi tambahan, sebelum kegiatan ini dilaksanakan, masing-masing peserta terlebih dahulu menyiapkan tulisan yang kemudian dibedah. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan ini langsung dapat diaplikasikan. Menilai kekurangan dan kelebihan peserta dalam menyajikan tulisan, sehingga dapat dikonsumsi masyarakat dari tingkat awam sekalipun. Sehingga target sosialisasi nilai budaya ke depannya lebih mengena dan mendidik.

Muara dari tulisan yang dibedah tersebut akan dikirimkan ke media massa (koran) untuk dimuat, dan akhirnya gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan tersebut dapat dibaca dan dicerna oleh masyarakat luas. Direncanakan kegiatan serupa akan dilaksanakan setiap satu bulan sekali, dengan menghadirkan narasumber/pemateri dari media massa dan akademisi, yang mumpuni dibidangnya.

Kontributor: Undri

Belajar Bersama Maestro Kenalkan Tari Gending Sriwijaya

0

Palembang – Tari Gending Sriwijaya adalah kesenian tradisional Sumatera Selatan. Melalui kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM), tari ini akan dikenalkan kepada generasi muda sebagai upaya pelestarian kesenian tersebut. Kegiatan ini menyusul sukses BBM tahun lalu di Kota Prabumulih. Peserta didik setingkat SMP ditetapkan sebagai sasaran utama untuk dilatih agar dapat menguasai tari ini.

Berbagai upaya memang bisa dilakukan untuk melestarikan kebudayaan. Salah satunya adalah pewarisan  dengan mengenalkan dan mengajarkannya kepada generasi muda khususnya peserta didik. Upaya ini jugalah yang dilakukan Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat (BPNB Sumbar) dalam kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM). Khusus Kota Pelembang, Tari Gending Sriwijaya dipilih menjadi materi utama BBM.

BBM termasuk salah satu kegiatan unggulan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat mengakomodasi amanah UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kegiatan ini sebagai upaya memajukan kebudayaan dengan mengupayakan internalisasi nilai budaya kepada generasi muda. Nilai budaya yang diinternalisasi mengacu pada sepuluh (10) objek pemajuan kebudayaan. Objeknya yaitu, tradisi, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.

Melalui internalisasi kegiatan BBM, para peserta akan dikenalkan pada kebudayaan tradisional oleh maestro atau calon maestro pelaku kebudayaan tersebut. Maestro secara langsung akan berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam aktivitasnya berkebudayaan. Para peserta didik diharapkan dapat mengenal, mempelajari serta memahami kebudayaan khas daerahnya. Pemahaman tersebut akan berpengaruh pada menguatnya identitas mereka dengan didorong oleh sikap yang diasaskan dalam UU No. 5, yaitu toleransi, keberagaman, kelokalan, lintas wilayah, partisipatif, manfaat, keberlanjutan, kebebasan berkreasi, keterpaduan, kesederajatan, dan gotong royong.

Undang-undang Pemajuan Kebudayaan meski baru terbit tahun 2017, namun BPNB Sumbar telah menggelar kegiatan BBM sejak tahun 2016 di ketiga wilayah kerjanya, yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan dengan objek berbeda-beda. Tahun 2018 ini juga telah dirancang BBM di tiga wilayah ini. Khusus kegiatan BBM di Propinsi Sumatera Selatan dipusatkan di Kota Palembang, tepatnya di SMP Negeri 1 Palembang.

Peserta terdiri dari anak-anak didik dan guru-guru kesenian, laki-laki dan perempuan. Tujuan menyertakan dua generasi ini tidak lain untuk lebih memudahkan sistim regenerasi kesenian tradisional yang diajarkan oleh maestro atau calon maestro/pelestari kebudayaan. Guru-guru akan mewariskan kepada anak didik periode berikutnya sedangkan siswa-siswi yang beruntung pada periode ini diharapkan dapat menginisiasi keluarga, teman-teman, dan masyarakat sekitar setelah mereka menamatkan SMP kelak. Peserta yang dianggarkan dan dipertanggungjawabkan hanya 22 orang. Namun antusiasme mereka tidak dibatasi, sehingga jumlah partisipan mencapai sekitar 42 orang. Hal ini menjadi persoalan sekaligus keberuntungan atas animo peminat tari tradisi di kota ini.

Perlu strategi matang untuk memenuhi animo mereka dengan tetap mampu mempertanggungjawabkan secara bijak kegiatan yang didanai oleh DIPA/RKAKL BPNB Sumbar ini. Panitia dari BPNB yang diketuai oleh Ferawati,S.S., bersama panitia lokal yang ditunjuk dari SMPN 1 Palembang, Kepala Sekolah, dan pelatih atau calon maestro/pelestari kebudayaan akan menyeleksi separoh peserta yang berbakat.

Hal ini disampaikan dalam acara pembukaan kegiatan BBM pada Sabtu, 24 Maret 2018 pukul 10.00-12.00 wib di aula SMPN 1 Palembang. Mereka diseleksi langsung oleh Elly Rudy, yaitu calon maestro/pelestari kebudayaan yang memimpin sanggar tari “Group Elly Rudy”, sekaligus dosen terbang di salah satu perguruan tinggi di kota Palembang. Dua puluh (20) peserta yang berbakat dan berlatih maksimal akan diberi reward berupa workshop KIT, seperti tas, baju kaos, alat tulis, bahkan yang berprestasi akan mendapat hadiah berupa uang tunai yang telah dianggarkan. Kegiatan ini akan berlangsung sejak pembukaan hingga penutupannya nanti dengan total 20 kali pertemuan dengan durasi 2 jam setiap latihan.

Tidak hanya itu, Kabid SD-SMP Kota Palembang dalam acara pembukaan yang juga dihadiri oleh Kabid Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumsel beserta jajarannya, peneliti BPNB Sumbar, dan pihak sekolah juga mengapresiasi animo mereka dengan memberikan kesempatan atau panggung untuk menampilkan kesenian tradisional pada 2 Mei 2018, tepat pada  peringatan Hari Pendidikan Nasional yang akan diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Palembang. Namun tidak tertutup kemungkinan mereka untuk diundang oleh pihak lain, seperti untuk penyambutan tamu agung kegiatan Festival Sriwijaya atau bahkan Asian Games pada 18 Agustus 2018 mendatang. Pembukaan ini juga diliput oleh media massa cetak dan elektronik lokal.

Kegiatan BBM kali ini menetapkan tari tradisi Gending Sriwijaya, mengalahkan rencana jenis kesenian lain yang telah disurvey pada awal Maret 2018. Menurut Elly Rudy, tari ini sempat fakum sepuluh tahun. Nung Cik Ar sebagai tokoh seni tari ini pernah dicekal pada tahun 1965 karena terlibat atau terjebak dalam kelompok kesenian Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Elly Rudy yang sudah aktif menari kemudian menciptakan sendiri seni tari yang mirip dengan Gending Sriwijaya namun lebih fleksibel, yang dia namai tari Sambut atau Tanggai.

Dalam kegiatan BBM ini, Elly Rudy akan mengembalikan marwah tari Gending Sriwijaya kepada asal jadinya, termasuk jumlah penari, momentum, dan bentuk serta warna pakaiannya. Tari Gending Sriwijaya sejatinya termasuk tari Sambut yang sakral, yaitu untuk menyambu tamu-tamu agung, dalam konteks kekinian minimal untuk tamu eselon IV ke atas. Melalui kegiatan BBM ini, para peserta tidak hanya akan dilatih menari, tapi juga diajarkan tentang sejarah tari serta makna filosofinya untuk menemukan-kembangkan jati diri mereka.

Kontributor: Marbun dan Ferawati

Hasil Seleksi Peserta Laseda 2018

0

Padang – Setelah melalui seleksi ketat, akhirnya hari ini, Senin (26/3) dapat diumumkan peserta terbaik lomba karya tulis ilmiah dalam rangka Laseda 2018. Dari 45 karya tulis yang masuk ke panitia, 11 karya tulis diputuskan layak menjadi yang terbaik. Hasil tersebut sekaligus menjadi tiket peserta untuk ikut dalam pelaksanaan Laseda 2018 pada 2-5 April 2018 di Kabupaten Pesisir Selatan.

Peserta Laseda terdiri dari 45 siswa dan guru pendamping. Peserta ini direkrut dengan dua metode yakni melalui lomba karya tulis dan undangan langsung ke sekolah. Peserta lomba melalui karya tulis diseleksi dengan karya terbaik yang dikirim ke panitia. Karya tulis ini dinilai oleh juri yang telah ditentukan oleh panitian. Dari seluruh siswa dan guru yang mengirim karya tulis panitia, sebanyak 11 siswa dan 4 guru terbaik akan diikutkan menjadi peserta Laseda 2018.

Peserta yang lolos seleksi Lomba karya tulis tersebut yakni:
1 Cipto Waluyo, SS SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan Guru
2 Eva Yena SMA Negeri 6 Palembang Guru
3 Zainab Z, S.Pd, M.Si SMA Negeri Jejawi OKI Guru
4 Setya Ningsih, SS SMA Negeri 1 Timpeh Guru
5 Sigit Nur Prastowo SMA Negeri 6 Palembang Siswa
6 Tiara Nanda Fransiska SMA Negeri 1 Jejawi OKI Siswa
7 Mohammad Zaky SMA Negeri1 Bengkulu Selatan Siswa
8 Abdurrahman Ali SMA IQRA Kota Bengkuli Siswa
9 B. Christanda MA SMAIT Xaverius Curup Siswa
10 Iqbal Rezky Pranata SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan Siswa
11 Septi Herliza Nofianti SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan Siswa
12 Rully Swenrin VP SMA Negeri 1 Sitiung Siswa
13 Habib Ilyas SMA Negeri 12 Padang Siswa
14 Rivaldo Asnandar SMA Negeri Sitiung Siswa
15 Mita Febrianti SMA Negeri Timpeh Siswa

Sementara itu, sebanyak 30 peserta lain merupakan undangan panitia ke sekolah. Dalam hal ini panitia menentukan sendiri sekolah-sekolah yang akan diundang. Biasanya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu seperti jumlah keterlibatan dalam even-even serupa, keaktifan dan lain-lain. Setiap sekolah yang mendapat undangan, diminta untuk mengirim peserta dengan menyiapkan karya tulis.

Sebagai informasi tambahan bahwa Laseda 2018 akan dipusatkan di Kabupaten Pesisir Selatan. Para peserta lomba yang lolos seleksi akan mempresentasikan karya tulisnya untuk diseleksi kembali sebagai peserta terbaik. Para peserta terbaik akan diberi apresiasi dan hadiah menarik. Selain itu, peserta terbaik dari kegiatan ini nantinya akan diikut sertakan dalam lawatan sejarah nasional 2018 di Provinsi Aceh. (FM)

Kepala BPNB Sumbar Narasumber BIMTEK Kesejarahan dan Kepurbakalaan

0
Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman (Kiri) dan Undri menjadi narasumber

Sijunjung – Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat Drs. Suarman didapuk menjadi narasumber Bimtek Kesejaran dan Kepurbakalaan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat pada Rabu, 13 Maret 2018 di Wisma Keluarga, Muaro Sijunjung. Dalam kegiatan tersebut Drs. Suarman didampingi oleh Fungsional Peneliti yakni Undri, SS.M.Si dan Efrianto, SS.

Bimtek
Suarman menjadi narasumber dalam Bimtek Kesejarahan dan Kepurbakalaan

Bimtek Kesejarahan dan Kepurbakalaan merupakan bentuk komitmen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung untuk pemajuan kebudayaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kegiatan yang diikuti oleh 41 orang, berasal dari guru SMA, SMP dan SD, pemerhati sejarah, dan pemerhati adat dan budaya. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan kompetensi masyarakat terutama generasi muda, diharapkan dapat menjadi tenaga sejarah dan kepurbakalaan yang akan dapat menggali, mendokumentasikan potensi sejarah dan kepurbakalaan di Kabupaten Sijunjung demi Pemajuan Kebudayaan.

Kepala BPNB Sumatera Barat memaparkan makalah tentang Pelestarian Kesejarahan dan Kepurbakalaan. Pelestarian kesejarahan penting dilakukan melalui yakni pertama  pendataan tempat-tempat dan peninggalan bersejarah, kedua peminatan sejarah melalui pelajar dimotivasi. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran sejarah. Disamping itu juga bisa dilakukan menulis toponomi, pendokumentasian, melawat tempat-tempat bersejarah, menemukali sejarah daerah, menemukali tokoh serta melakukan kajian atau penelitian sejarah. Dalam melakukan kajian atau penelitian ini harus diarahkan kepada persoalan objek kebudayaan yang diamanahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan tersebut.

Objek kebudayaan tersebut yakni (1) Tradisi Lisan, (2). Manuskrip, (3). Adat Istiadat, (4). Ritus, (5).Pengetahuan Tradisional, (6). Teknologi Tradisional, (7). Seni, (8). Bahasa, (9). Permainan Tradisional, dan (10). Olahraga Tradisional. Terakhi,r Drs. Suarman, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat juga menekankan untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan dan kepurbakalaan itu sendiri bagi generasi muda sebagai roh  Pemajuan Kebudayan itu sendiri.

Kemudian paparan dari Efrianto, SS, peneliti di Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat tentang sejarah lokal, yang merupakan sejarah dari suatu kelompok sosial yang berada pada suatu wilayah tertentu. Pada awalnya sejarah lokal tersebut dikaitkan dengan babad, tambo, riwayat, hikayat, dan sebagainya.

Terakhir, paparan oleh Undri, SS.M.Si, Peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat tentang teknik penulisan kesejarahan dan kepurbakaan. Menurut Undri, sebagai sebuah kegiatan keterampilan menulis  diperlukan pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menuangkan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Gagasan yang disampaikan secara tertulis sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar agar terjalin hubungan yang baik antara penulis dan pembaca. Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita yang sifatnya masih sangat umum. Kemudian kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan; penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tertulis. Geliat dari menulis ini bisa melalui media massa, jurnal dan sebagainya.

Disela kegiatan tersebut, juga telah dibentuk Komisariat Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kabupaten Sijunjung, yang merupakan profesi yang menghimpun para sejarawan, pemerhati sejarah dan sebagainya. Ide pembentukan MSI Komisariat Sijunjung atas ide BPNB Sumatera Barat. Pembentukan ini dikoordinir langsung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung dan BPNB Sumatera Barat dan Sekretaris MSI Sumatera Barat yakni Undri, SS.M.Si.

Harapan, dengan kegiatan ini seluruh peserta dapat memahami tetang sejarah dan kepurbakalaan itu sendiri, dapat menulis dan mensosialisasikan daerahnya kepada masyarakat umum. Hingga akhirnya potensi sejarah dan kepurbakalaan di Kabupaten Sijunjung bisa tergali dan terdokumentasikan kedepannya.

Kontributor: Undri

Supersemar dan Otonomi Sejarawan

0

 

Sampai saat sekarang ini hampir lima puluh dua tahun lamanya setelah  Soeharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 dari Soekarno, keberadaan disekitar Supersemar tersebut masih tetap “gelap”.

Berbagai macam argumentasi muncul, apakah benar adanya Supersemar tersebut ?. Bahkan lebih jauh lagi ada yang berargumentasi bahwa surat tersebut tidak pernah ada. Pertanyaan seperti itu merupakan pertanyaan yang lumrah terutama dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin hari semakin kritis terhadap sesuatu hal yang masa lalu dianggap tabu untuk dibuka ataupun dipertanyakan sebelumnya. Persoalan Supersemar tersebut, sesungguhnya ibarat benang yang kusut dari kumparannya yang semestinya diselesaikan yang akhirnya bisa untuk merajut  sejarah bangsa ini. Namun kusutnya masih bergumpal dan tak tentu mana ujung dan pangkalnya. Pertanyaan kita sekarang ini adalah dimulai dari mana benang yang kusut ini diselesaikan ?.

Berbicara masalah proses penyerahan Supersemar dari Soekarno kepada Soeharto merupakan  sebagai sebuah pristiwa sejarah. Maka upaya untuk memperoleh informasi disekitar pristiwa tersebut, orang mau tak mau harus ”mengolahnya” dengan cara atau metode yang sesuai dengan hal tersebut. Sebagai sebuah pristiwa sejarah, yang terjadi pada masa lalu maka metode atau cara yang tepat adalah dengan mengunakan metode sejarah itu sendiri. Berbicara masalah metode sejarah, salah satu hal yang terpenting dimana orang mau tak mau harus berhadapan yakni dengan  jenis sumber yakni sumber sejarah. Sebagai peninggalan masa lampau, sumber sejarah adakalanya juga dipalsukan. Bagi sepeniliti yang tidak hati-hati dalam mengunakan metode kritik sumber seringkali terjadi bahwa apa yang dianggap selaku fakta tidaklah diterima dengan sendirinya dan bahkan dapat menimbulkan perdebatan.

Pengetahuan tentang sumber sejarah dan kritik sumber merupakan bagian yang esensial dalam  metode sejarah. Sebagai kesaksian dari gejala sejarah, sumber sejarah sesungguhnya mengandung beberapa jenis fakta diantaranya adalah : pertama, fakta keras (hardfact) yaitu fakta-fakta yang biasanya sudah diterima selaku benar sebagai suatu kenyataan (realitas) benar pada dirinya (self-evident) dan karenanya tidak diperdebatkan lagi. Kebanyakan fakta adalah bebas dari kemauan kita. Itulah sebabnya mengapa fakta jenis ini sering disebut fakta keras atau sudah mapan (established) dan tak mungkin dipalsukan lagi. Sebagai contohnya adalah suatu fakta bahwa Soekarno lah yang membacakan teks proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kedua, fakta mentah (cold-fact) atau secara harfiah diterjemahkan dengan fakta dingin. Ia dikatakan demikian karena masih perlu dibuktikan dengan dukungan fakta-fakta yang lain. Oleh karena fakta tidak dengan sendirinya tersedia begitu saja, maka sejarawan melalui penelitian sumber-sumber sejarah mencoba mengolah dan membuatnya bicara, sehingga bisa diketahui dan dimengerti. Tetapi sungguhpun demikian masih terdapat kemungkinan timbulnya perdebatan tentang kebenarannya.

Permasalahan tentang Surat Perintah Sebelas Maret atau lebih dikenalnya dengan Supersemar tersebut termasuk kedalam kategori fakta mentah ini. Sebab  perdebatan mengenai keaslian surat tersebut masih bermunculan serta masih diragukan baik dari segi isi maupun bentuknya.  Fakta ini ternyata menimbulkan berbagai tanggapan yang kontroversial. Kusutnya tidak berkesudahan diselesaikan atau memang diperbiarkan kusut terus baik kusutnya dalam persoalan keaslian dan bentuk (materinya).

Sesungguhnya kalau kita mencermati dengan seksama begitu kompleknya permasalahan yang akan muncul bila mengungkapkan suatu pristiwa seperti pristiwa Supersemar.  Menurut penulis ada  implikasi apabila keberadaan surat tersebut dibongkar. Sesungguhnya merupakan suatu hal yang tidak dapat kita sangsikan lagi bahwa keberadaan dari surat tersebut akan sangat besar muatan politiknya. Dengan mengungkapkan keberadaannya mungkin akan ada pihak yang dirugikan, namun demi keselamatan serta sejarah masa depan negara kita sepatutnya harus dituntaskan.

Melihat persoalan Supersemar sebagai pristiwa masa lalu, maka seharusnya masalah tersebut diserahkan kepada ahlinya untuk meneliti tentang keberadaan surat tersebut. Peristiwa tersebut perlu diungkap kepermukaan agar masyarakat tahu yang sesungguhnya yang terjadi. Dengan kata lain dengan pengungkapan tersebut semua wacana yang menyangsikan keberadaan surat tersebut dapat terungkap apakah benar ada atau tidak.

Dalam pengungkapan tabir Supersemar tersebut para sejarawan haruslah punya “otonomi”, terutama para sejarawan yang akan menelitinya. Tidak ada hal namanya intervensi terutama dari pemerintah untuk membenarkan atau sebaliknya dari pristiwa sejarah tersebut. Semuanya haruslah sesuai dengan bukti dilapangan, tidak dikurangi atau dilebihkan. Walaupun dalam sejarah perlu adanya interpretasi sejarawan, namun hal tersebut tidak terlepas dari bukti atau sumber yang ada. Suatu tantangan nampaknya untuk mengungkapkan hal tersebut, kemungkinan besar berbagai macam intervensi akan datang namun kalau mau menegakkan serta membuat pristiwa sejarah tersebut sebagai sebuah pristiwa yang benar maka seharusnya intervensi tersebut harus diabaikan. Sehingga akan menghasilkan karya sejarah yang mengungkapkan pristiwa sejarah seperti pristiwa Supersemar yang benar-benar sesuai dengan kejadian tanpa ada tendensi lainnya.

Akhirnya untuk menyelesaikan benang yang kusut yakni masalah Supersemar para sejarawan dituntut untuk kerja yang ekstra keras untuk mengungkapkan semuanya itu. Siapa lagi kalau bukan sejarawan yang akan melaksanakannya. Karena  para sejarawan yang memang ahlinya yang akan meneliti dan mengungkapkan kembali  sejarah lahirnya Supersemar yang sebenar-benarnya. Mudah-mudahan menjadi suatu kenyataan.

Penulis. Undri (Peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat dan Sekretaris Masyarakat Sejarawa Indonesia (MSI) Cabang Sumatera Barat)

Tulisan di terbitkan di Harian Umum Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Senin 12 Maret 2018.

Seminar Proposal Pelestarian Nilai Budaya

0
Seminar, Foto. Marbun

Padang – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat mengadakan seminar bedah proposal kajian pelestarian budaya pada Selasa-Kamis, 13-15 Maret 2018. Acara diadakan di ruang rapat BPNB dan dibuka langsung oleh Kepala BPNB Sumbar, Drs. Suarman. Turut hadir dalam kegiatan tersebut narasumber pembedah yaitu Dr. Anatona, M.Hum dan Dr. M. Nur.

Seminar proposal, Foto. Marbun

Acara dimulai dengan pembacaan doa oleh Hariadi, Menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan pembukaan oleh Kepala BPNB Sumbar. Seminar hari pertama dimoderatori oleh Rita yeni (Sesi I) dan Fiqrul Hanif (Sesi II).

Kegiatan seminar proposal ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun sebelum para peneliti turun ke lapangan untuk pengumpulan data. Harapannya, seminar ini dapat memberi masukan dan saran agar pelaksanaan penelitian semakin baik. Hal ini penting agar laporan penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan berkontribusi positif pada pelaksanaan pembangunan sesuai tugas dan fungsi kantor.

Suarman dalam sambutannya menekankan bahwa penelitian BPNB Sumbar harus sesuai dengan arahan Dirjen Kebudayaan yakni bagaimana pendekatan sejarah dan budaya berkontribusi pada kebijakan pelestarian nilai budaya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa output penelitian ini mampu memberi ‘nyawa’ dalam pengembangan jiwa nasionalisme. Sehingga, sejarah budaya harus terintegrasi dengan pengdidikan dan penguatan karakter bangsa.

Lebih jauh Suarman menyampaikan bahwa hasil-hasil penelitian BPNB Sumbar harus lebih ditukikkan untuk pembangunan kebudayaan. Dia juga berharap, seminar proposal ini mampu memberi masukan dan saran sekaligus menjadi ajang belajar para peneliti untuk semakin baik ke depan.

Seminar ini akan dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut yang dibagi ke dalam tiga bidang proposal penelitian yakni Sejarah, Sastra, dan Tradisi. Pada hari pertama, seminar khusus membedah proposal sejarah yang dibagi dalam dua sesi. (FM)

Petunjuk Lomba Karya Tulis Jejak Tradisi Daerah 2018

0

Padang – Dalam rangka Jejak Tradisi Daerah 2018 yang rencananya diadakan pada April 2018, panitia penyelenggara mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Lomba ini sekaligus sebagai seleksi peserta JETRADA yang akan diikutsertakan ke Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Para peserta didik dari sekolah yang diundang dalam kegiatan ini diminta mengirimkan karya ilmiah kepada panitia sebelum batas waktu pengiriman. Tulisan yang masuk akan diseleksi dengan ketat oleh juri yang telah ditentukan. Peserta terbaik dari masing-masing sekolah, nantinya akan diundang sebagai peserta JETRADA 2018 yang dilaksanakan di Kota Prabumulih.

Sebelumnya diinformasikan, sekitar 36 orang peserta didik dengan tulisan terbaik dari masing-masing sekolah dan 9 orang guru akan diundang mengikuti JETRADA 2018. Selanjutnya para peserta yang diundang menjadi peserta Jetrada, nantinya akan diseleksi kembali untuk menjadi peserta terbaik. Kepada peserta terbaik akan diberikan apresiasi. Di samping itu, para guru pendamping yang turut diundang akan diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi budaya bertemakan Peran Guru Dalam Pelestarian Budaya Di Sekolah.

Petunjuk teknis pelaksanaan lomba karya tulis dapat diunduh:Petunjuk Teknis Jetrada 2018

Prabumulih Dipilih Sebagai Lokasi Jejak Tradisi Daerah 2018

0

Padang – Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan ditetapkan sebagai Lokasi pelaksanaan Jejak Tradisi Daerah (JETRADA) 2018. Pemilihan lokasi ini karena sebagai kota lama, Prabumulih masih memegang kuat tradisi adat yang tetap dijaga hingga kini. Salah satu tradisi tersebut dikenal dengan sedekah dusun, yaitu tradisi mengucap syukur kepada sang pencipta atas hasil panen yang baru saja diperoleh. Karena tradisi ini diadakan sebagai ucapan syukur atas panen, maka tradisi ini dilaksanakan pasca panen. Rencananya, kegiatan ini akan dilangsungkan pada April 2018.

Jejak Tradisi Daerah adalah kegiatan internalisasi nilai budaya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan nilai-nilai budaya di masyarakat kepada generasi muda khususnya peserta didik. Sehingga, peserta dalam kegiatan ini adalah peserta didik tingkat SMA/sederajat dan guru sosial budaya. Para peserta tersebut diseleksi dari tiga wilayah kerja BPNB Sumbar yakni Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Tema kegiatan kali ini yaitu Menggali Kearifan Lokal, Mewujudkan Toleransi Dalam Keberagaman. Dalam hal ini, para peserta didik melalui interaksi dengan peserta lain dapat belajar kearifan lokal dari wilayah yang berbeda-beda dan saling menghargai perbedaan. Sehingga terwujudlah toleransi tidak hanya antar peserta, tapi juga antar sesama melalui implementasi pelajaran yang diperoleh.

Para Peserta adalah Peserta Terbaik Lomba Karya Tulis

Dalam pelaksanaan JETRADA 2018, panitia juga mengadakan lomba Karya Tulis Ilmiah sesuai dengan tema. Para peserta didik dari sekolah yang diundang dalam kegiatan ini diminta untuk mengirimkan karya ilmiah kepada panitia sebelum batas waktu pengiriman. Tulisan yang masuk akan diseleksi dengan ketat oleh juri yang telah ditentukan. Peserta terbaik dari masing-masing sekolah, nantinya akan diundang sebagai peserta JETRADA 2018 yang dilaksanakan di Kota Prabumulih.

Sekitar 36 orang peserta didik dengan tulisan terbaik dari masing-masing sekolah dan 9 orang guru akan diundang mengikuti JETRADA 2018. Selanjutnya para peserta yang diundang menjadi peserta Jetrada, nantinya akan diseleksi kembali untuk menjadi peserta terbaik. Kepada peserta terbaik akan diberikan apresiasi. Di samping itu, para guru pendamping yang turut diundang akan diberi kesempatan untuk menyampaikan orasi budaya bertemakan Peran Guru Dalam Pelestarian Budaya Di Sekolah.